Bantu Keseimbangan Iklim, Mahasiswa ITS Buat Perangkat Pereduksi CO2
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim Antasena dari (ITS) menciptakan solusi dengan merancang alat-alat untuk mereduksi emisi CO2 yang diberi nama Adsorption, Separation of CO2, O2 and N2 (ASCON) dan Utilization CO2 to Methane (UCM).
Tim Antasena sendiri adalah tim besutan ITS yang berfokus dalam melakukan riset dan pengembangan mobil hidrogen. Tidak hanya piawai di riset mobil, tim langganan juara di kompetisi nasional dan internasional ini juga sukses membuktikan kemampuan mereka melalui riset karya ilmiah. (Baca juga: Maksimalkan Keterserapan Lulusan Vokasi, Kemendikbud Luncurkan 2 Program Ini )
Kepala Pusat Penelitian Material dan Teknologi Nano ITS sekaligus dosen pembimbing Tim Antasena Agung Purniawan menjelaskan, seiring dengan bertambahnya usia bumi, kadar gas CO2 juga turut meningkat. “CO2 biasanya ditemui pada gas buang kendaraan bermotor hingga gas emisi rumah tangga,” katanya melalui siaran pers, Rabu (16/12).
Untuk mengurangi CO2 pada emisi skala rumah tangga, Tim Antasena usung ASCON yang memiliki sistem separator untuk mengkonversi CO2 menjadi gas yang memiliki nilai jual seperti oksigen (O2), nitrogen (N2) dan juga metana (CH4).
Menurut Agung, alat yang sukses membawa pulang medali emas dalam World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2020 ini bekerja dengan menyerap emisi rumah tangga melalui exhaust fan. Emisi yang diserap tersebut kemudian disimpan pada tangki penyimpanan. (Baca juga: UI Bantu Tenaga Kesehatan dan Masyarakat Tanggulangi Covid-19 Melalui ‘Edurisk’ )
Selanjutnya, imbuh Agung, emisi gas dalam tangki penyimpanan dihisap oleh kompresor menuju mesin separator ASCON yang dapat memisahkan gas-gas menjadi N2, H2O dan CO2. “Gas CO2 yang sudah dipisahkan akan diproses oleh reaktor menghasilkan CH4,” jelasnya.
Untuk mengurangi polusi CO2 yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan bermotor, Tim Antasena merancang alat bernama UCM yang manfaatkan reaksi kimia untuk mengubah CO2 menjadi gas metana yang memiliki nilai ekonomis, “UCM juga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran kendaraan,” jelas dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini.
Untuk cara kerjanya sendiri, lanjut Agung, alat ini menyalurkan gas hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor ke konverter katalitik. Konverter katalitik mengubah polutan pada gas buangan menjadi polutan yang tidak terlalu beracun melalui reaksi oksidasi dan reduksi.
Setelahnya, gas yang telah diubah akan direaksikan untuk memperoleh metana. “Sebagian gas yang telah diubah tadi diinjeksikan kembali ke mesin pembakaran sedangkan gas yang tidak berguna dikeluarkan melalui knalpot,” terang Agung lebih lanjut.
Dalam proses pembuatan alat, Tim Antasena melakukan inisiasi dengan studi literatur riset terdahulu yang dilanjutkan dengan perancangan bentuk tiga dimensi. Puncaknya, alat diuji di simulasi perangkat lunak untuk melihat kelayakannya. Banyak tantangan yang muncul, terutama dalam kondisi pandemi.
Sebagai sumber energi masa depan, hidrogen memiliki potensi besar di masa depan. Agung berharap ide dan rancangan dari Tim Antasena ini dapat direalisasikan dalam lingkup yang lebih luas. “Semoga inovasi kami dapat menjadi solusi untuk mengurangi tingkat pemanasan global di Indonesia,” pungkasnya.
Tim Antasena sendiri adalah tim besutan ITS yang berfokus dalam melakukan riset dan pengembangan mobil hidrogen. Tidak hanya piawai di riset mobil, tim langganan juara di kompetisi nasional dan internasional ini juga sukses membuktikan kemampuan mereka melalui riset karya ilmiah. (Baca juga: Maksimalkan Keterserapan Lulusan Vokasi, Kemendikbud Luncurkan 2 Program Ini )
Kepala Pusat Penelitian Material dan Teknologi Nano ITS sekaligus dosen pembimbing Tim Antasena Agung Purniawan menjelaskan, seiring dengan bertambahnya usia bumi, kadar gas CO2 juga turut meningkat. “CO2 biasanya ditemui pada gas buang kendaraan bermotor hingga gas emisi rumah tangga,” katanya melalui siaran pers, Rabu (16/12).
Untuk mengurangi CO2 pada emisi skala rumah tangga, Tim Antasena usung ASCON yang memiliki sistem separator untuk mengkonversi CO2 menjadi gas yang memiliki nilai jual seperti oksigen (O2), nitrogen (N2) dan juga metana (CH4).
Menurut Agung, alat yang sukses membawa pulang medali emas dalam World Invention and Technology Expo (WINTEX) 2020 ini bekerja dengan menyerap emisi rumah tangga melalui exhaust fan. Emisi yang diserap tersebut kemudian disimpan pada tangki penyimpanan. (Baca juga: UI Bantu Tenaga Kesehatan dan Masyarakat Tanggulangi Covid-19 Melalui ‘Edurisk’ )
Selanjutnya, imbuh Agung, emisi gas dalam tangki penyimpanan dihisap oleh kompresor menuju mesin separator ASCON yang dapat memisahkan gas-gas menjadi N2, H2O dan CO2. “Gas CO2 yang sudah dipisahkan akan diproses oleh reaktor menghasilkan CH4,” jelasnya.
Untuk mengurangi polusi CO2 yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan bermotor, Tim Antasena merancang alat bernama UCM yang manfaatkan reaksi kimia untuk mengubah CO2 menjadi gas metana yang memiliki nilai ekonomis, “UCM juga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran kendaraan,” jelas dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS ini.
Untuk cara kerjanya sendiri, lanjut Agung, alat ini menyalurkan gas hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor ke konverter katalitik. Konverter katalitik mengubah polutan pada gas buangan menjadi polutan yang tidak terlalu beracun melalui reaksi oksidasi dan reduksi.
Setelahnya, gas yang telah diubah akan direaksikan untuk memperoleh metana. “Sebagian gas yang telah diubah tadi diinjeksikan kembali ke mesin pembakaran sedangkan gas yang tidak berguna dikeluarkan melalui knalpot,” terang Agung lebih lanjut.
Dalam proses pembuatan alat, Tim Antasena melakukan inisiasi dengan studi literatur riset terdahulu yang dilanjutkan dengan perancangan bentuk tiga dimensi. Puncaknya, alat diuji di simulasi perangkat lunak untuk melihat kelayakannya. Banyak tantangan yang muncul, terutama dalam kondisi pandemi.
Sebagai sumber energi masa depan, hidrogen memiliki potensi besar di masa depan. Agung berharap ide dan rancangan dari Tim Antasena ini dapat direalisasikan dalam lingkup yang lebih luas. “Semoga inovasi kami dapat menjadi solusi untuk mengurangi tingkat pemanasan global di Indonesia,” pungkasnya.
(mpw)