UNESCO Tetapkan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol sebagai Memory of The World

Jum'at, 10 Mei 2024 - 10:37 WIB
loading...
UNESCO Tetapkan Naskah...
Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol, ditetapkan sebagai salah satu Memory of the World (MoW) for Asia and the Pasific. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Warisan dokumenter Indonesia, naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol, ditetapkan sebagai salah satu Memory of the World (MoW) for Asia and the Pasific. Naskah ini diusulkan Perpusnas dan Pemprov Sumatera Barat (Sumbar)

Penyerahan sertifikat dilakukan oleh pemimpin Memory of the World Regional Committee for Asia and the Pacific (MOWCAP) Kwibae Kim kepada Kepala Arsip Nasional Imam Gunarto didampingi oleh Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Mariana Ginting di Ulaan Baatar, Mongolia.

MOWCAP adalah forum regional untuk Program Memori Dunia/Memory of the World (MOW) global Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) yang didirikan pada 1998.

Baca juga: Perpusnas Ajukan Tiga Naskah Kuno sebagai Memory of The World ke UNESCO

Naskah ini terpilih setelah mengikuti proses pemilihan suara dari peserta pertemuan yang mewakili Australia dan Tuvalu, Bangladesh, Tiongkok, Filipina, India, Malaysia, Mongolia, Uzbekistan, dan Vietnam.

Selain naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol, penetapan Memory of the World for Asia and the Pasific juga diberikan kepada arsip Indarung Semen Padang yang diusulkan oleh PT Semen Padang, dan arsip tentang Indonesian Sugar Research Institut tahun 1887-1986 yang diusulkan Kantor Perpustakaan dan Arsip Jawa Timur serta Balai Penelitian Gula Indonesia.

Pustakawan ahli pertama Perpusnas Aditia Gunawan menjelaskan naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol merupakan salah satu catatan autentik yang ditulis oleh pribumi tentang ringkasan sejarah Perang Paderi dan Sumatera Barat pada abad ke-19.

Ditulis oleh Naali Sutan Caniago, putra Tuanku Imam Bonjol, semasa pengasingannya di Manado. Naskah ini menceritakan secara langsung peristiwa sejarah di Minangkabau abad ke-19 dan dianggap sebagai autobiografi Melayu pertama dalam pengertian modern.

Baca juga: Wakil Ketua Komisi X DPR Potret Kondisi Literasi hingga Perpustakaan melalui Buku

Dia menambahkan, ada beberapa alasan mengapa naskah ini layak ditetapkan menjadi Memory of the World (MoW) for Asia and the Pasific. Pertama, naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol merupakan karya perintis, baik dari segi pengaruh dan genre tulisan. “Karya tersebut berupa hipogram dengan aktor yang menceritakannya secara langsung,” katanya, dalam keterangan resmi, Jumat (10/5/2024).

Kedua, manuskrip ini mempunyai relevansi sejarah yang signifikan pada masa prakemerdekaan Indonesia dan menjadi bukti sejarah Minangkabau pada abad ke-19. Ketiga, karya ini menyajikan narasi global pergerakan Islam antara Timur Tengah dan Asia Tenggara pada abad ke-18 hingga abad ke-19.

“Keempat, naskah ini menyoroti peran aktif perempuan, sebuah ciri yang didukung oleh latar belakang budaya Minangkabau dengan kekerabatan matrilinealnya. Dan yang kelima, sebagai satu-satunya karya tulis tangan Melayu Minangkabau yang mengungkap fakta sejarah, naskah ini mempunyai poisisi tak tergantikan sebagai referensi masa depan,” urainya.

Jika ditelaah lebih lanjut, naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol menceritakan refleksi pribadi Tuanku Imam Bonjol tentang pengorbanan dan efek perang yang berkepanjangan selama 34 tahun. Tuanku Imam Bonjol mengekspresikan penyesalan yang dalam kepada pengikutnya, di mana timbul pertanyaan dalam dirinya, apakah ada banyak aturan di dalam Al-Qur’an yang telah dilanggar selama perang tersebut.

“Lahir pada tahun 1772 di Sumatera Barat, Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin perang Paderi, salah satu perang terlama suku minangkabau melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1803-1837 di Indonesia. Ia ditahan dan diasingkan di beberapa tempat di Indonesia, dan dalam masa pengasingannya, ia masih mengatur pergerakan perlawanan melawan penjajah,” tuturnya.

Setelah penetapan naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol oleh MOWCAP, dia menjelaskan, diperlukan program tindak lanjut yang menjadikan naskah tersebut mudah diakses, dikenal luas, dan dilestarikan hingga generasi mendatang.

Di kawasan Asia Pasifik, banyak perpustakaan, arsip dan lembaga memori yang menghadapi tantangan berat seperti misalnya ekonomi, iklim dan geografis dalam menjaga kelestarian koleksinya.

MOWCAP bertujuan untuk membantu pelestarian dan akses universal terhadap warisan dokumenter di kawasan Asia/Pasifik dan juga meningkatkan kesadaran akan keberadaan dan pentingnya warisan tersebut.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1651 seconds (0.1#10.140)