Pertahankan Eksistensi Aksara Jawa, UIN Kalijaga Dirikan Paska Nusantara
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mendirikan Pusat Studi Kajian Aksara Nusantara (Paska Nusantara). Pembentukan Paska Nusantara ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi aksara di Indonesia terutama aksara Jawa .
Wakil Dekan Fakultas Ilmu Trabiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Imam Machali menuturkan di Indonesia setidaknya ada 30 aksara (huruf) yang kini kondisinya memprihatinkan alias sudah tidak banyak digunakan lagi, bahkan terancam punah. Dari survei yang pernah mereka lakukan, hanya 3 persen penduduk daerah yang tahu dan pernah belajar tentang aksara mereka sendiri.
"Hanya 5 persen yang tahu aksara dan hanya ada 2 persen yang bisa membaca dan menulis. Termasuk aksara Jawa,"tutur dia di sela sosialisasi Perda Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa, dikutip Selasa (14/11/2023).
Baca juga: 6 Jurusan Kuliah Terfavorit di UIN Bandung dengan Prospek Kerja Bagus, Lulusan Anti Nganggur
Paska Nusantara adalah sebuah gagasan tentang bagaimana cara kita berdiri dan mengambil sikap ditengah-tengah perubahan dunia tanpa batas di era digital. Paska Nusantara adalah visi tentang bagaimana setiap orang mampu mendefinisikan ulang (redefinisi), reinventing dan juga restorasi dalam konteks menggali identitas nasional.
Paska Nusantara adalah juga akronim dari Pusat Studi-Kajian Aksara Nusantara. Sebuah lembaga yang didirikan sebagai upaya membentengi dan mempertahankan kedaulatan negara bangsa dari kondisi dunia yang tak lagi berjarak. Aksara menjadi instrumen utama dalam upaya membentengi dan mempertahankan eksistensi kenusantaraan.
Seperti diketahui, lanjutnya, eksistensi bangsa-bangsa di dunia diyakini memiliki peradaban tua karena keberadaan
aksaranya. Di sana mereka menyimpan pengetahuan-pengetahuan, sumber-sumber ajaran etik dan sejarah
bagaimana bangsa itu mengalami pasang surut dalam mengarungi peran kesejarahan mereka.
"Demikian pula keberadaan aksara-aksara di nusantara memiliki sejarah panjang. Termasuk kita di DIY, yaitu aksara Jawa,"ujar dia.
Baca juga: 4 Jurusan Favorit di UIN Yogyakarta, Ilmu Agama dan Ilmu Umum Sama-sama Mumpuni
Dalam beberapa abad aksara telah membentuk karakteristik penggunanya, membentuk mindset, pandangan
mereka pada dunia dan membentuk identitas berdasar pada kesamaan aksara dan bahasa. Dengan demikian
aksara Jawa juga menjadi sebuah instrument penyimpanan masa lalu bagi orang Jawa dan juga sumbersumber etika dan moral.
Maka di era digital eksistensi warisan masa lalu tersebut dan juga keberadaan aksara itu sendiri menjadi semakin signifikan sebagai bahan untuk pembelajaran (studi) dan kajian-kajian tentang masa lalu kenusantaraan (keIndonesiaan).
Paska Nusantara didirikan sebagai bentuk keberpihakkan akademis dan kepentingan untuk mengembalikan muruah eksistensi masyarakat bangsa di Nusantara,"tutur dia.
Saat ini, aksara-aksara nusantara belum banyak dikenal bahkan oleh penggunanya sendiri. Sementara aksara latin menjadi aksara persatuan nasional, aksara-aksara nusantara semakin tak dikenal oleh penggunanya sendiri.
Anggota Komisi D DPRD DIY, Syukron Arif Muttakin menuturkan aksara Jawa adalah warisan leluhur yang harus dilestarikan. Keberadaan Perda nomor 2 tahun 2021 memang dibuat sebagai upaya dari pemerintah dan DPRD DIY untuk melestarikan bahasa, sastra dan aksara Jawa. Di mana saat ini sudah banyak ditinggalkan karena jarang digunakan.
"Bahasa, sastra dan aksara Jawa kini sepertinya tidak banyak digunakan. Banyaknya para pendatang di kota ini mempercepat proses ketiga hal tersebut ditinggalkan,"kata dia.
Melalui Perda tersebut aksara Jawa mencoba untuk dimunculkan kembali. Selain mengharuskan adanya tulisan aksara Jawa di ruang publik, kini pada kop surat Pemerintah Daerah juga sudah mulai menggunakan tulisan Jawa. Harapannya, aksara Jawa bisa tetap eksis sampai kapan pun.
