Kisah M Irsyad, Santri Tunanetra yang Berhasil Lolos ke Kampus Impiannya UGM
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Ribuan mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) mengikuti PPSMB yang dilangsungkan sejak Senin (7/9) hingga Oktober mendatang. Salah satu di antara mereka adalah Muhammad Irsyad, mahasiswa UGM asal Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat (Sumbar).
Meski terlahir dengan kebutaan total sejak kecil, ia selalu dikenal sebagai santri atau siswa yang unggul mulai jenjang MTS sampai Aliah selama mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Bustanul Huda Malus, Sumbar. Bahkan, Irsyad menjadi lulusan pertama dari sekolahnya yang berhasil diterima untuk berkuliah di UGM Yogyakarta.
“Untuk belajar tentu ada kesulitan-kesulitan tertentu, tapi saya ingin membuktikan kepada orang lain bahwa saya tetap bisa berprestasi walau ada keterbatasan fisik,” ucap Muhammad Irsyad, seperti dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (10/9/2020). (Baca juga: 4 Mahasiswa UNS Rancang Alat Bantu Dengar dan Bicara untuk Tunarungu )
Anak laki-laki dari pasangan Jamuhur (ayah) dan Dasniarti (ibu) ini mengaku kerap menemui kesulitan di dalam proses belajar mengajar di sekolah, terutama dalam aktivitas belajar yang mengharuskannya menggunakan buku pelajaran.
Namun, ia memiliki teman dan keluarga yang terus mendukungnya, termasuk dalam menghadapi kesulitan di dalam belajar. Bukan hanya mampu mengikuti pelajaran dengan baik, ia bahkan menjadi langganan juara kelas sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Ada teman-teman yang bantu. Saya tidak bisa membaca materi yang ada di buku, maka ditolong oleh teman yang membacakan,” kata bungsu dari enam bersaudara ini. (Baca juga: UGM Gelar Konferensi Sains Internasional secara Virtual )
Irsyad menyadari bahwa daerahnya masih menghadapi sejumlah persoalan sosial, mulai dari ketimpangan ekonomi hingga ketidakmerataan pendidikan. Karena itu ia berkeinginan untuk menempuh pendidikan yang akan menyiapkannya untuk membantu membangun daerahnya dan menjadi pembawa perubahan bagi kehidupan masyarakat setempat selepas menamatkan pendidikannya di SMA.
“Di sini banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena kekhawatiran biaya atau kurangnya dorongan dari orang tua. Saya ingin berkontribusi untuk bisa menyelesaikan permasalahan seperti ini dan membantu masyarakat,” ungkapnya.
Memasuki tahun terakhirnya di Madrasah Aliah, Irsyad mulai berkeinginan untuk dapat berkuliah di UGM. Kedua orang tuanya sempat ragu dengan pilihan tersebut. Selama ini Irsyad memang selalu didampingi ketika beraktivitas di luar rumah sehingga mereka khawatir jika anaknya harus hidup sendiri jauh dari mereka di tempat yang baru.
Namun, Irsyad terus berusaha meyakinkan mereka, bahwa ia sudah siap untuk menghadapi tantangan yang akan muncul di kemudian hari dan akan belajar untuk hidup mandiri. Berbekal restu dari orang tua, ia pun memantapkan diri untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di UGM. (Baca juga: Kompetisi ICStar Hackathon, Kolaborasi UI-Telkom University Raih Juara 2 )
Ia mulai mengumpulkan informasi terkait proses seleksi dan hal-hal yang harus ia siapkan. Ia hanya mengandalkan internet untuk mempelajari segala sesuatu tentang seleksi ini, termasuk untuk mencari materi-materi yang dapat ia pelajari sebagai persiapannya mengikuti UTBK.
“Saya tidak mengikuti bimbingan belajar, jadi saya hanya bisa rajin-rajin membaca latihan soal yang ditemukan di internet dan mencari video-video di youtube,” kisahnya.
UTBK ia jalani di Kota Padang, dan setelah menanti beberapa minggu Irsyad akhirnya menerima informasi bahwa dirinya lulus sebagai calon mahasiswa UGM.
Rasa haru dan bangga menyelimutinya, karena ia menyadari bahwa perjuangannya serta dukungan dan doa dari orang terdekatnya menghantarkannya untuk menyandang status sebagai mahasiswa UGM.
