Kisah Athi, Alumni MBKM yang Kuliah di Inggris Melalui Pengalaman di Program Kampus Mengajar
loading...
A
A
A
“Ketika saya bertugas, anak-anak perempuan di lingkungan sekitar sekolah masih banyak yang putus sekolah dan sebagian juga hanya mampu menamatkan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama. Dalam karya tersebut, ada pesan yang ingin saya sampaikan bahwa perempuan juga bisa memiliki peluang yang sama untuk menjadi sesuatu yang lebih besar,” Athi menjelaskan karyanya.
Athi Nur Auliyati Rahmah. Foto/Diktiristek.
Dengan makna pesan yang mendalam itu, karya Athi kemudian terpilih sebagai juara dan menjadi salah satu prestasi yang membuatnya bisa lulus dari UNY tanpa skripsi. Lebih jauh lagi, Athi juga terpilih menjadi penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM) untuk program Magister di University of Bristol, Inggris.
Bagi Athi, keputusan untuk bergabung di Program Kampus Mengajar merupakan keputusan penting yang mengantarkannya belajar dari pelosok pulau Madura ke Britania.
“Saya sangat bersyukur pernah mengikuti Program Kampus Mengajar. Keikutsertaan saya di program ini menjadi titik balik yang bisa mengantarkan saya untuk menggapai mimpi yang lebih tinggi,” ucap Athi di akhir ceritanya ceritanya.
Cerita Athi, merupakan satu dari banyaknya cerita baik mengenai manfaat yang dirasakan mahasiswa dari Program Kampus Mengajar. Dengan dampak yang sudah dihasilkan, Kemendikbudristek pun kembali membuka pendaftaran mahasiswa untuk bergabung di Program Kampus Mengajar Angkatan 7 tahun 2024.
Sejak diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim pada tahun 2020, Program Kampus Mengajar telah berhasil melaksanakan penugasan hingga enam angkatan yang melibatkan lebih dari 112.000 mahasiswa dan 23.000 lebih sekolah sasaran.
Lihat Juga: Disambut Warga Palmerah, Rano Karno Janji Beri Beasiswa Kuliah Tanpa Verifikasi Tiap Tahun
Athi Nur Auliyati Rahmah. Foto/Diktiristek.
Dengan makna pesan yang mendalam itu, karya Athi kemudian terpilih sebagai juara dan menjadi salah satu prestasi yang membuatnya bisa lulus dari UNY tanpa skripsi. Lebih jauh lagi, Athi juga terpilih menjadi penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM) untuk program Magister di University of Bristol, Inggris.
Bagi Athi, keputusan untuk bergabung di Program Kampus Mengajar merupakan keputusan penting yang mengantarkannya belajar dari pelosok pulau Madura ke Britania.
“Saya sangat bersyukur pernah mengikuti Program Kampus Mengajar. Keikutsertaan saya di program ini menjadi titik balik yang bisa mengantarkan saya untuk menggapai mimpi yang lebih tinggi,” ucap Athi di akhir ceritanya ceritanya.
Cerita Athi, merupakan satu dari banyaknya cerita baik mengenai manfaat yang dirasakan mahasiswa dari Program Kampus Mengajar. Dengan dampak yang sudah dihasilkan, Kemendikbudristek pun kembali membuka pendaftaran mahasiswa untuk bergabung di Program Kampus Mengajar Angkatan 7 tahun 2024.
Sejak diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim pada tahun 2020, Program Kampus Mengajar telah berhasil melaksanakan penugasan hingga enam angkatan yang melibatkan lebih dari 112.000 mahasiswa dan 23.000 lebih sekolah sasaran.
Lihat Juga: Disambut Warga Palmerah, Rano Karno Janji Beri Beasiswa Kuliah Tanpa Verifikasi Tiap Tahun
(nnz)