Kisah Fajar, Raih Gelar Sarjana Berkat Kursus hingga Jadi Pengusaha Muda
loading...
A
A
A
Tanpa pikir panjang, Fajar pun berhenti di tempat konveksi dan fokus untuk belajar menjahit kembali. Waktu tiga bulan di LKP Tatik Modes, ia habiskan dengan sebaik mungkin. terdapat berbagai ilmu yang ia dapati secara lebih lengkap, mulai dari membuat pola yang benar dan praktis, berbagai macam teknik menjahit, dan masih banyak lagi.
“Yang saya suka program PKW ini ada materi tentang kewirausahan. Jadi, saya benar-benar dibekali untuk menjadi wirausaha," ungkapnya.
Setelah mengikuti pelatihan, Fajar akhirnya dapat merintis usahanya bernama Addewa. Ia pun bisa membayar biaya pendaftaran kuliah. Meskipun di awal-awal kuliah sempat memiliki tantangan, Fajar tidak pernah kalah semangat.
“Tahun pertama kuliah di semester 1-2 mengalami kesusahan membagi waktu menerima orderan dengan kuliah, akan tetapi di semester ketiga dan seterusnya sudah bisa beradaptasi,” pungkas Fajar.
Foto/Ditjen Diksi.
Bisnis Fajar pun tergolong lancar dan ia sudah memiliki pelanggan tetap. Untuk mengembangkan usahanya, ia pun rajin memasarkan jasanya di Instagram. Meskipun saat ini belum mempunyai karyawan tetap, jika lagi banyak pesanan, Fajar pun memberikan kesempatan kepada adik-adiknya di LKP Tatik Modes untuk bisa bekerja bersamanya.
Ia menerima jasa membuat jas, baju, dan berbagai busana lainnya, tak hanya satuan, tetapi juga borongan. Ia pun pernah mendapatkan orderan sampai dengan 3.000 pcs. Dengan bertekad ketekunan, ia pernah mendapatkan omzet lebih dari Rp10 juta dengan penghasilan bersih sampai Rp6 juta.
“Alhamdulillah, saya bisa berpenghasilan sendiri dan bahkan membiayai kuliah sendiri sampai lulus,” pungkasnya.
“Yang saya suka program PKW ini ada materi tentang kewirausahan. Jadi, saya benar-benar dibekali untuk menjadi wirausaha," ungkapnya.
Setelah mengikuti pelatihan, Fajar akhirnya dapat merintis usahanya bernama Addewa. Ia pun bisa membayar biaya pendaftaran kuliah. Meskipun di awal-awal kuliah sempat memiliki tantangan, Fajar tidak pernah kalah semangat.
“Tahun pertama kuliah di semester 1-2 mengalami kesusahan membagi waktu menerima orderan dengan kuliah, akan tetapi di semester ketiga dan seterusnya sudah bisa beradaptasi,” pungkas Fajar.
Foto/Ditjen Diksi.
Bisnis Fajar pun tergolong lancar dan ia sudah memiliki pelanggan tetap. Untuk mengembangkan usahanya, ia pun rajin memasarkan jasanya di Instagram. Meskipun saat ini belum mempunyai karyawan tetap, jika lagi banyak pesanan, Fajar pun memberikan kesempatan kepada adik-adiknya di LKP Tatik Modes untuk bisa bekerja bersamanya.
Ia menerima jasa membuat jas, baju, dan berbagai busana lainnya, tak hanya satuan, tetapi juga borongan. Ia pun pernah mendapatkan orderan sampai dengan 3.000 pcs. Dengan bertekad ketekunan, ia pernah mendapatkan omzet lebih dari Rp10 juta dengan penghasilan bersih sampai Rp6 juta.
“Alhamdulillah, saya bisa berpenghasilan sendiri dan bahkan membiayai kuliah sendiri sampai lulus,” pungkasnya.
(nnz)