Kunjungi Sekolah di Tasikmalaya, KPAI Minta Lengkapi Protokol Kesehatan

Senin, 14 September 2020 - 09:20 WIB
loading...
Kunjungi Sekolah di Tasikmalaya, KPAI Minta Lengkapi Protokol Kesehatan
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengunjungi dua sekolah di Kabupaten Tasikmalaya, yakni SMPN 1 Rajapolah dan SMKN Manonjaya. Komisioner KPAI Retno Listyarti menyatakan pihaknya ingin melihat persiapan sekolah dalam menghadapi kebiasaan adaptasi baru.

Dia menerangkan pada Juli lalu, KPAI mendapatkan laporan dari masyarakat tentang adanya kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah di SMPN I Rajapolah. Kegiatan itu diduga melibatkan 350 siswa baru, pengurus OSIS, dan puluhan guru. (Baca juga: Bantuan Paket Kuota Ditargetkan Minggu Depan Dikirim )

Dalam laporan tersebut disebutkan MPLS dilakukan di sebuah tanpa menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak. Pihak sekolah, menurutnya, mengakui adanya kegiatan itu.

“Menurut kepala sekolah hanya berlangsung satu hari dan itu selama 4 jam. Ada pembagian kelas dan pengenalan siswa baru dengan temen-teman sekelas, serta seluruh guru dan pengurus OSIS. Sekolah juga mengklaim pertemuan MPLS itu atas seizin orang tua,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (13/9/2020).

Sementara itu, kunjungan ke SMKN Manonjaya karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikud) berencana membuka sekolah tatap muka untuk seluruh SMK. Pembelajaran tatap muka ini hanya untuk praktek di laboratorium dan bengkel. (Baca juga: Pemerintah, Kenapa Bantuan Paket Kuota Tak Kunjung Datang )

Tujuannya, agar keterampilan para siswa vokasi tetap terasah sehingga kualitas lulusannya tetap baik. Mereka diharapkan tetap bisa bersaing di Industri kerja nantinya.

Retno menjelaskan SMKN Manonjaya sudah memenuhi daftar periksa infrastruktur yang dipersyaratkan. Namun, masih membutuhkan beberapa perbaikan dan tambahan, seperti ruang praktek masih minim sarana adaptasi kebiasaan baru. “Protokol kesehatan atau standar operasional prosedur adaptasi kebiasaan baru belum seluruhnya dibuat oleh kedua sekolah tersebut,” pungkasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1815 seconds (0.1#10.140)