Alumnus Unair Jadi Wisudawan Terbaik di Kampus Polandia, Raih IPK 5,00

Selasa, 21 November 2023 - 07:35 WIB
loading...
Alumnus Unair Jadi Wisudawan...
Alumnus Unair Lalu Ary Kurniawan Hadi meraih IPK sempurna 5,00 dan menjadi wisudawan terbaik di kampus Polandia. Foto/Unair.
A A A
JAKARTA - Alumnus Universitas Airlangga (Unair) dinobatkan menjadi wisudawan terbaik di kampus Polandia yaitu di Nicolaus Copernicus University. Lalu Ary Kurniawan Hadi, alumnus Unair ini meraih IPK sempurna 5,00.

Nicolaus Copernicus University pada THE WUR 2024 berada di peringkat ke-11 perguruan tinggi terbaik di Polandia dan menempati ranking 1001-1200 dunia. Lalu Ary Kurniawan Hadi, akrab disapa Ary, sebelumnya adalah peraih gelar wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) dengan IPK nyaris sempurna 3,98.

“Alhamdulillah, aku sangat senang dan tak pernah menyangka dapat meraih gelar wisudawan terbaik untuk kedua kalinya. Aku harap prestasi ini bukan ajang untuk aku bergengsi, tapi pengingat bahwa aku punya tanggung jawab moral untuk melakukan sesuatu yang berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat,” katanya, dikutip dari laman Unair, Selasa (21/11/2023).

Dampak Positif Kultur Belajar Unair


Ary menuturkan, prestasi di Polandia yang berhasil ia rengkuh itu tak lepas dari pengaruh kultur belajar di Unair. Ary mengungkapkan, kultur belajar di PTN yang berlokasi di Surabaya itu sangat membantu prosesnya selama menempuh studi magister.

Baca juga: Raih IPK 3.83, Mahasiswa Psikologi Ini Lulus Cumlaude di Undip

Ia menerapkan kultur berani berpendapat, berpikir kritis, dan skeptis terhadap permasalahan yang ia peroleh selama berkuliah di Unair. “Di Unair, aku dididik untuk jadi kritis dan aku berusaha untuk menerapkan itu di Polandia. Jika ada kelas, aku sering bertanya kepada dosen. Jadi, dosen juga senang,” ujarnya.

Berbeda dengan kultur belajar di Unair yang dididik kritis, Ary menjelaskan jika kultur belajar di Polandia cenderung cukup statis. Hal itu membuat mahasiswa di sana tidak terlalu berusaha untuk berani berbicara dan berkreasi.

Misalnya saja, saat dosen memberikan tugas esai, mereka cenderung terpaku terhadap pola yang dosen berikan. Berbeda dengan mahasiswa di Tanah Air, mereka akan berusaha untuk berkreasi dan tidak terlalu terpaku pada aturan tugas.

“Jadi, dosen-dosen di sini juga sangat suka baca tulisan mahasiswa Indonesia. Itulah kultur belajar yang aku dapatkan selama S1 dan aku terapkan di sini,” tuturnya.

Meneliti tentang Hukum Internasional


Mahasiswa International Politics and Diplomacy itu bercerita, selama proses pengerjaan tesis, dia sempat mengalami beberapa kendala. Mulanya, ia ingin membuat tesis mengenai sistem pertahanan di Indonesia terkait pengadaan alat-alat militer. Akan tetapi, setelah mempertimbangkan beberapa hal terutama ketersediaan data, Ary memutuskan beralih ke topik hukum internasional.

Ia mengaku, keputusan tersebut sangat menantang dirinya karena ia harus banyak belajar tentang hukum internasional. “Karena background aku dari Ilmu Politik, jadi aku harus berusaha keras untuk membiasakan diri dengan terminologi hukum-hukum internasional. Aku harus banyak meluangkan waktu untuk membaca buku-buku hukum internasional yang notabene penuh dengan istilah-istilah dari bahasa Yunani,” ujarnya.

Baca juga: Cerita Fachriza, Wisudawan ITB dengan IPK Tertinggi, Sarjana Teknik Kimia

Namun berkat disiplin dan kerja kerasnya, Ary berhasil merampungkan tesisnya dengan perolehan IPK sempurna. Awalnya, ia sempat tidak percaya diri karena ia mendapat penguji yang berprofesi sebagai pengacara internasional. Selain itu, penelitian yang ia angkat juga penelitian multidisiplin yang menggabungkan ilmu politik dengan hukum internasional.

“Ini hal yang baru buat aku. Aku harus membaca jenis-jenis insurgency dan berbagai perspektif hukum dari berbagai macam negara. Belum lagi, di semester akhir aku juga ikut banyak kegiatan mulai dari konferensi, summer camp, dan penelitian. Jadi, sungguh menantang dan berat,” tutur lelaki asal Mataram itu.

Ditawari Jadi Dosen di Unair


Lebih lanjut, Ary menyampaikan selama menempuh studi magister, ia masih berhubungan baik dengan pihak Unair. Ia pernah terlibat dalam publikasi buku dan menjadi salah satu penulisnya. Selain itu, Ary juga mendapat kepercayaan untuk menjadi fasilitator pengabdian masyarakat dan penelitian Center for Security and Welfare Studies (CSWS) FISIP Unair di Lombok Desember mendatang.

“Recently, aku juga ditawari untuk jadi dosen Unair. Rencananya, minggu depan aku mau ke Surabaya untuk menjalankan tes. Semoga hasilnya positif dan aku bisa segera menjadi bagian dari Unair. Jadi, mohon doanya,” pungkasnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1966 seconds (0.1#10.140)