Kolaborasi Kemendikbud, KemenPPA, dan Tanoto Foundation untuk Tingkatkan Kemandirian Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemandirian merupakan kemampuan penting yang dapat dilatih sejak dini. Namun sayangnya, kepedulian orang tua yang selalu siap membantu kegiatan dan kebutuhan anak membuat anak menjadi terlalu bergantung pada orang tua dan tidak mandiri.
Padahal, menurut laporan penelitian dari C.S Mott Children Hospital dari University of Michigan Health tahun 2023, mendorong kemandirian pada anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri, ketahanan, kemampuan memecahkan masalah, dan berdampak baik pada kesehatan mental anak.
Baca juga: 2 Anak Duta Sheila on 7 Ternyata Alumni Sekolah Ini, dari TK sampai Lulus SMA
Kemandirian juga merupakan hak tumbuh kembang anak ini dapat dilatih melalui media menyenangkan, contohnya melalui buku cerita bergambar.
Berdasarkan hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Tanoto Foundation mengajak masyarakat untuk meningkatkan kemandirian anak sejak dini melalui “Petualangan Menuju Kemandirian #SiKecilBisa” lewat buku cerita “Bisa atau Tidak Ya?”.
Buku ini menceritakan dua tokoh kakak beradik. Tora yang duduk di sekolah dasar sudah mandiri dalam menjalankan aktivitas harian. Kemandirian Tora, lantas menjadi inspirasi bagi Tania adiknya, yang duduk di bangku taman kanak-kanak untuk berlatih mandiri.
Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Amurwani Dwi Lestariningsih, beserta jajaran menyampaikan, peran orang tua atau pengasuh dalam memenuhi segala kebutuhan anak-anak merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka karena anak-anak belajar mencontoh perilaku orang dewasa di sekitar.
“Buku ‘Bisa atau Tidak, Ya?’ memberikan kita gambaran tentang cara anak untuk berperilaku mandiri. Namun tetap, anak memerlukan pendampingan orang tua. Contoh keteladanan menjadi penting bagi anak untuk pembentukan karakter sejak dini dan buku ini menyajikan hal itu,” kata Amurwani.
“Kami menyambut baik terbitnya buku “Bisa atau Tidak,Ya?” yang mendukung Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, memberi penegasan bahwa setiap anak wajib dijamin, dipenuhi, dan dilindungi hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,” sambung Amurwani.
Di tempat yang sama, Direktur PAUD, Dikdasmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Komalasari mengatakan bahwa peluncuran buku cerita ini sejalan dengan semangat implementasi Kurikulum Merdeka, dalam rangka menghasilkan generasi anak-anak yang mandiri, kreatif, berdaya saing, serta sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan literasi anak.
“Kehadiran buku “Bisa atau Tidak, Ya?” juga mendukung program Merdeka Belajar Episode ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, dan Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan,” sambung Komalasari.
Head of Learning Environment Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati, mengingatkan bahwa usia dini menjadi tahap kritis bagi anak untuk belajar dan membentuk berbagai potensi dasar, termasuk kemandirian.
“Masih banyak anggapan bahwa anak usia dini belum mampu mandiri. Padahal, melatih kemandirian sejak dini berkontribusi dalam menumbuhkan kepercayaan diri dan resiliensi atau daya juang anak, yang menjadi bekal penting bagi anak untuk menghadapi berbagai tantangan masa depan mereka,” pungkas Ari.
“Lewat buku “Bisa atau Tidak, Ya?”, Tanoto Foundation berharap selain dapat membantu anak menjadi mandiri yang akan mendorong terbentuknya kemampuan fondasi, juga dapat meningkatkan literasi anak sejak dini dengan buku bacaan berkualitas,” kata Ari.
Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, sebelumnya juga telah melakukan studi bersama School of Parenting pada akhir 2023 mengenai praktik pengasuhan anak usia dini. Studi tersebut menunjukkan bahwa 51,2% balita di Indonesia belum memiliki buku cerita, dan 56,5% orang tua belum pernah membacakan buku cerita untuk anak mereka.
