Semangat Menyala Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dari Hulu Sungai Kapuas
loading...
A
A
A
PONTIANAK - Jarum jam hampir menyentuh angka 05.00 WIB. Tafik Oktaviana segera bergegas bangun dari tidur. Setelah sholat shubuh dia segera mempersiapkan sarapan sang suami dan juga kedua anaknya. Sejurus kemudian setelah berpamitan, Tafik sudah memacu sepeda motornya membelah jalan desa yang masih diselimuti kabut menuju lokasi pelatihan sebagai anggota Pusat Belajar Guru (PBG) di pusat Kota Kabupaten Kubu Raya.
Begitulah sepenggal rutinitas yang dijalani Tafik Oktaviana akhir-akhir ini sejak dirinya menjadi peserta pelatihan PBG di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. PBG merupakan organisasi pembelajar mandiri guru yang sistematis dan terstruktur, hasil kolaborasi antara Pemkab Kubu Raya dengan Putera Sampoerna Foundation (PSF) dengan tujuan meningkatkan kompetensi guru.
Singkatnya, PBG dikelola oleh guru-guru terpilih di bawah pengawasan pemerintah daerah (Pemda) Kubu Raya. Pelaksanaan PBG Kubu Raya oleh PSF berlangsung sejak tahun 2021 - 2023
Berkat pelatihan yang diikutinya sebagai anggota PBG selama tiga tahun yakni sejak 2020 hingga 2023, kini Tafik menjadi satu dari 35 guru di Kabuaten Kubu Raya yang berhak menyandang status sebagai Guru Inti (GI) hasil program PBG.
Guru Inti (GI) inilah nantinya yang digadang-gadang sebagai agen perubahan guna menjembatani akses peningkatan kualitas guru yang terjangkau dan berkelanjutan di Kabupaten Kubu Raya. Kabupaten Kubu Raya sendiri merupakan kabupaten termuda di Kalbar hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak.
Tafik menuturkan, sejak mengikuti pelatihan sebagai anggota PBG, kemampuan dan kepercayaan dirinya sebagai seorang pendidik bertambah. Terlebih selama ini Tafik mengaku kemampuan dirinya sebagai seorang guru dirasakan mandeg karena lama tidak mengikuti program pelatihan.
”Itu yang awalnya memotivasi saya ikut PBG ini. Mau ukur kemampuan, sebenarnya saya masih mampu atau tidak ya, karena sudah lama tidak ikut pelatihan,” tutur Tafik menceritakan awal dirinya ikut program PBG di sela-sela dirinya mengajar di TK Pembina Kubu Raya Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Jumat (13/9/2023)
Tatik menceritakan, motivasi untuk terus mengasah kemampuan sebagai guru-lah yang kemudian membuatnya tanpa pikir panjang mendaftar program PBG yang digagas Pemkab Kubu Raya bersama PSF. Gayung bersambut, selain pendaftaranya sebagai peserta PBG diterima, sang suaminya pun memberi dukungan dirinya mengikuti pelatihan sebagai anggota PBG
Meski restu dari sang suami telah dikantongi, ikhtiar Tafik menambah ilmu sebagai seorang guru tak berjalan mudah. Wanita yang kini diberi amanah menjadi Plt Kepala Sekolah di TK Pembina Kubu Raya ini wajib mengikuti pelatihan sebagai anggota PBG dengan menempuh perjalanan sekitar dua jam dari desanya menuju tempat pelatihan di pusat kota Kabupaten Kubu Raya. Pelatihan PBG sendiri terkadang dilakukan seminggu dua kali. Itu artinya selama mengikuti pelatihan PBG dirinya harus menempuh perjalanan selama 4 jam pulang pergi.
Untuk menuju tempat pelatihan PBG di pusat Kota Kubu Raya sebenarnya ada dua alternatif bagi Tafik. Pertama melewati jalan darat dengan sepeda motor selama dua jam. Atau satunya menggunakan kapal speed boad melewati Sungai Kapuas Hulu yang bisa diakses di dekat tempat tinggal Tafik di Kecamatan Kubu. Lalu lintas menggunakan speed boad selama ini memang akrab bagi warga sekitar Sungai Kapuas. Tapi karena dari segi biaya lebih irit, Tafik memutuskan memilih menggunakan jalan darat.
Berbekal sepeda motor, Tafik rela pulang pergi selama 4 jam untuk mengikuti pelatihan PBG. Motivasinya yang besar untuk menambah ilmu di PBG mengalahkan rasa lelah dari rutinitasnya pulang pergi menggunakan sepeda motor selama pelatihan. Bahkan hujan sekalipun tak menjadi penghalang.
