Ketua Nour Global Education: Universitas Al Azhar Mesir Mesin Pencetak Ulama

Minggu, 23 Juni 2024 - 10:29 WIB
loading...
Ketua Nour Global Education:...
Universitas Al Azhar Mesir adalah mesin pencetak ulama. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Universitas Al Azhar Mesir adalah mesin pencetak ulama. Kampus dengan populasi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang mencapai 15,000 pelajar/mahasiswa memungkinkan untuk diberikan pembelajaran tentang Islam dalam perspektif moderat.

Hal ini disampaikan Ketua Lembaga Nour Global Education Mahkamah Mahdi. Dia melanjutkan, para lulusan sekembalinya ke Indonesia diharapkan dapat menyebarkan nilai-nilai keislaman yang moderat dalam berbagai level pengabdian.

Baik sebagai guru mengaji di surau, tenaga pengajar di Pesantren, tenaga akademik di kampus, atau sebagai eksekutif di jajaran pemerintahan, anggota legislatif dan yudikatif, serta menjadi tokoh pemuka agama.

Baca juga: Dibuka hingga 24 Mei 2024, Pendaftar Universitas Al-Azhar Mesir Capai Ribuan Peserta

Ia menampik bahwa sebagian besar mahasiswa di Al Azhar tidak belajar dengan sungguh-sungguh, pergaulan bebas, dan melakukan beragam kegiatan amoral lainnya.

"Tidak benar adanya tuduhan sepihak dari orang-orang tertentu bahwa mahasiswa Indonesia di Mesir lebih banyak menyia-nyiakan waktu, tidak fokus belajar, dan melalukan tindak asusila," katanya, dalam keterangan resmi, Minggu (23/6/2024).

Mahkamah yang mempertahankan disertasi doktoralnya di hadapan mahaguru Universitas Al Azhar di bidang Ushul Fiqhi dengan nilai Cumlaude with second class honour ini menuturkan, justru pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir menjadi panutan.

Baca juga: Lahirkan SDM Unggul, Lazis ASFA Gandeng Al-Azhar Kairo Gelar Pelatihan Kader Ulama

Mereka, lanjutnya, rajin mengikuti perkuliahan di kampus, menjadi murabbi, bahkan sebagai tenaga pengajar bagi mahasiswa asing lainnya khususnya yang datang dari Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand dan Filipina.

"Bahkan ada yang mendapat kepercayaan sebagai tenaga pengajar Tasawuf di Madrasah milik Syeikh Ali Gomaa Mohammad Abdel Wahab, Mufti Besar Mesir periode 2003 - 2013," ujar dia.

Selain sebagai mahasiswa di Al Azhar, dia mengatakan, mereka juga dapat berkontribusi pada komunitas masyarakat di Mesir, baik sebagai imam tetap di masjid-masjid Mesir dan juga mengajar mengaji kalangan warga Mesir.

Dia menjelaskan, mahasiswa Indonesia di Universitas Al Azhar sebagaimana menjadi pengetahuan bersama, tidak dikenakan pembayaran SPP.

Namun, ujarnya, karena masih minimnya beasiswa dan santunan belajar dari pemerintah Indonesia maka, pelajar dan mahasiswa kreatif untuk melakukan aktivitas pendukung tanpa meninggalkan misi utama yaitu belajar.

Kegiatan yang dimaksud seperti berperan aktif sebagai tenaga musim haji, menjadi pemandu wisata bagi para pelancong Tanah Air, membuka warung makan dengan harga terjangkau, membuat tempe, tahu, kue-kue, dan aktivitas lainnya.

Ia pun mengimbau pihak-pihak terkait bila di dalam penyelenggaraan pembinaan pelajar dan mahasiswa di Mesir terdapat kendala-kendala dan hambatan, agar ini dapat didiskusikan oleh seluruh stakeholder terkait.

Seperti Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, dan kementerian/lembaga terkait lainnya.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)