Digadang sebagai Pengganti UN, Konsep Asesmen Nasional Masih Tak Jelas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memastikan melaksanakan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN). Namun hingga saat ini belum ada kejelasan konsep pelaksanaan AN yang digadang-gadang bisa meningkatkan kemampuan literasi, numerik, dan sains peserta didik di Indonesia.
Asesmen Nasional merupakan salah satu gebrakan yang dijanjikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di awal jabatannya. Melalui Program Merdeka Belajar founder Gojek Indonesia tersebut memastikan akan menghapus Ujian Nasional yang dinilai memberatkan peserta didik di Indonesia. (Baca juga: Pemerintah Alokasikan Rp2,3 T untuk Operasional Madrasah dan Pesantren )
Konsep UN sebagai parameter capaian pembelajaran (assesment of learning) dipandang tidak lagi efektif untuk mendongkrak kualitas lulusan Lembaga Pendidikan di Indonesia. Buktinya, dalam pemeringkatan Programme for International Student Assesment (PISA) atau Program Penilaian Pelajar Internasional, Indonesia selalu jeblok.
Dalam program yang digelar tiga tahun sekali tersebut, peringkat Indonesia rata-rata terlempar dari 50 besar. Kinerja siswa di Pendidikan menengah di tiga bidang utama yakni matematika, sains, dan literasi cukup memprihatinkan.
Dari hasil PISA 2018 yang dirilis Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada akhir tahun lalu, kemampuan literasi Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. Untuk nilai Matematika, berada di peringkat 72 dari 78 negara. Sedangkan nilai Sains berada di peringkat 70 dari 78 negara. (Baca juga: Kemenag Siapkan Bantuan Rp1,178 Triliun untuk PJJ Pendidikan Agama )
Nilai tersebut cenderung stagnan dalam 10 - 15 tahun terakhir. “Perlu pengembangan sumber daya manusia Indonesia (SDM) unggul harus bersifat holistik. Salah satunya melalui Assement Kemampuan Minimum (AKM) yang digelar secara nasional,” kata Mendikbud Nadiem Makarim awal April 2020 lalu.
Rencananya, AN ini bakal digelar pada Mei 2021. Kendati demikian hingga saat ini belum jelas konsep, mekanisme, hingga penyelenggara AN ini. Kondisi ini membuat gelisah sebagian pemangku kepentingan di bidang Pendidikan. Apalagi di beberapa kumpulan soal latihan asessement nasional telah tersedia di salah satu jaringan toko buku terbesar di Indonesia.
“Kami belum paham betul mengenai AN 2021 ini, informasi mengenai hal itu baru kami ketahui dari media massa,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo. (Baca juga: Ketua FRI: Indonesia Perlu Investasi Satelit Pendidikan untuk Mendukung PJJ )
Kegelisahan yang sama juga dirasakan oleh Kepala SMK NU Tenggarang Bondowoso Daris Wibisono Setiawan. Dia mengaku belum mengetahui sama sekali terkait rencana adanya assement nasional sebagai penganti UN. Menurutnya saat ini pihaknya masih fokus dalam menyelenggarakan pendidikan di tengah pandemic.
“Kami saat ini masih fokus untuk menyelenggarakan pendidikan di masa pandemic karena ada sebagian siswa kami yang melakukan belajar tatap muka, ada juga yang melakukan pembelajaran jarak jauh,” katanya.
Alumni Aktivis PMII ini berharap agar Kemendikbud segera melakukan sosialisasi tentang AN 2021. Bagaimana konsep pelaksanaan, waktu pelaksanaan, hingga siapa penyelenggara kegiatan skala nasional tersebut. “Kami berharap agar segera ada kejelasan tentang AN 2021 ini biar kami yang di daerah bisa segera melakukan persiapan,” katanya.
Asesmen Nasional merupakan salah satu gebrakan yang dijanjikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di awal jabatannya. Melalui Program Merdeka Belajar founder Gojek Indonesia tersebut memastikan akan menghapus Ujian Nasional yang dinilai memberatkan peserta didik di Indonesia. (Baca juga: Pemerintah Alokasikan Rp2,3 T untuk Operasional Madrasah dan Pesantren )
Konsep UN sebagai parameter capaian pembelajaran (assesment of learning) dipandang tidak lagi efektif untuk mendongkrak kualitas lulusan Lembaga Pendidikan di Indonesia. Buktinya, dalam pemeringkatan Programme for International Student Assesment (PISA) atau Program Penilaian Pelajar Internasional, Indonesia selalu jeblok.
Dalam program yang digelar tiga tahun sekali tersebut, peringkat Indonesia rata-rata terlempar dari 50 besar. Kinerja siswa di Pendidikan menengah di tiga bidang utama yakni matematika, sains, dan literasi cukup memprihatinkan.
Dari hasil PISA 2018 yang dirilis Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada akhir tahun lalu, kemampuan literasi Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. Untuk nilai Matematika, berada di peringkat 72 dari 78 negara. Sedangkan nilai Sains berada di peringkat 70 dari 78 negara. (Baca juga: Kemenag Siapkan Bantuan Rp1,178 Triliun untuk PJJ Pendidikan Agama )
Nilai tersebut cenderung stagnan dalam 10 - 15 tahun terakhir. “Perlu pengembangan sumber daya manusia Indonesia (SDM) unggul harus bersifat holistik. Salah satunya melalui Assement Kemampuan Minimum (AKM) yang digelar secara nasional,” kata Mendikbud Nadiem Makarim awal April 2020 lalu.
Rencananya, AN ini bakal digelar pada Mei 2021. Kendati demikian hingga saat ini belum jelas konsep, mekanisme, hingga penyelenggara AN ini. Kondisi ini membuat gelisah sebagian pemangku kepentingan di bidang Pendidikan. Apalagi di beberapa kumpulan soal latihan asessement nasional telah tersedia di salah satu jaringan toko buku terbesar di Indonesia.
“Kami belum paham betul mengenai AN 2021 ini, informasi mengenai hal itu baru kami ketahui dari media massa,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo. (Baca juga: Ketua FRI: Indonesia Perlu Investasi Satelit Pendidikan untuk Mendukung PJJ )
Kegelisahan yang sama juga dirasakan oleh Kepala SMK NU Tenggarang Bondowoso Daris Wibisono Setiawan. Dia mengaku belum mengetahui sama sekali terkait rencana adanya assement nasional sebagai penganti UN. Menurutnya saat ini pihaknya masih fokus dalam menyelenggarakan pendidikan di tengah pandemic.
“Kami saat ini masih fokus untuk menyelenggarakan pendidikan di masa pandemic karena ada sebagian siswa kami yang melakukan belajar tatap muka, ada juga yang melakukan pembelajaran jarak jauh,” katanya.
Alumni Aktivis PMII ini berharap agar Kemendikbud segera melakukan sosialisasi tentang AN 2021. Bagaimana konsep pelaksanaan, waktu pelaksanaan, hingga siapa penyelenggara kegiatan skala nasional tersebut. “Kami berharap agar segera ada kejelasan tentang AN 2021 ini biar kami yang di daerah bisa segera melakukan persiapan,” katanya.
(mpw)