“Pernah suatu ketika waktu di jalan turun hujan, saya tidak mau berhenti untuk berteduh. Selama masih pakai helm, saya tidak takut hujan dan akan terus memacu motor saya,”cerita perempuan yang sudah memiliki dua anak ini bersemangat.
Bahkan Tafik juga mengaku pernah keguguran karena aktivitasnya yang padat dan tak kenal lelah mengikuti pelatihan PBG. “Ya mungkin dengan kejadian itu, tuhan mau menunjukkan sesuatu yang baik untuk saya.Mungkin juga sudah jalannya seperti itu,” ujar wanita yang mendapatkan gelar SPd dari Universitas Tanjung Pura ini tanpa penyesalan.
Beratnya rutinitas mengikuti pelatihan program PBG terkadang juga membuat Tafik hampir patah semangat. Pernah suatu ketika terlintas di pikirannya untuk berhenti mengikuti pelatihan karena tugasnya sebagai seorang istri dan juga ibu bagi dua anaknya mau tidak mau juga ikut terganggu.
“Sebenarnya apa yang saya cari dengan berangkat pagi untuk ikut pelatihan meninggalkan suami dan anak? Pikiran itu sempat terlintas. Tapi dukungan teman-teman dan juga niatan saya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain membuat saya membuang jauh pikiran-pikiran tersebut,” tutur Tafik yang mengaku dirinya merupakan keluarga transmigran asal Jember, Jawa Timur.
Suka duka perjuangan Tafik mengikuti pelatihan PBG akhirnya mulai terbayar Dan kini hasilnya sudah ia rasakan dengan bertambahnya kemampuan dan kompetensinya sebagai guru.
Sebagai anggota guru inti PBG, dirinya juga menjadi salah satu guru pelopor yang akan diberi tanggung jawab Pemkab Kubu Raya untuk menularkan ilmu yang didapatkan di PBG ke rekan seprofesinya baik itu guru jenjang PAUD, SD maupun SMP.
“Selama saya bisa bermanfaatkan bagi orang lain, saya akan terus menambah ilmu. Saya tidak memikirkan hasilnya nanti seperti apa, pokoknya ikhlas saja,”katanya.
Chairman, Board of Executive PSF, George Yudistira Irawan menyebutkan, selama pelaksanaan PBG di Kubu Raya, PSF telah memberdayakan 35 Guru Inti dan 10 pengelola PBG sebagai agen perubahan untuk percepatan pemerataan pendidikan.
“Dengan semangat dari guru, oleh guru, dan untuk guru, PBG kami harapkan bisa menjembatani akses jarak, informasi, dan biaya agar guru-guru di Kubu Raya mendapatkan pengalaman pembelajaran praktis yang berkualitas,” kata George.
Begitulah sepenggal rutinitas yang dijalani Tafik Oktaviana akhir-akhir ini sejak dirinya menjadi peserta pelatihan PBG di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. PBG merupakan organisasi pembelajar mandiri guru yang sistematis dan terstruktur, hasil kolaborasi antara Pemkab Kubu Raya dengan Putera Sampoerna Foundation (PSF) dengan tujuan meningkatkan kompetensi guru.
Singkatnya, PBG dikelola oleh guru-guru terpilih di bawah pengawasan pemerintah daerah (Pemda) Kubu Raya. Pelaksanaan PBG Kubu Raya oleh PSF berlangsung sejak tahun 2021 - 2023
Berkat pelatihan yang diikutinya sebagai anggota PBG selama tiga tahun yakni sejak 2020 hingga 2023, kini Tafik menjadi satu dari 35 guru di Kabuaten Kubu Raya yang berhak menyandang status sebagai Guru Inti (GI) hasil program PBG.
Guru Inti (GI) inilah nantinya yang digadang-gadang sebagai agen perubahan guna menjembatani akses peningkatan kualitas guru yang terjangkau dan berkelanjutan di Kabupaten Kubu Raya. Kabupaten Kubu Raya sendiri merupakan kabupaten termuda di Kalbar hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak.
Tafik menuturkan, sejak mengikuti pelatihan sebagai anggota PBG, kemampuan dan kepercayaan dirinya sebagai seorang pendidik bertambah. Terlebih selama ini Tafik mengaku kemampuan dirinya sebagai seorang guru dirasakan mandeg karena lama tidak mengikuti program pelatihan.
