3 Mahasiswa UMM Ini Lulus Kuliah Tanpa Skripsi, Kok Bisa?

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:39 WIB
loading...
3 Mahasiswa UMM Ini Lulus Kuliah Tanpa Skripsi, Kok Bisa?
Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil lulus tanpa skripsi karena berhasil meraih prestasi internasional bidang film. Foto/PP Muhammadiyah.
A A A
JAKARTA - Tiga mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil lulus tanpa susah payah mengerjakan skripsi. Ini terjadi karena mereka berhasil mendapat penghargaan internasional di bidang film .

Ketiganya yaitu Chu Livia Christine Wijaya, Muhammad Ammar Nashshar Yusuf, dan Kiki Rahma Ardiansyah mendapat Honorable Mention di Student World Impact Film Festival (SWIFF) 2023 Amerika Serikat.

Prestasi itu diraih dari film yang mereka produksi berjudul “Tidak Mati, Aku Tetap Menjadi Milikku Selalu”.

Chu Livia Christine Wijaya mengatakan, film ini juga masuk seleksi di Lift-Off Filmmaker Sessions by Lift-Off Global Network 2023.
Menariknya, film yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi “ Not Dead, I Remain Mine Always,” itu membuat Chuli dan dua rekannya yaitu Muhammad Ammar Nashshar Yusuf sebagai director of photography dan Kiki Rahma Ardiansyah sebagai sutradara lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi UMM lewat jalur non skripsi dan prestasi.

Baca juga: UGM Cetak 50 Guru Besar Baru Periode Januari hingga Agustus 2023

“Senang dan bersyukur pastinya. Lewat penghargaan ini film kami dihargai dan diakui oleh dunia. Ini juga sebagai pembuktian bahwa anak UMM memang bisa berprestasi di taraf internasional. Pihak UMM juga sangat mengapresiasi capaian ini dengan memberikan kelulusan lewat jalur non skripsi,” katanya, dikutip dari laman resmi PP Muhammadiyah, Minggu (20/8/2023).

Lebih lanjut, Chuli menjelaskan sinopsis film tersebut menceritakan tentang perempuan muda bernama Sukma (14 tahun) yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan orang kaya dari kota.

Seminggu sebelum hari pernikahannya, Sukma mencari cara agar terhindar dari pernikahan yang tidak diinginkan tersebut. Saat itu pilihannya antara seperti menunggu waktu kematiannya tiba atau mencoba lari dari kematiannya itu sendiri.

“Sebagai seorang anak perempuan yang memiliki kesempatan untuk bersekolah dan berpendidikan tinggi, menurut saya film ini memiliki pesan kuat dalam kasus pernikahan dini di Indonesia," ungkapnya.

"Bagi sebagian pemikiran orang, pernikahan dini mungkin akan menyelesaikan masalah, apalagi dalam aspek ekonomi. Tapi hal tersebut justru memiliki dampak negatif terhadap anak yang dipaksa melakukan pernikahan dini. Baik dari segi fisik hingga mental,” jelasnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1039 seconds (0.1#10.140)