Meninggal karena Kecelakaan, Wisuda Mahasiswi S2 UNY Peraih IPK 3,93 Diwakili Sang Paman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rianty Purnamasari, mahasiswi S2 UNY dengan IPK 3,93 dinyatakan meninggal dunia karena kecelakaan di Riau. Rianty pun tak pernah sempat mengenakan toga wisudanya itu.
Penerimaan ijazah mahasiswa S2 Teknologi Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi itu akhirnya diwakili oleh pamannya Sumanto pada Wisuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Gelanggang Olah Raga (GOR) UNY, Sabtu (2/12/2023).
Rianty meninggalkan jejak di Universitas Negeri Yogyakarta dengan nilai IPK 3,93. Riyanty mengambil 18 mata kuliah dan semua mendapat nilai A dan hanya 5 mata kuliah mendapatkan nilai A- serta tidak memiliki nilai B.
Warga Pangkalan Kasar tersebut menulis tesis dengan judul ‘Evaluasi Program Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Imla’ di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta’.
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Sumanto yang bercerita sambil menahan air mata mengatakan, gadis kelahiran Magetan, 4 Maret 1998 itu awalnya dijemput Supriyanto, ayah kandung Riyanty di Bandara Sutan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau.
“Dari bandara menjemput adiknya di Pondok Gontor Putri 7 Pekanbaru dan sekitar 10 km sebelum sampai rumah di Kota Pangkalan Kasar Indragiri Hulu, terjadi kecelakaan dengan mobil box pukul 03.55 WIB," tuturnya, dikutip dari laman UNY, Minggu (3/12/2023).
Honda Mobilio yang ditumpang empat orang itu mengalami kecelakaan. Rianty dan ayahnya meninggal seketika di lokasi kejadian. Sedangkan kedua keponakannya meninggal tiga hari setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Kisah Abrar, Putra Daerah Aceh Lulusan Terbaik di FTTM ITB dengan IPK 3,98
Pada wisuda UNY di hari yang sama itu, anak perempuan Sumanto, Aulia Sri Utami juga diwisuda dari S2 Linguistik Terapan Fakultas Bahasa Seni dan Budaya. Anak dan keponakannya itu bersekolah yang sama di Pondok Gontor Ngawi dari MTs hingga SMA.
Aulia dan keponakannya itu kemudian lanjut kuliah S1 di perguruan tinggi berbeda. Namun dipersatukan kembali saat kuliah pascasarjana di UNY meski di program studi berbeda.
Akan tetapi takdir berkata lain, dua bersaudara itu tidak pernah berdampingan untuk menjalani prosesi wisuda dan menerima ijazah karena Rianty telah dulu berpulang.
Penerimaan ijazah mahasiswa S2 Teknologi Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi itu akhirnya diwakili oleh pamannya Sumanto pada Wisuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Gelanggang Olah Raga (GOR) UNY, Sabtu (2/12/2023).
Rianty meninggalkan jejak di Universitas Negeri Yogyakarta dengan nilai IPK 3,93. Riyanty mengambil 18 mata kuliah dan semua mendapat nilai A dan hanya 5 mata kuliah mendapatkan nilai A- serta tidak memiliki nilai B.
Warga Pangkalan Kasar tersebut menulis tesis dengan judul ‘Evaluasi Program Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Imla’ di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta’.
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Sumanto yang bercerita sambil menahan air mata mengatakan, gadis kelahiran Magetan, 4 Maret 1998 itu awalnya dijemput Supriyanto, ayah kandung Riyanty di Bandara Sutan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau.
“Dari bandara menjemput adiknya di Pondok Gontor Putri 7 Pekanbaru dan sekitar 10 km sebelum sampai rumah di Kota Pangkalan Kasar Indragiri Hulu, terjadi kecelakaan dengan mobil box pukul 03.55 WIB," tuturnya, dikutip dari laman UNY, Minggu (3/12/2023).
Honda Mobilio yang ditumpang empat orang itu mengalami kecelakaan. Rianty dan ayahnya meninggal seketika di lokasi kejadian. Sedangkan kedua keponakannya meninggal tiga hari setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Kisah Abrar, Putra Daerah Aceh Lulusan Terbaik di FTTM ITB dengan IPK 3,98
Pada wisuda UNY di hari yang sama itu, anak perempuan Sumanto, Aulia Sri Utami juga diwisuda dari S2 Linguistik Terapan Fakultas Bahasa Seni dan Budaya. Anak dan keponakannya itu bersekolah yang sama di Pondok Gontor Ngawi dari MTs hingga SMA.
Aulia dan keponakannya itu kemudian lanjut kuliah S1 di perguruan tinggi berbeda. Namun dipersatukan kembali saat kuliah pascasarjana di UNY meski di program studi berbeda.
Akan tetapi takdir berkata lain, dua bersaudara itu tidak pernah berdampingan untuk menjalani prosesi wisuda dan menerima ijazah karena Rianty telah dulu berpulang.
(nnz)