”Itu yang awalnya memotivasi saya ikut PBG ini. Mau ukur kemampuan, sebenarnya saya masih mampu atau tidak ya, karena sudah lama tidak ikut pelatihan,” tutur Tafik menceritakan awal dirinya ikut program PBG di sela-sela dirinya mengajar di TK Pembina Kubu Raya Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Jumat (13/9/2023)
Tatik menceritakan, motivasi untuk terus mengasah kemampuan sebagai guru-lah yang kemudian membuatnya tanpa pikir panjang mendaftar program PBG yang digagas Pemkab Kubu Raya bersama PSF. Gayung bersambut, selain pendaftaranya sebagai peserta PBG diterima, sang suaminya pun memberi dukungan dirinya mengikuti pelatihan sebagai anggota PBG
Meski restu dari sang suami telah dikantongi, ikhtiar Tafik menambah ilmu sebagai seorang guru tak berjalan mudah. Wanita yang kini diberi amanah menjadi Plt Kepala Sekolah di TK Pembina Kubu Raya ini wajib mengikuti pelatihan sebagai anggota PBG dengan menempuh perjalanan sekitar dua jam dari desanya menuju tempat pelatihan di pusat kota Kabupaten Kubu Raya. Pelatihan PBG sendiri terkadang dilakukan seminggu dua kali. Itu artinya selama mengikuti pelatihan PBG dirinya harus menempuh perjalanan selama 4 jam pulang pergi.
Untuk menuju tempat pelatihan PBG di pusat Kota Kubu Raya sebenarnya ada dua alternatif bagi Tafik. Pertama melewati jalan darat dengan sepeda motor selama dua jam. Atau satunya menggunakan kapal speed boad melewati Sungai Kapuas Hulu yang bisa diakses di dekat tempat tinggal Tafik di Kecamatan Kubu. Lalu lintas menggunakan speed boad selama ini memang akrab bagi warga sekitar Sungai Kapuas. Tapi karena dari segi biaya lebih irit, Tafik memutuskan memilih menggunakan jalan darat.
Berbekal sepeda motor, Tafik rela pulang pergi selama 4 jam untuk mengikuti pelatihan PBG. Motivasinya yang besar untuk menambah ilmu di PBG mengalahkan rasa lelah dari rutinitasnya pulang pergi menggunakan sepeda motor selama pelatihan. Bahkan hujan sekalipun tak menjadi penghalang.
“Pernah suatu ketika waktu di jalan turun hujan, saya tidak mau berhenti untuk berteduh. Selama masih pakai helm, saya tidak takut hujan dan akan terus memacu motor saya,”cerita perempuan yang sudah memiliki dua anak ini bersemangat.
Bahkan Tafik juga mengaku pernah keguguran karena aktivitasnya yang padat dan tak kenal lelah mengikuti pelatihan PBG. “Ya mungkin dengan kejadian itu, tuhan mau menunjukkan sesuatu yang baik untuk saya.Mungkin juga sudah jalannya seperti itu,” ujar wanita yang mendapatkan gelar SPd dari Universitas Tanjung Pura ini tanpa penyesalan.
Beratnya rutinitas mengikuti pelatihan program PBG terkadang juga membuat Tafik hampir patah semangat. Pernah suatu ketika terlintas di pikirannya untuk berhenti mengikuti pelatihan karena tugasnya sebagai seorang istri dan juga ibu bagi dua anaknya mau tidak mau juga ikut terganggu.
“Sebenarnya apa yang saya cari dengan berangkat pagi untuk ikut pelatihan meninggalkan suami dan anak? Pikiran itu sempat terlintas. Tapi dukungan teman-teman dan juga niatan saya untuk bisa bermanfaat bagi orang lain membuat saya membuang jauh pikiran-pikiran tersebut,” tutur Tafik yang mengaku dirinya merupakan keluarga transmigran asal Jember, Jawa Timur.
Suka duka perjuangan Tafik mengikuti pelatihan PBG akhirnya mulai terbayar Dan kini hasilnya sudah ia rasakan dengan bertambahnya kemampuan dan kompetensinya sebagai guru.
Sebagai anggota guru inti PBG, dirinya juga menjadi salah satu guru pelopor yang akan diberi tanggung jawab Pemkab Kubu Raya untuk menularkan ilmu yang didapatkan di PBG ke rekan seprofesinya baik itu guru jenjang PAUD, SD maupun SMP.
“Selama saya bisa bermanfaatkan bagi orang lain, saya akan terus menambah ilmu. Saya tidak memikirkan hasilnya nanti seperti apa, pokoknya ikhlas saja,”katanya.
Chairman, Board of Executive PSF, George Yudistira Irawan menyebutkan, selama pelaksanaan PBG di Kubu Raya, PSF telah memberdayakan 35 Guru Inti dan 10 pengelola PBG sebagai agen perubahan untuk percepatan pemerataan pendidikan.
“Dengan semangat dari guru, oleh guru, dan untuk guru, PBG kami harapkan bisa menjembatani akses jarak, informasi, dan biaya agar guru-guru di Kubu Raya mendapatkan pengalaman pembelajaran praktis yang berkualitas,” kata George.
(wyn)