Solusi Pembelajaran Daring, FIB UI Kembangkan Metode Pembelajaran CLDS

Kamis, 11 Februari 2021 - 00:14 WIB
loading...
Solusi Pembelajaran...
FIB UI berhasil mengembangkan metode pembelajaran daring dan konten digital yang dinamai Cultural Literacy for Digital Society (CLDS). Foto/Dok/Humas UI
A A A
JAKARTA - Tim Akademisi dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) berhasil mengembangkan metode pembelajaran daring dan konten digital bertemakan ilmu-ilmu humaniora yang dinamai Cultural Literacy for Digital Society (CLDS).

Tim yang diketuai Mochamad Aviandy, S.Hum ini membuat inovasi dari CLDS yang menghasilkan dua luaran, yaitu pembelajaran daring yang berkonsep audiovisual dan modul serta yang berkonsep hanya audio saja.



Modul pembelajaran daring dengan tema Sejarah Publik (Public History) menggunakan platform pembelajaran yang dikembangkan mandiri oleh PPKB FIB UI, sedangkan medium pembelajaran daring yang berkonsep hanya audio menggunakan platform salah satu media sosial.

“Hadirnya metode pembelajaran ini menjadi salah satu solusi pembelajaran daring di masa pandemi. Pada umumnya, kebanyakan orang menggunakan aplikasi tuntuk hiburan mendengarkan musik, namun hasil riset tim PPKB FIB UI menemukan bahwa Spotify dapat digunakan sebagai media pembelajaran daring,” ujar Aviandy melalui siaran pers, Rabu (10/2).

Plt. Kepala Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud Irsyad Zamjani mengapreasiasi tim PPKB FIB UI yang telah menciptakan inovasi pembelajaran daring.



“Metode ini merupakan bagian dari upaya internasionalisasi Sejarah Publik di seluruh dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan yang pertama, yang ambil bagian dalam upaya ini. Oleh sebab itu, suatu kehormatan bagi Pusat Penelitian Kebijakan Kemendikbud RI untuk ambil bagian dalam upaya ini,” katanya.

Tim riset PPKB FIB UI yang terdiri dari Kresno Brahmantyo, Wina Aprilia Tirtapraja, Hilman Handoni dan perwakilan peneliti dari Kemendikbud Genardi Atmadiredja terinspirasi menciptakan metode pembelajaran ini berangkat dari adanya kesenjangan konsep literasi dan keterbatasan akses antara masyarakat kota dan desa.

Di kota-kota besar, akses terhadap koneksi internet yang memadai dan lancar cenderung mudah didapatkan. Akan tetapi, persoalannya akan jauh berbeda dengan kondisi di daerah, lebih-lebih di pelosok nusantara.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2211 seconds (0.1#10.140)