Wakil Dekan Fakultas Ilmu Trabiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Imam Machali menuturkan di Indonesia setidaknya ada 30 aksara (huruf) yang kini kondisinya memprihatinkan alias sudah tidak banyak digunakan lagi, bahkan terancam punah. Dari survei yang pernah mereka lakukan, hanya 3 persen penduduk daerah yang tahu dan pernah belajar tentang aksara mereka sendiri.
"Hanya 5 persen yang tahu aksara dan hanya ada 2 persen yang bisa membaca dan menulis. Termasuk aksara Jawa,"tutur dia di sela sosialisasi Perda Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa, dikutip Selasa (14/11/2023).
Baca juga: 6 Jurusan Kuliah Terfavorit di UIN Bandung dengan Prospek Kerja Bagus, Lulusan Anti Nganggur
Paska Nusantara adalah sebuah gagasan tentang bagaimana cara kita berdiri dan mengambil sikap ditengah-tengah perubahan dunia tanpa batas di era digital. Paska Nusantara adalah visi tentang bagaimana setiap orang mampu mendefinisikan ulang (redefinisi), reinventing dan juga restorasi dalam konteks menggali identitas nasional.
Paska Nusantara adalah juga akronim dari Pusat Studi-Kajian Aksara Nusantara. Sebuah lembaga yang didirikan sebagai upaya membentengi dan mempertahankan kedaulatan negara bangsa dari kondisi dunia yang tak lagi berjarak. Aksara menjadi instrumen utama dalam upaya membentengi dan mempertahankan eksistensi kenusantaraan.
Seperti diketahui, lanjutnya, eksistensi bangsa-bangsa di dunia diyakini memiliki peradaban tua karena keberadaan
aksaranya. Di sana mereka menyimpan pengetahuan-pengetahuan, sumber-sumber ajaran etik dan sejarah
bagaimana bangsa itu mengalami pasang surut dalam mengarungi peran kesejarahan mereka.
"Demikian pula keberadaan aksara-aksara di nusantara memiliki sejarah panjang. Termasuk kita di DIY, yaitu aksara Jawa,"ujar dia.
Baca juga: 4 Jurusan Favorit di UIN Yogyakarta, Ilmu Agama dan Ilmu Umum Sama-sama Mumpuni
Dalam beberapa abad aksara telah membentuk karakteristik penggunanya, membentuk mindset, pandangan
mereka pada dunia dan membentuk identitas berdasar pada kesamaan aksara dan bahasa. Dengan demikian
aksara Jawa juga menjadi sebuah instrument penyimpanan masa lalu bagi orang Jawa dan juga sumbersumber etika dan moral.
Maka di era digital eksistensi warisan masa lalu tersebut dan juga keberadaan aksara itu sendiri menjadi semakin signifikan sebagai bahan untuk pembelajaran (studi) dan kajian-kajian tentang masa lalu kenusantaraan (keIndonesiaan).
Paska Nusantara didirikan sebagai bentuk keberpihakkan akademis dan kepentingan untuk mengembalikan muruah eksistensi masyarakat bangsa di Nusantara,"tutur dia.
Saat ini, aksara-aksara nusantara belum banyak dikenal bahkan oleh penggunanya sendiri. Sementara aksara latin menjadi aksara persatuan nasional, aksara-aksara nusantara semakin tak dikenal oleh penggunanya sendiri.
Anggota Komisi D DPRD DIY, Syukron Arif Muttakin menuturkan aksara Jawa adalah warisan leluhur yang harus dilestarikan. Keberadaan Perda nomor 2 tahun 2021 memang dibuat sebagai upaya dari pemerintah dan DPRD DIY untuk melestarikan bahasa, sastra dan aksara Jawa. Di mana saat ini sudah banyak ditinggalkan karena jarang digunakan.
"Bahasa, sastra dan aksara Jawa kini sepertinya tidak banyak digunakan. Banyaknya para pendatang di kota ini mempercepat proses ketiga hal tersebut ditinggalkan,"kata dia.
Melalui Perda tersebut aksara Jawa mencoba untuk dimunculkan kembali. Selain mengharuskan adanya tulisan aksara Jawa di ruang publik, kini pada kop surat Pemerintah Daerah juga sudah mulai menggunakan tulisan Jawa. Harapannya, aksara Jawa bisa tetap eksis sampai kapan pun.
(nnz)