Riset Universitas Glasgow Ungkap Perbedaan Wajah Orang Kaya dan Orang Miskin
loading...
A
A
A
GLASGOW - Riset atau penelitian dari Universitas Glasgow menemukan bahwa status kaya atau miskin seseorang bisa dilihat dari wajahnya. Sebuah studi dari Universitas Glasgow, Skotlandia Inggris yang diterbitkan dalam APA Journal of Experimental Psychology melakukan survei mengenai apa yang membuat seseorang terlihat kaya maupun miskin, berdasarkan penilaian dangkal. Kok bisa? Untuk info lebih jelas, artikel kali ini akan membahasnya, simak ya!
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Glasgow, Skotlandia menggunakan metode berbasis persepsi dan berbasis data untuk mengidentifikasi fitur spesifik wajah secara 3D, yang menyebabkan persepsi status kelas sosial. Penelitian ini juga berusaha menunjukkan bagaimana hal tersebut dapat berkaitan dengan penilaian terkait stereotip lainnya.
Penelitian berfokus pada pertanyaan apa yang membuat seseorang tampak memiliki kelas sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah (atau apa yang membuat seseorang terlihat kaya maupun miskin), dan bagaimana penampilan berkaitan dengan impresi apakah seseorang kompeten, ramah, dominan, dan dapat dipercaya. Sifat-sifat ini secara stereotip terkait dengan kelas sosial.
Perlu digarisbawahi, penelitian ini dilakukan dengan partisipan kulit putih dari budaya Barat. Selain itu, studi hanya dilakukan dengan cara menganalisis persepsi masyarakat mengenai fitur wajah yang dikaitkan dengan kelas sosial.
Temuan ini menyimpulkan bahwa orang-orang berwajah kecil, mulut yang terangkat apabila senyum, alis terangkat, jarak mata rapat, serta kulit cerah dan hangat, menggambarkan orang yang kaya. Orang-orang juga mengasosiasikan fitur wajah ini dengan kepercayaan, kompetensi dan kehangatan.
Sementara itu, orang-orang dengan wajah lebih lebar, lebih pendek dan datar serta mulut lebih rendah dan warna kulit lebih dingin dipandang sebagai kelas bawah, kurang dapat dipercaya dan tidak kompeten.
"Orang yang dianggap memiliki kedudukan kelas sosial tinggi atau rendah juga sering dinilai memiliki sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan," kata penulis studi Dr. R. Thora Bjornsdottir seperti dikutip New York Post, Minggu 18 Februari 2024.
Thora Bjornsdottir lebih lanjut mengatakan, hasilnya menunjukkan bahwa stereotip kelas sosial menjelaskan hubungan antara penampilan wajah dan penilaian status kelas sosial seseorang.
"Hal ini menunjukkan bahwa stereotip yang kita miliki berdampak pada cara kita memandang orang lain - stereotip tersebut membiaskan persepsi kita. Kesan kita terhadap orang lain kemudian bisa menimbulkan keuntungan atau kerugian tertentu bagi mereka," ungkapnya.
Profesor dari Computational Social Cognition, Prof Rachael E. Jack, berharap penelitian ini dapat menunjukkan bias masyarakat untuk mencegah hal tersebut terjadi di masa depan.
"Penelitian kami menunjukkan bagaimana atribut wajah tertentu memainkan peran penting dalam menghubungkan persepsi kelas sosial dengan stereotip terkait. Temuan-temuan ini tidak hanya berharga untuk memajukan pemahaman kita tentang teori-teori persepsi sosial yang penting, namun juga dapat membantu intervensi di masa depan yang dirancang untuk mematahkan persepsi-persepsi yang bias," katanya.
Penelitian Universitas Glasgow ini bertajuk "Social Class Perception Is Driven by Stereotype-Related Facial Features" ini diterbitkan dalam APA Journal of Experimental Psychology: General. Studi didanai oleh European Research Council (ERC), Economic and Social Research Council (ESRC), Wellcome Trust, dan Engineering and Physical Sciences Research Council (EPSRC).
Bentuk Wajah Bisa Menggambarkan Orang Kaya dan Miskin?
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Glasgow, Skotlandia menggunakan metode berbasis persepsi dan berbasis data untuk mengidentifikasi fitur spesifik wajah secara 3D, yang menyebabkan persepsi status kelas sosial. Penelitian ini juga berusaha menunjukkan bagaimana hal tersebut dapat berkaitan dengan penilaian terkait stereotip lainnya.
Penelitian berfokus pada pertanyaan apa yang membuat seseorang tampak memiliki kelas sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah (atau apa yang membuat seseorang terlihat kaya maupun miskin), dan bagaimana penampilan berkaitan dengan impresi apakah seseorang kompeten, ramah, dominan, dan dapat dipercaya. Sifat-sifat ini secara stereotip terkait dengan kelas sosial.
Perlu digarisbawahi, penelitian ini dilakukan dengan partisipan kulit putih dari budaya Barat. Selain itu, studi hanya dilakukan dengan cara menganalisis persepsi masyarakat mengenai fitur wajah yang dikaitkan dengan kelas sosial.
Orang Kaya Berwajah Kecil, Orang Miskin Wajahnya Lebih Lebar?
Temuan ini menyimpulkan bahwa orang-orang berwajah kecil, mulut yang terangkat apabila senyum, alis terangkat, jarak mata rapat, serta kulit cerah dan hangat, menggambarkan orang yang kaya. Orang-orang juga mengasosiasikan fitur wajah ini dengan kepercayaan, kompetensi dan kehangatan.
Sementara itu, orang-orang dengan wajah lebih lebar, lebih pendek dan datar serta mulut lebih rendah dan warna kulit lebih dingin dipandang sebagai kelas bawah, kurang dapat dipercaya dan tidak kompeten.
"Orang yang dianggap memiliki kedudukan kelas sosial tinggi atau rendah juga sering dinilai memiliki sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan," kata penulis studi Dr. R. Thora Bjornsdottir seperti dikutip New York Post, Minggu 18 Februari 2024.
Thora Bjornsdottir lebih lanjut mengatakan, hasilnya menunjukkan bahwa stereotip kelas sosial menjelaskan hubungan antara penampilan wajah dan penilaian status kelas sosial seseorang.
"Hal ini menunjukkan bahwa stereotip yang kita miliki berdampak pada cara kita memandang orang lain - stereotip tersebut membiaskan persepsi kita. Kesan kita terhadap orang lain kemudian bisa menimbulkan keuntungan atau kerugian tertentu bagi mereka," ungkapnya.
Profesor dari Computational Social Cognition, Prof Rachael E. Jack, berharap penelitian ini dapat menunjukkan bias masyarakat untuk mencegah hal tersebut terjadi di masa depan.
"Penelitian kami menunjukkan bagaimana atribut wajah tertentu memainkan peran penting dalam menghubungkan persepsi kelas sosial dengan stereotip terkait. Temuan-temuan ini tidak hanya berharga untuk memajukan pemahaman kita tentang teori-teori persepsi sosial yang penting, namun juga dapat membantu intervensi di masa depan yang dirancang untuk mematahkan persepsi-persepsi yang bias," katanya.
Penelitian Universitas Glasgow ini bertajuk "Social Class Perception Is Driven by Stereotype-Related Facial Features" ini diterbitkan dalam APA Journal of Experimental Psychology: General. Studi didanai oleh European Research Council (ERC), Economic and Social Research Council (ESRC), Wellcome Trust, dan Engineering and Physical Sciences Research Council (EPSRC).
(wyn)