JAKARTA - Tim mahasiswa Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam Tim Inventhor berinovasi memanfaatkan penggunaan Thorium sebagai bahan bakar alternatif yang merupakan sumber energi terbarukan .
Ketua Tim Inventhor Michael Adrian Subagio mengatakan, gagasan inovasi ini berawal krisis energi bersih terbarukan dan perubahan iklim dunia yang ditandai dengan Global Temperature Rise. Presiden Jokowi pun pernah menyatakan akan ambil bagian mengurangi jumlah emisi gas karbon di Indonesia dengan mengembangkan sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT). (Baca juga: Ini Tahapan Pengisian PDSS, Jadi Syarat Wajib Agar Terdaftar di SNMPTN )
Untuk itu, Michael dan kedua rekannya berfokus pada pemanfaatan sumber energi yang bersih, terbarukan, serta lebih aman untuk bahan bakar PLTN dibandingkan dengan energi dari batubara, gas alam, dan biomassa. Dari hasil analisis, Michael dan tim mendapati bahwa Thorium dapat digunakan untuk menggantikan Uranium.
“Efisiensi konversinya menjadi energi listrik sendiri dapat mencapai 50 persen, dibandingkan Uranium yang hanya 30 persen,” katanya melalui siaran pers, Selasa (12/1/2021)
Nilai tersebut, lanjut Michael, merupakan yang terbesar dibandingkan pembangkit listrik lainnya, sehingga menghasilkan limbah padat radioaktif yang lebih sedikit. Untuk diketahui, reaktor PLTN memanfaatkan reaksi fisi dari senyawa radioaktif yang menghasilkan steam sebagai penggerak turbin untuk produksi listrik. (Baca juga: Catat! Ini Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru di UI )
“Dalam hal ini, Thorium lebih aman karena reaksi fisinya tidak membentuk senyawa yang berpotensi disalahgunakan untuk bom nuklir,” ungkapnya.
Cadangan Thoruium di Indonesia ternyata melimpah. Eksplorasi Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan adanya cadangan Monasit (mineral yang mengandung Thorium) terbesar di Kepulauan Bangka Belitung. “Kadar Thorium-nya sangat besar, berkisar antara 62,9-85,7 ppm per gram,” bebernya.
Melihat potensi tersebut, Tim Inventhor mengusulkan pendirian PLTN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan memperhatikan beberapa aspek. Berkaitan dengan aspek geologis, Michael menyebutkan bahwa daerah tersebut relatif aman dari gempa dan tsunami. Selain itu, terdapat pasokan air yang cukup untuk sistem utilitas PLTN karena dekat dengan perairan Natuna dan Laut Jawa. “Hal ini berkaitan dengan on-line processing Monasit menjadi Thorium Oksida,” tambahnya.
Ketua Tim Inventhor Michael Adrian Subagio mengatakan, gagasan inovasi ini berawal krisis energi bersih terbarukan dan perubahan iklim dunia yang ditandai dengan Global Temperature Rise. Presiden Jokowi pun pernah menyatakan akan ambil bagian mengurangi jumlah emisi gas karbon di Indonesia dengan mengembangkan sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT). (Baca juga: Ini Tahapan Pengisian PDSS, Jadi Syarat Wajib Agar Terdaftar di SNMPTN )
Untuk itu, Michael dan kedua rekannya berfokus pada pemanfaatan sumber energi yang bersih, terbarukan, serta lebih aman untuk bahan bakar PLTN dibandingkan dengan energi dari batubara, gas alam, dan biomassa. Dari hasil analisis, Michael dan tim mendapati bahwa Thorium dapat digunakan untuk menggantikan Uranium.
“Efisiensi konversinya menjadi energi listrik sendiri dapat mencapai 50 persen, dibandingkan Uranium yang hanya 30 persen,” katanya melalui siaran pers, Selasa (12/1/2021)
Baca Juga:
Nilai tersebut, lanjut Michael, merupakan yang terbesar dibandingkan pembangkit listrik lainnya, sehingga menghasilkan limbah padat radioaktif yang lebih sedikit. Untuk diketahui, reaktor PLTN memanfaatkan reaksi fisi dari senyawa radioaktif yang menghasilkan steam sebagai penggerak turbin untuk produksi listrik. (Baca juga: Catat! Ini Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru di UI )
“Dalam hal ini, Thorium lebih aman karena reaksi fisinya tidak membentuk senyawa yang berpotensi disalahgunakan untuk bom nuklir,” ungkapnya.
Cadangan Thoruium di Indonesia ternyata melimpah. Eksplorasi Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan adanya cadangan Monasit (mineral yang mengandung Thorium) terbesar di Kepulauan Bangka Belitung. “Kadar Thorium-nya sangat besar, berkisar antara 62,9-85,7 ppm per gram,” bebernya.
Melihat potensi tersebut, Tim Inventhor mengusulkan pendirian PLTN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan memperhatikan beberapa aspek. Berkaitan dengan aspek geologis, Michael menyebutkan bahwa daerah tersebut relatif aman dari gempa dan tsunami. Selain itu, terdapat pasokan air yang cukup untuk sistem utilitas PLTN karena dekat dengan perairan Natuna dan Laut Jawa. “Hal ini berkaitan dengan on-line processing Monasit menjadi Thorium Oksida,” tambahnya.
halaman ke-1 dari 2
- 1
- 2
Berita Terkait
- Lulusan Terbaik S2 IPB Teliti Manfaat Daun Bangun-bangun
- Hari Ini, Jumlah Siswa Eligible untuk Mendaftar SNMPTN Capai 169.681 Peserta
- Dua Mahasiswa Unusa Tembus Kompetisi Bangkit Kemendikbud
- Inovasi Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Pendeteksi Kelayakan Oli
- Mahasiswa UMM Sulap Limbah Tembakau Jadi Pestisida Alami
- Unpad Lakukan Penyesuaian UKT untuk Mahasiswa Terdampak Covid-19
- Bantu Pasien Covid-19, UI Kembangkan Alat Bantu Pernafasan HFNC
- Jumlah Siswa Eligible Capai 137.680, Sekolah Diminta Segera Finalisasi
- Kemenag Siapkan Perkemahan Wirakarya Nasional Model Blanded Camp
- Vokasi ITS Buka 3 Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru, Ini 8 Prodi yang Dibuka

TULIS KOMENTAR ANDA!