KPAI Sebut Infrastruktur untuk Pembelajaran Tatap Muka Masih Minim

Jum'at, 28 Agustus 2020 - 08:40 WIB
loading...
KPAI Sebut Infrastruktur untuk Pembelajaran Tatap Muka Masih Minim
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengunjungi sekolah-sekolah di berbagai wilayah, seperti Kota Bandung, Tangerang Selatan, Mataram, dan Kabupaten Bima. Hasilnya, sejumlah sekolah dinyatakan belum siap melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan pihaknya mendatangi 30 sekolah yang tersebar di Provinsi Jawa Barat, Banten, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, dan Sumatera Selatan. KPAI melihat langsung kesiapan sekolah, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kunjungannya dilaksanakan pada Juni dan Agustus 2020. KPAI membuat beberapa indikator kesiapan sekolah, seperti infrastruktur dan protokol kesehatan. “Hasil pemeriksaan dan pengawasan menunjukkan sekolah belum siap menggelar pembelajaran tatap muka saat ini,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis malam (27/8/2020). (Baca juga: Selain Kurikulum Darurat, Kemendikbud Juga Siapkan Modul Khusus PAUD-SD )

Selain kunjungan langsung, KPAI melakukan survei tentang kesiapan sekolah. Survei ini menggunakan aplikasi google form dan diikuti 6.729 sekolah di 13 provinsi, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jambi, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Retno mengungkapan berdasarkan survei itu, sekolah menyatakan belum berani menggelar pembelajaran tatap muka. “99 persen responden tidak berani menentukan sendiri. Jadi menunggu instruksi atau kebijakan dinas pendidikan setempat. Sedangkan, 1 persen responden menyatakan tidak tahu,” ucapnya. (Baca juga: Anggarkan Rp1 T, Mendikbud Jamin Tak Ada Mahasiswa yang DO Saat COVID-19 )

Terkait infrastruktur, sekolah-sekolah sebenarnya sudah memiliki wastafel. Namun, jumlahnya sedikit dan tidak menyebar. Nyaris semuanya terkonsentrasi di toilet sekolah. Wastafel ini sangat diperlukan dalam adaptasi kebiasaan baru di sekolah.

Mantan Kepala SMAN 3 Jakarta itu menerangkan perlu ada sosialisasi berbagai protokol tentang adaptasi kebiasaan baru kepada guru dan siswa.

“Guru akan menjadi model dan contoh bagi para siswa untuk mematuhi protokol kesehatan. Kalau gurunya siap, anak-anak akan siap dan patuh terhadap protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru di sekolah,” pungkasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5166 seconds (0.1#10.140)