Merdeka Belajar Dorong Perubahan Paradigma Perguruan Tinggi
loading...

Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin. Foto/Dok/SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Merdeka Belajar episode 6 tentang pendanaan pemerintah untuk perguruan tinggi dinilai akan mendorong paradigma perguruan tinggi dari birokratis ke performa kinerja.
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengatakan, dia sangat mengapresiatif terhadap Merdeka Belajar episode enam yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut. Asep mengatakan, delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang disodorkan Kemendikbud sebagai penilaian utama perguruan tinggipun sangat sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman yang serba cepat. (Baca juga: Alumninya Paling Banyak Diterima CPNS, Ini Bocoran dari Rektor UT )
"Untuk itu para pimpinan serta dosen universitas harus benar-benar merubah old paradigm ke new paradigm dalam Merdeka belajar. Kita harus merubah kultur birokratis ke kultur outcome performance," kata Asep ketika dimintai pendapatnya mengenai Merdeka Belajar episode 6, Rabu (4/11).
Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menuturkan, melalui kebijakan ini maka para dosen harus bisa menjadikan mahasiswa sebagai subjek dan bukan objek pendidikan semata. Selain itu, tambah Asep, dengan adanya skema pendanaan hubungan kemitraan maka perguruan tinggi harus bisa meningkatkan kerja sama dengan industri melalui bidang-bidang yany bisa memajukan kualitas kedua belah pihak.
Mantan Rektor Universitas Trilogi ini menuturkan, perguruan tinggi juga harus mengasah pola pikirnya meluas ke pola pikir internasional. Hal ini, katanya harus dilatih sehingga perguruan tinggi di tanah air pun tidak hanya jago kandang. "Mindset internasional harus dilatih terus agar kita tidak jadi jago kandang. Intinya saya sebagai Rektor dan juga dosen sangat senang dengan model tersebut," pungkasnya. (Baca juga: Mendikbud Lakukan Tranformasi Pendanaan untuk Perguruan Tinggi )
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin mengatakan, dia sangat mengapresiatif terhadap Merdeka Belajar episode enam yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut. Asep mengatakan, delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang disodorkan Kemendikbud sebagai penilaian utama perguruan tinggipun sangat sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman yang serba cepat. (Baca juga: Alumninya Paling Banyak Diterima CPNS, Ini Bocoran dari Rektor UT )
"Untuk itu para pimpinan serta dosen universitas harus benar-benar merubah old paradigm ke new paradigm dalam Merdeka belajar. Kita harus merubah kultur birokratis ke kultur outcome performance," kata Asep ketika dimintai pendapatnya mengenai Merdeka Belajar episode 6, Rabu (4/11).
Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menuturkan, melalui kebijakan ini maka para dosen harus bisa menjadikan mahasiswa sebagai subjek dan bukan objek pendidikan semata. Selain itu, tambah Asep, dengan adanya skema pendanaan hubungan kemitraan maka perguruan tinggi harus bisa meningkatkan kerja sama dengan industri melalui bidang-bidang yany bisa memajukan kualitas kedua belah pihak.
Mantan Rektor Universitas Trilogi ini menuturkan, perguruan tinggi juga harus mengasah pola pikirnya meluas ke pola pikir internasional. Hal ini, katanya harus dilatih sehingga perguruan tinggi di tanah air pun tidak hanya jago kandang. "Mindset internasional harus dilatih terus agar kita tidak jadi jago kandang. Intinya saya sebagai Rektor dan juga dosen sangat senang dengan model tersebut," pungkasnya. (Baca juga: Mendikbud Lakukan Tranformasi Pendanaan untuk Perguruan Tinggi )
Lihat Juga :