Unpad Siapkan Strategi untuk Tingkatkan Peringkat di Webometrics
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Padjadjaran (Unpad) masuk ke dalam 20 besar perguruan tinggi terbaik Indonesia berdasarkan hasil pemeringkatan dari Webometrics, Januari 2021. Sistem pemeringkatan ini didasarkan atas penilaian kinerja website perguruan tinggi.
Sekretaris Direktorat Perencanaan dan Sistem Informasi Unpad Arif Firmasyah, M.T., menjelaskan, tahun ini ada 3 indikator utama penilaian Webometrics pada Januari 2021, meliputi impact (visibilitas data), openness (transparansi data), dan excellence.
“Sekarang, meski tidak langsung berpengaruh ke pemeringkatan, tetapi tetap berpengaruh ke indikator,” ujarnya sepetrti dikutip dari laman resmi Unpad di unpad.ac.id, Jumat (29/1/2021).
Peningkatan kinerja terus dilakukan oleh Unpad. Pada tahun lalu, Unpad sempat berada di peringkat 50 pada bulan Januari 2020, lalu meningkat menjadi 27 pada bulan Juli 2020. Kali ini, Unpad berhasil masuk 20 besar dengan menduduki peringkat 16.
Menurut Arif, tahun ini indikator penilaian Webometrics jauh lebih ketat. Pengetatan ini berdampak pada hasil penilaian. Dari tiga indikator yang dinilai, indikator excellence Unpad memiliki peringkat yang baik, yaitu menduduki peringkat 9 dengan poin 1427.
Namun, Unpad perlu mengejar peningkatan kinerja untuk indicator openness atau transparansi data. Salah satu yang perlu diperbaiki adalah data pada Google Scholar. Arif menjelaskan, banyak data penelitian dari luar Unpad yang diklaim menjadi karya ilmiah dosen Unpad di Google Scholar.
Hal ini merupakan implikasi dari sistem otomatisasi Google yang menampilkan daftar karya ilmiah yang menyesuaikan data nama pembuatnya. Bisa jadi, ada dosen dengan nama sama sehingga walaupun ada karya penelitian yang tidak dilakukan olehnya, akan masuk sebagai bagian dari karya ilmiah yang ditampilkan.
Kepala Kantor Internasional Unpad dr. Ronny, M.Kes., AIFO, PhD, mengatakan, Unpad perlu belajar dari kesalahan yang harus diperbaiki. Secara konsep, Webometrics merupakan pemeringkatan yang menilai kinerja platform website perguruan tinggi.
Berbeda dengan pemeringkatan lain, Webometrics tidak menilai berdasarkan data yang diunggah, tetapi langsung menilai kondisi platform perguruan tinggi dari jagad maya. “Semangat dan koordinasi universitas-fakultas berperan besar,” kata Ronny.
Senada dengan Ronny, Arif menjelaskan, ada sejumlah strategi yang disiapkan dan beberapa sudah dijalankan. Penguatan konten website ke arah scientific resources perlu diarahkan. Artikel digital harus setara dengan artikel ilmiah. Dari sisi teknis, teknologi sudah disiapkan, SEO dijalankan, dan security-nya juga dijalankan.
Tidak hanya kinerja website institusi, website satelit, seperti fakultas hingga program studi juga perlu diperkuat. Konten digital harus ditempatkan dengan konsep scientific resources. Hal ini akan mendukung penguatan metadata Unpad.
Arif juga mengimbau dosen untuk memantau profil di Google Scholarnya masing-masing. Pemantauan diperlukan agar tidak ada data karya ilmiah milik orang lain, tetapi terklaim menjadi karya ilmiah sendiri. Karena itu, pihaknya siap membantu pendampingan terkait Google Scholar ini.
Sekretaris Direktorat Perencanaan dan Sistem Informasi Unpad Arif Firmasyah, M.T., menjelaskan, tahun ini ada 3 indikator utama penilaian Webometrics pada Januari 2021, meliputi impact (visibilitas data), openness (transparansi data), dan excellence.
“Sekarang, meski tidak langsung berpengaruh ke pemeringkatan, tetapi tetap berpengaruh ke indikator,” ujarnya sepetrti dikutip dari laman resmi Unpad di unpad.ac.id, Jumat (29/1/2021).
Peningkatan kinerja terus dilakukan oleh Unpad. Pada tahun lalu, Unpad sempat berada di peringkat 50 pada bulan Januari 2020, lalu meningkat menjadi 27 pada bulan Juli 2020. Kali ini, Unpad berhasil masuk 20 besar dengan menduduki peringkat 16.
Menurut Arif, tahun ini indikator penilaian Webometrics jauh lebih ketat. Pengetatan ini berdampak pada hasil penilaian. Dari tiga indikator yang dinilai, indikator excellence Unpad memiliki peringkat yang baik, yaitu menduduki peringkat 9 dengan poin 1427.
Namun, Unpad perlu mengejar peningkatan kinerja untuk indicator openness atau transparansi data. Salah satu yang perlu diperbaiki adalah data pada Google Scholar. Arif menjelaskan, banyak data penelitian dari luar Unpad yang diklaim menjadi karya ilmiah dosen Unpad di Google Scholar.
Hal ini merupakan implikasi dari sistem otomatisasi Google yang menampilkan daftar karya ilmiah yang menyesuaikan data nama pembuatnya. Bisa jadi, ada dosen dengan nama sama sehingga walaupun ada karya penelitian yang tidak dilakukan olehnya, akan masuk sebagai bagian dari karya ilmiah yang ditampilkan.
Kepala Kantor Internasional Unpad dr. Ronny, M.Kes., AIFO, PhD, mengatakan, Unpad perlu belajar dari kesalahan yang harus diperbaiki. Secara konsep, Webometrics merupakan pemeringkatan yang menilai kinerja platform website perguruan tinggi.
Berbeda dengan pemeringkatan lain, Webometrics tidak menilai berdasarkan data yang diunggah, tetapi langsung menilai kondisi platform perguruan tinggi dari jagad maya. “Semangat dan koordinasi universitas-fakultas berperan besar,” kata Ronny.
Senada dengan Ronny, Arif menjelaskan, ada sejumlah strategi yang disiapkan dan beberapa sudah dijalankan. Penguatan konten website ke arah scientific resources perlu diarahkan. Artikel digital harus setara dengan artikel ilmiah. Dari sisi teknis, teknologi sudah disiapkan, SEO dijalankan, dan security-nya juga dijalankan.
Tidak hanya kinerja website institusi, website satelit, seperti fakultas hingga program studi juga perlu diperkuat. Konten digital harus ditempatkan dengan konsep scientific resources. Hal ini akan mendukung penguatan metadata Unpad.
Arif juga mengimbau dosen untuk memantau profil di Google Scholarnya masing-masing. Pemantauan diperlukan agar tidak ada data karya ilmiah milik orang lain, tetapi terklaim menjadi karya ilmiah sendiri. Karena itu, pihaknya siap membantu pendampingan terkait Google Scholar ini.
(mpw)