Epik Mahabharata Antar Komikus I Wayan Nuriarta Raih Gelar Doktor di UNUD

Senin, 22 Juli 2024 - 19:38 WIB
loading...
Epik Mahabharata Antar...
Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar, I Wayan Nuriarta meraih gelar Doktor Kajian Budaya Universitas Udayana (UNUD). Foto/Istimewa.
A A A
DENPASAR - Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar, I Wayan Nuriarta meraih gelar Doktor Kajian Budaya Universitas Udayana (UNUD). Ia mempertahankan disertasinya berjudul Artikulasi Identitas dalam Komik Wayang Epik Mahabharata di Indonesia.

Komikus yang juga menjabat pengurus Gurat Institute, dan anggota HOCA menyampaikan latar belakang penelitiannya menyebutkan bahwa komik wayang epik Mahabharata menempati posisi penting dalam sejarah seni komik dan budaya populer di Indonesia.

Baca juga: Perwira TNI AL Raih Gelar Doktor di Unpad dengan Predikat Cum Laude

Sebagai bagian dari budaya populer, kehadiran komik lazimnya dianggap sebagai bacaan hiburan dan pencarian nilai-nilai moral bagi kebanyakan penghobi komik, terutama pada cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana.

"Akan tetapi, lebih dari sekadar hiburan, komik sebetulnya juga mengandung berbagai gagasan, aspirasi, ideologi, atau apa yang dalam penelitian ini disebutkan sebagai artikulasi identitas, topik yang jarang dibahas secara serius dalam sejarah studi komik yang relatif jarang di Indonesia," ujarnya, melalui siaran pers, Senin (22/7/2024).

Baca juga: Mau Raih Gelar Doktor di Usia Muda? Daftar Beasiswa PMDSU 2024 Sekarang

Komik wayang epik Mahabharata menurutnya adalah peleburan dua perkara yang sepintas lalu paradoksal. Di satu sisi karya ini merupakan komik sebagai seni populer yang komersial dan bersifat massal.

Namun di sisi lain karya ini juga wayang sebagai seni adiluhung yang semula muncul dalam sastra, ditafsirkan dalam seni rupa dan tari, populer sebagai teater wayang kulit, dan tetap populer dalam seni wayang orang yang spektakuler.

"Namun, komikus komik wayang mampu mengemas kedua aspek tersebut sebagai penjelmaan baru. Komik wayang epik Mahabharata hadir sebagai komik dengan identitasnya tersendiri," tuturnya.

Baca juga: Sidang Promosi Doktor UI, Muhammad Kholid Sarankan Revisi UU Migas Dipercepat

"Komik wayang epik Mahabharata karya ketiga komikus Indonesia yaitu R.A Kosasih, Teguh Santosa, dan Gun Gun adalah peleburan berbagai identitas yang tampak dalam artikulasi masing-masing," papar I Wayan Nuriarta.

Dilanjutkannya, kajian mengutamakan konten komik epik Mahabharata yang merefleksikan perbincangan relevan untuk memaknai artikulasi identitas keindonesiaan. Hal ini menjadi penanda yang berbeda (otherness) dengan Barat.

"Upaya mengartikulasikan identitas keindonesiaan lewat komik epik Mahbaharata menjadi menarik dikaji karena Mahabharata berasal dari luar, dalam hal ini India. Internalisasi atau rekreasi identitas India ke dalam identitas Indonesia ini memberikan dimensi semakin menarik dalam pembahasan artikulasi identitas dalam konteks budaya populer komik," tukasnya.

Berdasarkan analisis dan persoalan penelitian yang diangkat, I Wayan Nuriarta merik tiga simpulan.

Pertama, tiga komikus terkemuka Indonesia R.A Kosasih, Teguh Santosa, dan Gun Gun melakukan konstruksi identitas keindonesiaan dalam komik wayang epik Mahabharata lewat tiga bentuk, yaitu konstruksi bentuk identitas visual, bentuk identitas verbal, dan bentuk identitas naratif.

Dalam melakukan kontruksi bentuk itu, komikus melakukan dengan kekhasan sesuai dengan pandangan dunia (world view) dan latar belakang budaya masing-masing yaitu Sunda, Jawa, dan Bali.

Teks verbalnya menggunakan Bahasa Indonesia dan memasukan unsur bahasa daerah dalam komiknya, seperti penggunaan istilah Sunda untuk bertegur-sapa, sampurasun, bahasa Jawa seperti kata kangmas (panggilan untuk saudara laki-laki), dan kata kerahayuan (keselamatan).

"Konstruksi narasi keindonesiaan hadir dengan memunculkan Drupadi sebagai perempuan yang hanya memiliki seorang suami yaitu Yudistira. Drupadi tidak dimunculkan sebagai perempuan yang melakukan poliandri seperti narasi versi India. Hadirnya tokoh Antasena.

Tokoh Antasena hanya ada di kisah Mahabharata versi Jawa. Konstruksi naratif sebagai identitas keindonesiaan juga muncul dengan adanya tokoh Maharsi yang bercerita pada Prabu Janamejaya.

Komik Mahabharata karya Gun Gun banyak memasukkan ajaran Agama Hindu yang tidak terasa sebagai konstruksi radikal karena epik Mahabharata berasal dari India," urainya.

Kedua, ada tiga faktor penyebab terjadinya artikulasi identitas keindonesiaan dalam komik wayang tiga komikus yaitu faktor kesadaran pentingnya penguatan identitas budaya daerah, faktor nasionalisme, dan faktor ideologi kapital.

Sedangkan kesimpulan ketiga, implikasi artikulasi identitas dalam komik wayang Mahabharata berdampak pada lahirnya re-kreasi komik, diterimanya komik sebagai budaya Indonesia, terjadi counter hegemoni terhadap dominasi identitas komik sebagai budaya Barat dengan munculnya komik wayang dalam sepanjang sejarah kemunculannya dari tahun 1955 sampai tahun 2015, dan lahirnya genre-genre baru komik di Indonesia.

Di akhir I Wayan Nuriarta meyakini penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi dunia pendidikan sebagai bahan ajar atau modul yang dapat digunakan dalam pengajaran desain komunikasi visual.

Penelitian ini juga memperkaya khasanah kajian kritis budaya populer komik dalam Kajian Budaya dan kajian komunikasi visual terutama yang berkaitan dengan artikulasi identitas budaya dalam komik.
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1515 seconds (0.1#10.140)