UMJ Kembali Jadi Tuan Rumah Pengkajian Ramadan 1446 H PP Muhammadiyah
loading...
A
A
A
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti menyampaikan pandangannya tentang Wasathiyah Islam. Ia menyebut bahwa Ummatan Wasatha harus memiliki sikap yang adil dan moderat.
“Ummatan Wasatha yaitu Ummat yang adil. Umat yang adil itu ada dua, yaitu ‘Adilun fi ‘Ilmi dan ‘Adilun fi hukmi. ‘Adilun fi ‘Ilmi adalah orang yang adil yang memiliki keilmuan yang tinggi. ‘Adilun fi hukmi adalah orang yang menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Adil dalam pengertian ilmu adalah orang yang bersikap secara objektif, berani berkata yang benar adalah benar, salah adalah salah” ujarnya.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ ini juga mengutip Al Quran surah Al Qashas ayat 77, yang artinya “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” maksudnya tidak condong, karena keduanya perlu dilakukan.
Mu'ti menguatkan bahwa Ummatan Wasatha adalah mengambil sikap yang lurus, sikap tengah yang tidak ekstrim. Kata Mu'ti, perkara yang paling baik adalah yang paling tengah.
Lebih lanjut, Mu'ti juga mengutip Ibnu Katsir, bahwasannya wasatha dipahami sebagai pilihan yang terbaik. Ibnu Katsir juga menyebut wasatha sebagai moderat, tidak ekstrem atau bersikap berlebihan.
"Dalam pendekatan Ibnu Katsir dijelaskan bahwa agama yang seimbang adalah antara yang material dan spiritual, duniawi dan ukhrowi. Ummatan Wasatha harus moderat, bijaksana karena ilmunya, karena prasangka itu tidak membawa manusia kepada kebenaran, sementara ilmu adalah kunci manusia menjadi orang yang bijaksana dan berpijak pada kebenaran" ucapnya.
Teologi Islam Wasathiyah Berkemajuan yang dikembangkan Muhammadiyah merupakan perpaduan antara Teologi Al-Ma’un dan Teologi Al-‘Ashr. Konsep ini menegaskan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tengahan, yang tidak condong ke ekstrem liberal maupun ekstrem konservatif.
“Ummatan Wasatha yaitu Ummat yang adil. Umat yang adil itu ada dua, yaitu ‘Adilun fi ‘Ilmi dan ‘Adilun fi hukmi. ‘Adilun fi ‘Ilmi adalah orang yang adil yang memiliki keilmuan yang tinggi. ‘Adilun fi hukmi adalah orang yang menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Adil dalam pengertian ilmu adalah orang yang bersikap secara objektif, berani berkata yang benar adalah benar, salah adalah salah” ujarnya.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ ini juga mengutip Al Quran surah Al Qashas ayat 77, yang artinya “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” maksudnya tidak condong, karena keduanya perlu dilakukan.
Mu'ti menguatkan bahwa Ummatan Wasatha adalah mengambil sikap yang lurus, sikap tengah yang tidak ekstrim. Kata Mu'ti, perkara yang paling baik adalah yang paling tengah.
Lebih lanjut, Mu'ti juga mengutip Ibnu Katsir, bahwasannya wasatha dipahami sebagai pilihan yang terbaik. Ibnu Katsir juga menyebut wasatha sebagai moderat, tidak ekstrem atau bersikap berlebihan.
"Dalam pendekatan Ibnu Katsir dijelaskan bahwa agama yang seimbang adalah antara yang material dan spiritual, duniawi dan ukhrowi. Ummatan Wasatha harus moderat, bijaksana karena ilmunya, karena prasangka itu tidak membawa manusia kepada kebenaran, sementara ilmu adalah kunci manusia menjadi orang yang bijaksana dan berpijak pada kebenaran" ucapnya.
Teologi Islam Wasathiyah Berkemajuan yang dikembangkan Muhammadiyah merupakan perpaduan antara Teologi Al-Ma’un dan Teologi Al-‘Ashr. Konsep ini menegaskan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tengahan, yang tidak condong ke ekstrem liberal maupun ekstrem konservatif.
(nnz)
Lihat Juga :