Bikin Inovasi, Tiga SMK di Jateng Diapresiasi Kemendikbud
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengapresiasi tiga sekolah menengah kejuruan (SMK) SMK di Jawa Tengah yang berhasil mengembangkan karya dari peserta didiknya.
Karya ini tercipta dari hasil link and match dengan dunia industri. Hal itu terungkap dari hasil kunjungan Wikan melakukan sidak ke tiga SMK di Jawa Tengah, yaitu SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo.
Dari hasil kunjungannya, Wikan mengapresiasi ketiga SMK itu yang dinilainya bukan saja mampu menghasilkan lulusan yang daya serapnya tinggi, tetapi juga mampu menghasilkan produk-produk yang melibatkan langsung siswa dalam proyek pengembangan dan produksinya.
Wikan menyebutkan SMK Warga Solo yang berhasil membuat mesin Computer Numerical Control (CNC) yang diberi label HKI (Hasil Karya Indonesia). Mesin CNC 3 Axis dan 5 Axis, hasil karya proyek guru SMK bersama industri mitra, melibatkan langsung siswa-siswa SMK berbagai jurusan.
Dalam waktu dekat, bekerja sama dengan industri King Manufaktur, SMK Warga akan memproduksi mesin CNC lebih massal.
“Saya berharap SMK dan Perguruan Tinggi serta industri nasional bisa membeli dan memanfaatkan mesin CNC HKI ini, karena sudah resmi di Aplikasi SIPLah, yaitu system aplikasi pengadaan sekolah. Apalagi, mesin CNC HKI ini sistem controller-nya dikembangkan mandiri oleh SMK Warga sendiri. Karya anak bangsa ini sungguh patut diapresiasi oleh bangsa sendiri dan dunia, ” tutur Wikan melalui keterangan tertulis, Senin (27/7/2020).
( )
Mantan dekan UGM ini juga mengapresiasi SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo yang berhasil memproduksi alat-alat kesehatan khususnya tempat tidur rumah sakit yang memenuhi standar. SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo mampu memproduksi 20-40 unit tempat tidur per bulan, yang dipesan langsung oleh sejumlah rumah sakit di Sukoharjo dan sekitarnya.
Pembuatan alat-alat kesehatan tersebut melibatkan siswa SMK, dalam program Prakerin (praktik kerja industri), mulai dari merancang dan men-design, sampai dengan proses produksi massal serta berbagai post-production-nya.
Dari hasil sidaknya ini, Wikan menyatakan fasilitas dan kurikulum beberapa SMK di Indonesia yang sudah menerapkan link and match atau “penikahan massal” dengan Industri dan Dunia Kerja (Iduka) tidak kalah dibandingkan sekolah vokasi di negara Jepang.
Menurut Wikan, kurikulum adalah syarat terpenting di dalam link and match, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum. “Dari kurikulum yang saya lihat dan cermati, ternyata di ketiga SMK tersebut mereka menyusun kurikulumnya benar-benar duduk bersama dengan industri secara intensif. Setiap tahun dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja,” ujarnya.
“Oleh Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 % di ketiga SMK tersebut,” tuturnya.
Karya ini tercipta dari hasil link and match dengan dunia industri. Hal itu terungkap dari hasil kunjungan Wikan melakukan sidak ke tiga SMK di Jawa Tengah, yaitu SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo.
Dari hasil kunjungannya, Wikan mengapresiasi ketiga SMK itu yang dinilainya bukan saja mampu menghasilkan lulusan yang daya serapnya tinggi, tetapi juga mampu menghasilkan produk-produk yang melibatkan langsung siswa dalam proyek pengembangan dan produksinya.
Wikan menyebutkan SMK Warga Solo yang berhasil membuat mesin Computer Numerical Control (CNC) yang diberi label HKI (Hasil Karya Indonesia). Mesin CNC 3 Axis dan 5 Axis, hasil karya proyek guru SMK bersama industri mitra, melibatkan langsung siswa-siswa SMK berbagai jurusan.
Dalam waktu dekat, bekerja sama dengan industri King Manufaktur, SMK Warga akan memproduksi mesin CNC lebih massal.
“Saya berharap SMK dan Perguruan Tinggi serta industri nasional bisa membeli dan memanfaatkan mesin CNC HKI ini, karena sudah resmi di Aplikasi SIPLah, yaitu system aplikasi pengadaan sekolah. Apalagi, mesin CNC HKI ini sistem controller-nya dikembangkan mandiri oleh SMK Warga sendiri. Karya anak bangsa ini sungguh patut diapresiasi oleh bangsa sendiri dan dunia, ” tutur Wikan melalui keterangan tertulis, Senin (27/7/2020).
( )
Mantan dekan UGM ini juga mengapresiasi SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo yang berhasil memproduksi alat-alat kesehatan khususnya tempat tidur rumah sakit yang memenuhi standar. SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo mampu memproduksi 20-40 unit tempat tidur per bulan, yang dipesan langsung oleh sejumlah rumah sakit di Sukoharjo dan sekitarnya.
Pembuatan alat-alat kesehatan tersebut melibatkan siswa SMK, dalam program Prakerin (praktik kerja industri), mulai dari merancang dan men-design, sampai dengan proses produksi massal serta berbagai post-production-nya.
Dari hasil sidaknya ini, Wikan menyatakan fasilitas dan kurikulum beberapa SMK di Indonesia yang sudah menerapkan link and match atau “penikahan massal” dengan Industri dan Dunia Kerja (Iduka) tidak kalah dibandingkan sekolah vokasi di negara Jepang.
Menurut Wikan, kurikulum adalah syarat terpenting di dalam link and match, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum. “Dari kurikulum yang saya lihat dan cermati, ternyata di ketiga SMK tersebut mereka menyusun kurikulumnya benar-benar duduk bersama dengan industri secara intensif. Setiap tahun dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja,” ujarnya.
“Oleh Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 % di ketiga SMK tersebut,” tuturnya.
(dam)