Founder GSM Soroti Kesenjangan Sosial dan Spiritual pada Anak Muda
loading...
A
A
A
JAKARTA - Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal menyoroti kesenjangan sosial dan spiritual yang terjadi pada anak muda zaman sekarang. Kondisi ini didorong dengan keberadaan sosial media.
Rizal mengatakan, GSM menghadirkan gerakan aksi masal yaitu Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) sebagai wadah bagi anak muda untuk bisa ikut berkontribusi dalam perubahan pendidikan di Indonesia dengan cara turun ke sekolah.
Baca juga: GSM Dorong Sekolah di Pinggiran Yogyakarta Berkualitas Internasional
Rizal mengungkapkan, ada dua maksud mengapa Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) ini digagas.
Pertama, GTS didirikan dengan tujuan utama untuk mengubah budaya pendidikan yang memanusiakan dan memberikan ruang kesetaraan.
Lebih dari itu, Rizal juga menjelaskan apa yang membedakan GTS dengan gerakan-gerakan yang sebelumnya, salah satunya adalah GTS yang lebih berfokus pada pemaksimalan potensi anak muda.
“Kami ingin agar anak muda yang bisa menyampaikannya. Pasalnya, anak muda adalah output dari pendidikan itu sendiri. Jadi, ketika anak muda bisa untuk menyampaikan bahwa pendidikan kita harus berubah, kita tidak lagi fokus pada guru dan kurikulum,” ucap Rizal, melalui siaran pers, Rabu (7/8/2024).
Baca juga: Membangun Pembelajaran Menyenangkan agar Anak Mencintai Sekolah
Kedua, GTS diharapkan mampu menjadi solusi atas persoalan kesenjangan pada anak muda di era sekarang yang dapat dirangkum menjadi tiga, yaitu kesenjangan sosial, kesenjangan spiritual, dan kesenjangan ekologi. Semua ini diakselerasi dengan keberadaan sosial media.
Kesenjangan sosial terjadi ketika ada perbedaan antara dirinya dengan orang lain yang biasanya kerap muncul. Contoh kesenjangannya adalah ketika di dalam rentang umur yang sama terdapat orang-orang yang seakan bernasib amat baik dengan kekayaan materialnya, tetapi di sisi lain juga ada mereka yang dianggap “kurang beruntung” dan harus berjuang secara keras tanpa jaminan akan berujung pada hasil yang sama. Dampaknya adalah timbul polarisasi, bullying, kekerasan, hingga keterbelahan sosial yang parah di masyarakat kita.
Rizal juga menyoroti adanya kesenjangan spiritual pada anak muda zaman sekarang.
Rizal mengatakan, GSM menghadirkan gerakan aksi masal yaitu Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) sebagai wadah bagi anak muda untuk bisa ikut berkontribusi dalam perubahan pendidikan di Indonesia dengan cara turun ke sekolah.
Baca juga: GSM Dorong Sekolah di Pinggiran Yogyakarta Berkualitas Internasional
Rizal mengungkapkan, ada dua maksud mengapa Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) ini digagas.
Pertama, GTS didirikan dengan tujuan utama untuk mengubah budaya pendidikan yang memanusiakan dan memberikan ruang kesetaraan.
Lebih dari itu, Rizal juga menjelaskan apa yang membedakan GTS dengan gerakan-gerakan yang sebelumnya, salah satunya adalah GTS yang lebih berfokus pada pemaksimalan potensi anak muda.
“Kami ingin agar anak muda yang bisa menyampaikannya. Pasalnya, anak muda adalah output dari pendidikan itu sendiri. Jadi, ketika anak muda bisa untuk menyampaikan bahwa pendidikan kita harus berubah, kita tidak lagi fokus pada guru dan kurikulum,” ucap Rizal, melalui siaran pers, Rabu (7/8/2024).
Baca juga: Membangun Pembelajaran Menyenangkan agar Anak Mencintai Sekolah
Kedua, GTS diharapkan mampu menjadi solusi atas persoalan kesenjangan pada anak muda di era sekarang yang dapat dirangkum menjadi tiga, yaitu kesenjangan sosial, kesenjangan spiritual, dan kesenjangan ekologi. Semua ini diakselerasi dengan keberadaan sosial media.
Kesenjangan sosial terjadi ketika ada perbedaan antara dirinya dengan orang lain yang biasanya kerap muncul. Contoh kesenjangannya adalah ketika di dalam rentang umur yang sama terdapat orang-orang yang seakan bernasib amat baik dengan kekayaan materialnya, tetapi di sisi lain juga ada mereka yang dianggap “kurang beruntung” dan harus berjuang secara keras tanpa jaminan akan berujung pada hasil yang sama. Dampaknya adalah timbul polarisasi, bullying, kekerasan, hingga keterbelahan sosial yang parah di masyarakat kita.
Rizal juga menyoroti adanya kesenjangan spiritual pada anak muda zaman sekarang.