Dengan antusiasme dan semangat tinggi ia memulai hari-harinya sebagai mahasiswa baru UGM dan menunggu kesempatan untuk mengukir segudang prestasi lainnya. “Kalau ada keinginan, jalan pasti selalu ada. Kita hanya perlu menanamkan keinginan itu dalam hati,” ucapnya.
Meski terlahir dengan kebutaan total sejak kecil, ia selalu dikenal sebagai santri atau siswa yang unggul mulai jenjang MTS sampai Aliah selama mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Bustanul Huda Malus, Sumbar. Bahkan, Irsyad menjadi lulusan pertama dari sekolahnya yang berhasil diterima untuk berkuliah di UGM Yogyakarta.
“Untuk belajar tentu ada kesulitan-kesulitan tertentu, tapi saya ingin membuktikan kepada orang lain bahwa saya tetap bisa berprestasi walau ada keterbatasan fisik,” ucap Muhammad Irsyad, seperti dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (10/9/2020). (Baca juga: 4 Mahasiswa UNS Rancang Alat Bantu Dengar dan Bicara untuk Tunarungu )
Anak laki-laki dari pasangan Jamuhur (ayah) dan Dasniarti (ibu) ini mengaku kerap menemui kesulitan di dalam proses belajar mengajar di sekolah, terutama dalam aktivitas belajar yang mengharuskannya menggunakan buku pelajaran.
Namun, ia memiliki teman dan keluarga yang terus mendukungnya, termasuk dalam menghadapi kesulitan di dalam belajar. Bukan hanya mampu mengikuti pelajaran dengan baik, ia bahkan menjadi langganan juara kelas sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Ada teman-teman yang bantu. Saya tidak bisa membaca materi yang ada di buku, maka ditolong oleh teman yang membacakan,” kata bungsu dari enam bersaudara ini. (Baca juga: UGM Gelar Konferensi Sains Internasional secara Virtual )
Irsyad menyadari bahwa daerahnya masih menghadapi sejumlah persoalan sosial, mulai dari ketimpangan ekonomi hingga ketidakmerataan pendidikan. Karena itu ia berkeinginan untuk menempuh pendidikan yang akan menyiapkannya untuk membantu membangun daerahnya dan menjadi pembawa perubahan bagi kehidupan masyarakat setempat selepas menamatkan pendidikannya di SMA.
“Di sini banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena kekhawatiran biaya atau kurangnya dorongan dari orang tua. Saya ingin berkontribusi untuk bisa menyelesaikan permasalahan seperti ini dan membantu masyarakat,” ungkapnya.
Memasuki tahun terakhirnya di Madrasah Aliah, Irsyad mulai berkeinginan untuk dapat berkuliah di UGM. Kedua orang tuanya sempat ragu dengan pilihan tersebut. Selama ini Irsyad memang selalu didampingi ketika beraktivitas di luar rumah sehingga mereka khawatir jika anaknya harus hidup sendiri jauh dari mereka di tempat yang baru.
Namun, Irsyad terus berusaha meyakinkan mereka, bahwa ia sudah siap untuk menghadapi tantangan yang akan muncul di kemudian hari dan akan belajar untuk hidup mandiri. Berbekal restu dari orang tua, ia pun memantapkan diri untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di UGM. (Baca juga: Kompetisi ICStar Hackathon, Kolaborasi UI-Telkom University Raih Juara 2 )
Ia mulai mengumpulkan informasi terkait proses seleksi dan hal-hal yang harus ia siapkan. Ia hanya mengandalkan internet untuk mempelajari segala sesuatu tentang seleksi ini, termasuk untuk mencari materi-materi yang dapat ia pelajari sebagai persiapannya mengikuti UTBK.
“Saya tidak mengikuti bimbingan belajar, jadi saya hanya bisa rajin-rajin membaca latihan soal yang ditemukan di internet dan mencari video-video di youtube,” kisahnya.
UTBK ia jalani di Kota Padang, dan setelah menanti beberapa minggu Irsyad akhirnya menerima informasi bahwa dirinya lulus sebagai calon mahasiswa UGM.
Rasa haru dan bangga menyelimutinya, karena ia menyadari bahwa perjuangannya serta dukungan dan doa dari orang terdekatnya menghantarkannya untuk menyandang status sebagai mahasiswa UGM.
Dengan antusiasme dan semangat tinggi ia memulai hari-harinya sebagai mahasiswa baru UGM dan menunggu kesempatan untuk mengukir segudang prestasi lainnya. “Kalau ada keinginan, jalan pasti selalu ada. Kita hanya perlu menanamkan keinginan itu dalam hati,” ucapnya.
(mpw)