Undang Peneliti Lintas Disiplin Ilmu, Ukrida Gelar Konferensi ICSHSS dan ICSTHE
loading...
A
A
A
Selanjutnya ada Assoc. Prof. Omer Faruk Rencber dari Gaziantep University, Turkiye; Dr. Manash Pratim Pathak dari Assam down town University, India, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., M.A., Indonesia; Dr. Roberta Borgen (Neault), CCC, CCPD, GCDFi, Kamboja, serta para peneliti dan dosen lainnya dengan pendekatan komprehensif.
Byron Good, B.D., Ph.D., Professor of Medical Anthropology, Harvard University, USA dalam pembahasannya mengenai Decolonizing’ Academic and Clinical Practices in Culturally Diverse Indonesia menyatakan bahwa Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) bukanlah sekadar program atau kebijakan, melainkan komitmen etis untuk terus-menerus menelisik ketidakadilan struktural, menghargai keragaman, dan menciptakan ruang untuk setiap individu dapat mengembangkan potensi penuhnya tanpa dibatasi oleh sekat-sekat sosial, budaya, atau ekonomi.
Ia juga menekankan pentingnya memahami konteks budaya, sejarah, dan sosial dalam mewujudkan kesetaraan di Indonesia. Prof. Byron mengungkap pengamatannya di Harvard, yaitu fenomena kesenjangan kemampuan belajar yang kompleks pada mahasiswa Kedokteran yang memiliki latar belakang heterogen.
Ia menegaskan, “Talent is ubiquitous, but opportunity is not.” Pernyataan ini mengajak para akademisi untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan sekadar tantangan.
Prof. Byron mendorong inklusivitas menjadi praktik nyata yang memberdayakan dan menghargai martabat setiap individu, termasuk memberikan dukungan komprehensif bagi mahasiswa dengan berbagai keterbatasan.
Selaras dengan hal tersebut, setiap tahunnya UKRIDA aktif menghadirkan akselerasi pendidikan bagi calon mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara dan sekitarnya.
Upaya ini diharapkan menjadi solusi strategis dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif.
Katherine A. Corado, perwakilan peserta ESSU Filipina menyampaikan pendapatnya tentang konferensi tersebut. Menurutnya, sesi presentasi pleno memberikan wawasan berharga mengenai tren industri yang sedang berkembang.
Sesi tersebut juga menyajikan strategi-strategi praktis untuk pengembangan diri dan profesional sebagai pendidik bisnis.
”The two-day international conference was very insightful and inspiring. It was great to learn about the trends and breakthroughs in social sciences, business, medicine, and technology,” ungkapnya.
Byron Good, B.D., Ph.D., Professor of Medical Anthropology, Harvard University, USA dalam pembahasannya mengenai Decolonizing’ Academic and Clinical Practices in Culturally Diverse Indonesia menyatakan bahwa Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) bukanlah sekadar program atau kebijakan, melainkan komitmen etis untuk terus-menerus menelisik ketidakadilan struktural, menghargai keragaman, dan menciptakan ruang untuk setiap individu dapat mengembangkan potensi penuhnya tanpa dibatasi oleh sekat-sekat sosial, budaya, atau ekonomi.
Ia juga menekankan pentingnya memahami konteks budaya, sejarah, dan sosial dalam mewujudkan kesetaraan di Indonesia. Prof. Byron mengungkap pengamatannya di Harvard, yaitu fenomena kesenjangan kemampuan belajar yang kompleks pada mahasiswa Kedokteran yang memiliki latar belakang heterogen.
Ia menegaskan, “Talent is ubiquitous, but opportunity is not.” Pernyataan ini mengajak para akademisi untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan sekadar tantangan.
Prof. Byron mendorong inklusivitas menjadi praktik nyata yang memberdayakan dan menghargai martabat setiap individu, termasuk memberikan dukungan komprehensif bagi mahasiswa dengan berbagai keterbatasan.
Selaras dengan hal tersebut, setiap tahunnya UKRIDA aktif menghadirkan akselerasi pendidikan bagi calon mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara dan sekitarnya.
Upaya ini diharapkan menjadi solusi strategis dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif.
Katherine A. Corado, perwakilan peserta ESSU Filipina menyampaikan pendapatnya tentang konferensi tersebut. Menurutnya, sesi presentasi pleno memberikan wawasan berharga mengenai tren industri yang sedang berkembang.
Sesi tersebut juga menyajikan strategi-strategi praktis untuk pengembangan diri dan profesional sebagai pendidik bisnis.
”The two-day international conference was very insightful and inspiring. It was great to learn about the trends and breakthroughs in social sciences, business, medicine, and technology,” ungkapnya.
(nnz)
Lihat Juga :