LIPI Tambah 4 Profesor Riset
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset. Empat peneliti yang dikukuhkan tersebut adalah Goib Wiranto dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, Ahmad Najib Burhani dari Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya, Cahyo Pamungkas dari Pusat Penelitian Kewilayahan, dan Dwi Susilaningsih dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.
Masing-masing berasal dari bidang kepakaran Eelektronika, Agama dan Tradisi Keagamaan, Sosiologi Umum, dan Bioproses.
Profesor Riset yang dilantik adalah Profesor Riset ke-143, 144, 145, dan 146 di lingkungan LIPI. Orasi Pengukuhan disampaikan pada Kamis 27 Agustus 2020 secara virtual melalui live streaming di kanal Youtube LIPI. (Baca juga: Empat Doktor Baru Siap Perkuat Kualitas Akademik FEB UIN Jakarta )
Goib Wiranto dalam orasi pengukuhan profesor risetnya yang berjudul “Pengembangan Sensor Berbasis Teknologi Mikroelektronika untuk Pemantauan Pencemaran Lingkungan” menjelaskan perkembangan teknologi fabrikasi sensor pencemaran lingkungan berbasis teknologi thick-film, thin-film dan micromachining/MEMs.
“Teknologi micromachining dan thin-film bisa dimanfaatkan untuk fabrikasi sensor gas, serta teknologi thick-film dimanfaatkan untuk fabrikasi sensor kualitas air,” katanya melalui siaran pers, Kamis (27/8).
Ia menambahkan pemanfaatan teknologi sensor berpotensi digunakan khususnya untuk bidang lingkungan, pertanian dan perikanan. Dalam orasi berjudul “Agama, Kultur (In)Toleransi, dan Dilema Minoritas di Indonesia” Ahmad Najib Burhani memaparkan empat rekomendasi untuk mengatasi problematika dan dilema minoritas di Indonesia.
Pertama, penekanan dan pendekatan Hak Asasi Manusia Kedua, penekanan tentang adanya kewarganegaraan yang setara (non-differentiated citizenship) tanpa dibedakan berdasarkan agama atau etnis. Juga pendekatan teologis atau keagamaan serta pendidikan perdamaian dan pemberlakukan kebijakan non-diskriminatif . (Baca juga: 15 Perguruan Tinggi Masuk Klaster 1, Ini Harapan Kemendikbud )
Membahas tentang konflik sosial, Cahayo Pamungkas dalam “Rekonstruksi Pendekatan dalam Kajian Konflik di Asia Tenggara: Kasus Indonesia, Filipina, Thailand, dan Myanmar” menyebutkan bahwa pendekatan yang memandang bahwa identitas etnis dan agama merupakan sumber utama dari intoleransi, radikalisme dan konflik sosial perlu direkonstruksi kembali.
Orasi Profesor Riset Dwi Susilaningsih yang berjudul “Energi Masa Depan Generasi Tiga Berbasis Mikroba Fotosintetik dan Mikroalga” menjelaskan jumlah kebutuhan yang meningkat dan laju jumlah penduduk yang tinggi di Indonesia menuntut adanya alternatif energi yang baru, terbarukan, dapat berdaur ulang cepat, dan ramah lingkungan
“Biofuel dari generasi tiga sangat berpotensi dikembangkan sebagai energi baru terbarukan di Indonesia karena ketersediaan sumber daya genetik yang melimpah, perairan yang luas, cahaya matahari sepanjang tahun dan fluktuasi suhu yang rendah antara siang dan malam, terang Dwi.
Masing-masing berasal dari bidang kepakaran Eelektronika, Agama dan Tradisi Keagamaan, Sosiologi Umum, dan Bioproses.
Profesor Riset yang dilantik adalah Profesor Riset ke-143, 144, 145, dan 146 di lingkungan LIPI. Orasi Pengukuhan disampaikan pada Kamis 27 Agustus 2020 secara virtual melalui live streaming di kanal Youtube LIPI. (Baca juga: Empat Doktor Baru Siap Perkuat Kualitas Akademik FEB UIN Jakarta )
Goib Wiranto dalam orasi pengukuhan profesor risetnya yang berjudul “Pengembangan Sensor Berbasis Teknologi Mikroelektronika untuk Pemantauan Pencemaran Lingkungan” menjelaskan perkembangan teknologi fabrikasi sensor pencemaran lingkungan berbasis teknologi thick-film, thin-film dan micromachining/MEMs.
“Teknologi micromachining dan thin-film bisa dimanfaatkan untuk fabrikasi sensor gas, serta teknologi thick-film dimanfaatkan untuk fabrikasi sensor kualitas air,” katanya melalui siaran pers, Kamis (27/8).
Ia menambahkan pemanfaatan teknologi sensor berpotensi digunakan khususnya untuk bidang lingkungan, pertanian dan perikanan. Dalam orasi berjudul “Agama, Kultur (In)Toleransi, dan Dilema Minoritas di Indonesia” Ahmad Najib Burhani memaparkan empat rekomendasi untuk mengatasi problematika dan dilema minoritas di Indonesia.
Pertama, penekanan dan pendekatan Hak Asasi Manusia Kedua, penekanan tentang adanya kewarganegaraan yang setara (non-differentiated citizenship) tanpa dibedakan berdasarkan agama atau etnis. Juga pendekatan teologis atau keagamaan serta pendidikan perdamaian dan pemberlakukan kebijakan non-diskriminatif . (Baca juga: 15 Perguruan Tinggi Masuk Klaster 1, Ini Harapan Kemendikbud )
Membahas tentang konflik sosial, Cahayo Pamungkas dalam “Rekonstruksi Pendekatan dalam Kajian Konflik di Asia Tenggara: Kasus Indonesia, Filipina, Thailand, dan Myanmar” menyebutkan bahwa pendekatan yang memandang bahwa identitas etnis dan agama merupakan sumber utama dari intoleransi, radikalisme dan konflik sosial perlu direkonstruksi kembali.
Orasi Profesor Riset Dwi Susilaningsih yang berjudul “Energi Masa Depan Generasi Tiga Berbasis Mikroba Fotosintetik dan Mikroalga” menjelaskan jumlah kebutuhan yang meningkat dan laju jumlah penduduk yang tinggi di Indonesia menuntut adanya alternatif energi yang baru, terbarukan, dapat berdaur ulang cepat, dan ramah lingkungan
“Biofuel dari generasi tiga sangat berpotensi dikembangkan sebagai energi baru terbarukan di Indonesia karena ketersediaan sumber daya genetik yang melimpah, perairan yang luas, cahaya matahari sepanjang tahun dan fluktuasi suhu yang rendah antara siang dan malam, terang Dwi.
(mpw)