Peta Persebaran Covid-19 Harus Jadi Faktor Kelayakan Pembukaan Sekolah

Selasa, 23 Maret 2021 - 00:06 WIB
loading...
Peta Persebaran Covid-19 Harus Jadi Faktor Kelayakan Pembukaan Sekolah
Anggota Komisi X DPR Zainuddin Maliki. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Anggota Komisi X DPR Zainuddin Maliki meminta agar rencana pembelajaran tatap muka di semua jenjang sekolah harus berpatokan pada peta persebaran Covid-19.

Zainuddin menuturkan, sejumlah pihak menginginkan agar sekolah tatap muka segera digelar. Alasannya untuk menghindari anak Indonesia dari kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar (learning loss).



Akan tetapi, lanjutnya, apakah saat ini sudah layak untuk menggelar pembelajaran tatap muka. “Layak atau tidak diterapkan pembelajaran tatap muka, menurut hemat saya tetap harus didasarkan peta persebaran Covid 19,” katanya kepada SINDOnews, Minggu (21/3/2021).

Dia menuturkan, untuk zona merah dan di daerah yang positive rate nya tinggi diharapkan untuk menunda pembelajaran tatap muka. Hal ini untuk mengantisipasi resiko penularan yang tinggi. Namun, ujarnya, konsekuensinya adalah guru-guru harus bisa mengemas model pembelajaran daring yang efektif dan menyenangkan.

"Pemerintah bisa mengizinkan bagi orangtua yang ingin anak-anaknya kembali ke sekolah khususnya yang berada di zona kuning atau zona hijau yang positive rate dan risiko penularannya rendah,” terangnya.



Akan tetapi, dia menekankan, pembukaan sekolah di zona kuning dan hijau itu harus dengan jaminan protokol kesehatan yang benar-benar bisa diterapkan. Seperti pengaturan jarak, penggunaan masker, serta memastikan kesadaran peserta didik untuk rajin mencuci tangan.

Disisi lain, dia berpendapat, pendidikan di Indonesia selama ini cenderung dikemas secara behavioristik. Dimana gguru menempatkan diri sebagai subyek dan siswa sebagai obyek pembelajaran.

“Akibatnya siswa belajar kalau ada guru. Tidak ada guru tidak ada pembelajaran. Jadi pembelajaran hanya terjadi jika diintervensi dan dikontrol dari luar. Tegasnya hanya ada pembelajaran kalau di depan guru,” ujarnya.

Menurutnya, dalam PJJ guru hanya bisa hadir secara virtual sehingga siswa tidak terkontrol dengan baik. Oleh karena itu, ujarnya, membenahi PJJ akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan upaya membangun kesadaran intrinsik siswa didik tentang pentingnya belajar.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1516 seconds (0.1#10.140)