Prodi HI UTA 45 Ajari Diplomasi dan Cross Culture ke Siswa SMA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program pengabdian masyarakat Prodi Hubungan Internasional (HI) Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta (UTA'45 Jakarta) mengenalkan siswa berdiplomasi dan cross culture. Sekolah sasaran kali ini adalah SMAN 110 Jakarta.
Kepala Program Studi (Kaprodi) HI UTA’45 Jakarta Khoirunnisa, menjelaskan kegiatan pengabdian masyarakat diselenggarakan atas dasar undangan dari pihak SMAN 110 Jakarta kepada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UTA’45 Jakarta untuk dapat memberikan kegiatan berupa pelatihan dan materi kepada siswa/siswi SMAN 110 Jakarta.
Sehingga, seluruh dosen dari Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UTA’45 Jakarta bersama mahasiswa menyelenggarakan sejumlah kegiatan untuk memberikan bekal berupa hardskill maupun softskill kepada siswa SMAN 110 Jakarta yang berhubungan dengan keilmuan Hubungan Internasional.
Baca juga: 7 Jurusan Kuliah yang Dibutuhkan Jika Ingin Kerja di Luar Negeri
Pemberian materi Diplomasi Budaya disampaikan Dosen Prodi Ilmu HI UTA'45 Jakarta Indrawati yang menayangkan beberapa video tersebut dapat terlihat unsur-unsur diplomasi budaya yang disisipkan, seperti dalam tayangan/cuplikan salah satu episode Doraemon yang membahas kultur/kebiasaan dalam sushi (makanan khas Jepang).
Selain itu juga dibahas mengenai budaya intrinsik Doraemon sebagai representasi kemajuan teknologi negara Jepang, serta teman-teman Nobita yang merepresentasikan negara-negara sekutu/aliansi dari Jepang, dan sebagainya.
"Bahwa diplomasi budaya bukan hanya menjadi domain tugas negara, namun juga dilakukan oleh berbagai pihak, salah satunya melalui budaya popular. Jepang dan Korea adalah dua contoh negara yang menjalankan diplomasi budaya melalui metode budaya popular, seperti melalui tayangan anime maupun drama yang memasukkan unsur-unsur budaya negara seperti makanan, kebiasaan, dan sebagainya,” katanya, dalam keterangan resmi, Selasa (7/5/2024).
Baca juga: Ini Dia 10 Universitas dengan Jurusan Hubungan Internasional Terbaik di Asia
Sementara dalam sesi materi cross-culture yang disampaikan Made Fitri Maya Padmi memperkenalkan berbagai makanan pokok dari seluruh dunia, , selain nasi yang menjadi makanan pokok dari Indonesia. Roti, pisang tanduk, singkong, gandum, maupun bahan pokok lainnya yang menjadi makanan pokok dari negara lain di dunia.
Dia menjelaskan, cross-culture understanding menjadi hal penting di tengah situasi global saat ini pemahaman terkait budaya, salah satunya makanan menjadi hal yang perlu dibahas.
Terlebih globalisasi membuat terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya lokal dan luar negeri sehingga, jelasnya, terkadang batas-batas asal budaya menjadi kabur.
Seperti beberapa makanan yang dikira merupakan makanan asal Indonesia seperti lumpia, siomay, dan sebagai, padahal merupakan hasil akulturasi dan asimilasi budaya Tionghoa dan Indonesia,” pungkasnya.
Selain itu tambah dia, pemahaman terkait budaya yang berbeda penting untuk dimiliki oleh generasi muda guna meningkatkan rasa toleransi dan rasa saling pengertian atas perbedaan yang hadir di tengah masyarakat.
Kepala Program Studi (Kaprodi) HI UTA’45 Jakarta Khoirunnisa, menjelaskan kegiatan pengabdian masyarakat diselenggarakan atas dasar undangan dari pihak SMAN 110 Jakarta kepada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UTA’45 Jakarta untuk dapat memberikan kegiatan berupa pelatihan dan materi kepada siswa/siswi SMAN 110 Jakarta.
Sehingga, seluruh dosen dari Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UTA’45 Jakarta bersama mahasiswa menyelenggarakan sejumlah kegiatan untuk memberikan bekal berupa hardskill maupun softskill kepada siswa SMAN 110 Jakarta yang berhubungan dengan keilmuan Hubungan Internasional.
Baca juga: 7 Jurusan Kuliah yang Dibutuhkan Jika Ingin Kerja di Luar Negeri
Pemberian materi Diplomasi Budaya disampaikan Dosen Prodi Ilmu HI UTA'45 Jakarta Indrawati yang menayangkan beberapa video tersebut dapat terlihat unsur-unsur diplomasi budaya yang disisipkan, seperti dalam tayangan/cuplikan salah satu episode Doraemon yang membahas kultur/kebiasaan dalam sushi (makanan khas Jepang).
Selain itu juga dibahas mengenai budaya intrinsik Doraemon sebagai representasi kemajuan teknologi negara Jepang, serta teman-teman Nobita yang merepresentasikan negara-negara sekutu/aliansi dari Jepang, dan sebagainya.
"Bahwa diplomasi budaya bukan hanya menjadi domain tugas negara, namun juga dilakukan oleh berbagai pihak, salah satunya melalui budaya popular. Jepang dan Korea adalah dua contoh negara yang menjalankan diplomasi budaya melalui metode budaya popular, seperti melalui tayangan anime maupun drama yang memasukkan unsur-unsur budaya negara seperti makanan, kebiasaan, dan sebagainya,” katanya, dalam keterangan resmi, Selasa (7/5/2024).
Baca juga: Ini Dia 10 Universitas dengan Jurusan Hubungan Internasional Terbaik di Asia
Sementara dalam sesi materi cross-culture yang disampaikan Made Fitri Maya Padmi memperkenalkan berbagai makanan pokok dari seluruh dunia, , selain nasi yang menjadi makanan pokok dari Indonesia. Roti, pisang tanduk, singkong, gandum, maupun bahan pokok lainnya yang menjadi makanan pokok dari negara lain di dunia.
Dia menjelaskan, cross-culture understanding menjadi hal penting di tengah situasi global saat ini pemahaman terkait budaya, salah satunya makanan menjadi hal yang perlu dibahas.
Terlebih globalisasi membuat terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya lokal dan luar negeri sehingga, jelasnya, terkadang batas-batas asal budaya menjadi kabur.
Seperti beberapa makanan yang dikira merupakan makanan asal Indonesia seperti lumpia, siomay, dan sebagai, padahal merupakan hasil akulturasi dan asimilasi budaya Tionghoa dan Indonesia,” pungkasnya.
Selain itu tambah dia, pemahaman terkait budaya yang berbeda penting untuk dimiliki oleh generasi muda guna meningkatkan rasa toleransi dan rasa saling pengertian atas perbedaan yang hadir di tengah masyarakat.
(nnz)