Psikolog: Ingat! Ini 2 Pertimbangan Sebelum Menentukan Jurusan Kuliah
loading...
A
A
A
SURABAYA - Minat dan bakat adalah dua hal yang seringkali terlambat disadari ketika menjalani pendidikan. Padahal, keduanya patut menjadi pertimbangan dalam merencanakan masa depan, termasuk ketika memilih jurusan di bangku perguruan tinggi .
Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga Dr. Wiwin Hendriani S.Psi M.Si menuturkan, perlu dipahami bahwa minat dan bakat adalah dua hal yang sangat berbeda. Bakat diartikan sebagai potensi atau kemampuan yang bersifat spesial. Yaitu faktor bawaan yang menjadi kekuatan dan ciri khas individu.
Sedangkan minat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat passion. Yaitu hal-hal yang disukai atau membuat antusias. Minat tak jarang juga diidentikkan dengan hobi, meski sebenarnya berbeda.
“Komposisi minat dan bakat sedapat mungkin perlu diupayakan seimbang. Sebab, potensi kemampuan tanpa diiringi minat, hasilnya tidak akan optimal untuk meraih sukses,” kata Wiwin, Rabu (3/2/2021).
Ia melanjutkan, minat yang besar tanpa bakat yang memadai akan menyulitkan seseorang ketika menghadapi tantangan yang besar. “Jadi, bakat aja tanpa minat, nggak optimal orang mencapai sukses karir. Minat aja tanpa ada bakat yang cukup, itu juga tidak akan optimal,” jelasnya.
Wiwin menambahkan, proses identifikasi minat dan bakat harus dilakukan sedini mungkin. Setidaknya terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui minat dan bakat.
Pertama, bakat dapat diidentifikasi dengan mencermati berbagai aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dari sekian banyak yang dikerjakan, area aktivitas mana yang hasilnya konsisten baik dari waktu ke waktu.
“Ketika kita bagus melakukan suatu hal secara konsisten dari waktu ke waktu, itu adalah petunjuk ada bakat di situ,” jelasnya.
Potensi diri tersebut, katanya, dapat dikuatkan dengan meminta pendapat dari teman yang mengenal kita dengan baik. Apakah ia juga melihat hal yang sama.
Sedangkan minat, tuturnya, ditunjukkan dengan beberapa reaksi yang lebih mudah disadari. Misalnya ketika kita merasa betah berlama-lama melakukan sesuatu, menikmati setiap prosesnya, atau memiliki inisiatif untuk terus menggali maupun mencari informasi mengenai hal tersebut.
Jika minat dan bakat sudah disadari, selanjutnya tentu perlu dipupuk. Dalam hal ini, Wiwin mengungkapkan langkah sederhana dengan membuat catatan harian mengenai kemampuan yang kita miliki. Menurutnya, hal itu akan sangat membantu.
"Nah, untuk selalu menyadari setiap detail potensi yang dimiliki, bakat-bakat ini ada perlunya dituliskan. Karena kemampuan memori kita, termasuk mengingat kondisi diri kita sendiri itu ada kalanya terbatas," jelasnya.
Wiwin menandaskan bahwa kesadaran akan minat maupun bakat, akan berperan besar bagi persiapan karier. Selain itu, rencana untuk masa depan menjadi lebih terarah.
“Mulai dari sekarang refleksikan hal-hal yang membuat nyaman, disukai, dan di area mana saja kita menunjukkan kemampuan yang bagus setiap harinya,” ucapnya.
Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga Dr. Wiwin Hendriani S.Psi M.Si menuturkan, perlu dipahami bahwa minat dan bakat adalah dua hal yang sangat berbeda. Bakat diartikan sebagai potensi atau kemampuan yang bersifat spesial. Yaitu faktor bawaan yang menjadi kekuatan dan ciri khas individu.
Sedangkan minat berhubungan dengan sesuatu yang bersifat passion. Yaitu hal-hal yang disukai atau membuat antusias. Minat tak jarang juga diidentikkan dengan hobi, meski sebenarnya berbeda.
“Komposisi minat dan bakat sedapat mungkin perlu diupayakan seimbang. Sebab, potensi kemampuan tanpa diiringi minat, hasilnya tidak akan optimal untuk meraih sukses,” kata Wiwin, Rabu (3/2/2021).
Ia melanjutkan, minat yang besar tanpa bakat yang memadai akan menyulitkan seseorang ketika menghadapi tantangan yang besar. “Jadi, bakat aja tanpa minat, nggak optimal orang mencapai sukses karir. Minat aja tanpa ada bakat yang cukup, itu juga tidak akan optimal,” jelasnya.
Wiwin menambahkan, proses identifikasi minat dan bakat harus dilakukan sedini mungkin. Setidaknya terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui minat dan bakat.
Pertama, bakat dapat diidentifikasi dengan mencermati berbagai aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dari sekian banyak yang dikerjakan, area aktivitas mana yang hasilnya konsisten baik dari waktu ke waktu.
“Ketika kita bagus melakukan suatu hal secara konsisten dari waktu ke waktu, itu adalah petunjuk ada bakat di situ,” jelasnya.
Potensi diri tersebut, katanya, dapat dikuatkan dengan meminta pendapat dari teman yang mengenal kita dengan baik. Apakah ia juga melihat hal yang sama.
Sedangkan minat, tuturnya, ditunjukkan dengan beberapa reaksi yang lebih mudah disadari. Misalnya ketika kita merasa betah berlama-lama melakukan sesuatu, menikmati setiap prosesnya, atau memiliki inisiatif untuk terus menggali maupun mencari informasi mengenai hal tersebut.
Jika minat dan bakat sudah disadari, selanjutnya tentu perlu dipupuk. Dalam hal ini, Wiwin mengungkapkan langkah sederhana dengan membuat catatan harian mengenai kemampuan yang kita miliki. Menurutnya, hal itu akan sangat membantu.
"Nah, untuk selalu menyadari setiap detail potensi yang dimiliki, bakat-bakat ini ada perlunya dituliskan. Karena kemampuan memori kita, termasuk mengingat kondisi diri kita sendiri itu ada kalanya terbatas," jelasnya.
Wiwin menandaskan bahwa kesadaran akan minat maupun bakat, akan berperan besar bagi persiapan karier. Selain itu, rencana untuk masa depan menjadi lebih terarah.
“Mulai dari sekarang refleksikan hal-hal yang membuat nyaman, disukai, dan di area mana saja kita menunjukkan kemampuan yang bagus setiap harinya,” ucapnya.
(mpw)