“Oleh karena itu, melalui buku cerita “Bisa atau Tidak, Ya?” kami juga bertujuan memperkaya pilihan buku cerita bergambar dan membentuk interaksi yang bermakna antara orang tua dan anak lewat proses membaca bersama,” tutup Ari.
Padahal, menurut laporan penelitian dari C.S Mott Children Hospital dari University of Michigan Health tahun 2023, mendorong kemandirian pada anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri, ketahanan, kemampuan memecahkan masalah, dan berdampak baik pada kesehatan mental anak.
Baca juga: 2 Anak Duta Sheila on 7 Ternyata Alumni Sekolah Ini, dari TK sampai Lulus SMA
Kemandirian juga merupakan hak tumbuh kembang anak ini dapat dilatih melalui media menyenangkan, contohnya melalui buku cerita bergambar.
Berdasarkan hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Tanoto Foundation mengajak masyarakat untuk meningkatkan kemandirian anak sejak dini melalui “Petualangan Menuju Kemandirian #SiKecilBisa” lewat buku cerita “Bisa atau Tidak Ya?”.
Buku ini menceritakan dua tokoh kakak beradik. Tora yang duduk di sekolah dasar sudah mandiri dalam menjalankan aktivitas harian. Kemandirian Tora, lantas menjadi inspirasi bagi Tania adiknya, yang duduk di bangku taman kanak-kanak untuk berlatih mandiri.
Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Amurwani Dwi Lestariningsih, beserta jajaran menyampaikan, peran orang tua atau pengasuh dalam memenuhi segala kebutuhan anak-anak merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka karena anak-anak belajar mencontoh perilaku orang dewasa di sekitar.
“Buku ‘Bisa atau Tidak, Ya?’ memberikan kita gambaran tentang cara anak untuk berperilaku mandiri. Namun tetap, anak memerlukan pendampingan orang tua. Contoh keteladanan menjadi penting bagi anak untuk pembentukan karakter sejak dini dan buku ini menyajikan hal itu,” kata Amurwani.
“Kami menyambut baik terbitnya buku “Bisa atau Tidak,Ya?” yang mendukung Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, memberi penegasan bahwa setiap anak wajib dijamin, dipenuhi, dan dilindungi hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,” sambung Amurwani.
Di tempat yang sama, Direktur PAUD, Dikdasmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Komalasari mengatakan bahwa peluncuran buku cerita ini sejalan dengan semangat implementasi Kurikulum Merdeka, dalam rangka menghasilkan generasi anak-anak yang mandiri, kreatif, berdaya saing, serta sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan literasi anak.
“Kehadiran buku “Bisa atau Tidak, Ya?” juga mendukung program Merdeka Belajar Episode ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, dan Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan,” sambung Komalasari.
Head of Learning Environment Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati, mengingatkan bahwa usia dini menjadi tahap kritis bagi anak untuk belajar dan membentuk berbagai potensi dasar, termasuk kemandirian.
“Masih banyak anggapan bahwa anak usia dini belum mampu mandiri. Padahal, melatih kemandirian sejak dini berkontribusi dalam menumbuhkan kepercayaan diri dan resiliensi atau daya juang anak, yang menjadi bekal penting bagi anak untuk menghadapi berbagai tantangan masa depan mereka,” pungkas Ari.
“Lewat buku “Bisa atau Tidak, Ya?”, Tanoto Foundation berharap selain dapat membantu anak menjadi mandiri yang akan mendorong terbentuknya kemampuan fondasi, juga dapat meningkatkan literasi anak sejak dini dengan buku bacaan berkualitas,” kata Ari.
Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, sebelumnya juga telah melakukan studi bersama School of Parenting pada akhir 2023 mengenai praktik pengasuhan anak usia dini. Studi tersebut menunjukkan bahwa 51,2% balita di Indonesia belum memiliki buku cerita, dan 56,5% orang tua belum pernah membacakan buku cerita untuk anak mereka.
“Oleh karena itu, melalui buku cerita “Bisa atau Tidak, Ya?” kami juga bertujuan memperkaya pilihan buku cerita bergambar dan membentuk interaksi yang bermakna antara orang tua dan anak lewat proses membaca bersama,” tutup Ari.
(nnz)