Mahasiswi ITS Gagas Tempurung Siwalan sebagai Filter Masker Kain

Kamis, 29 April 2021 - 21:00 WIB
loading...
Mahasiswi ITS Gagas Tempurung Siwalan sebagai Filter Masker Kain
Eunike Rhiza Febriana Setyadi, mahasiswa Departemen Teknik KImia ITS menampilkan hasil esainya yang inovatif. Foto/Dok ITS
A A A
JAKARTA - Mahasiswa ITS Eunike Rhiza Febriana Setyadi menggagas masker kain yang lapisan tengahnya diberi filter khusus berbahan dasar limbah tempurung siwalan. Idenya ini berguna untuk mengurangi limbah masker di era pandemic.

“Limbah masker medis sulit terurai dan membutuhkan sumber daya yang cukup besar dalam pengelolaannya,” ungkap mahasiswi yang akrab disapa Ike ini melalui siaran pers, Kamis (29/4/2021).



Melalui esai Potensi Active Carbon Sheet Mask Ramah Lingkungan dari Limbah Tempurung Siwalan guna Mengurangi Penyebaran Covid-19 di Indonesia, dia menggagas masker kain yang lapisan tengahnya diberi filter khusus lembaran karbon aktif sehingga bisa menyaring kotoran terutama virus.

Gagasan yang cukup inovatif ini pun telah berhasil meraih juara 2 dalam perlombaan esai nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Politeknik Indonesia (FKMPI) Lampung, beberapa waktu lalu

Mahasiswi asal Tuban ini menjelaskan, karbon aktif ini bisa diperoleh dari kandungan selulosa yang sangat tinggi pada tempurung siwalan yaitu sebesar 89,2 %.



Buah ini juga mudah ditemukan, khususnya di Kabupaten Tuban yang memproduksi sebanyak 5.477 ton per tahun. “Selain harganya terjangkau, pemanfaatan buah siwalan juga dapat membantu perekonomian warga,” ucapnya.

Prosesnya dimulai dari tempurung yang terlebih dahulu dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel lalu dikeringkan di oven bersuhu 150 °C selama dua jam untuk menghilangkan kandungan air (proses dehidrasi).

Kemudian tempurung siwalan akan melewati tahap karbonisasi. Sebanyak 1 kilogram sabut siwalan ditempatkan dalam wadah tertutup dan dipanaskan dalam tanur pada suhu 300 °C selama sejam.

“Tempurung siwalan ini akan berubah menjadi bentuk arang yang kemudian didinginkan, digiling dan diayak hingga arang berukuran 90 mesh,” imbuh gadis kelahiran 2000 ini.



Setelah melewati tahap karbonisasi, arang yang diperoleh akan masuk ke tahap aktivasi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan pori-pori permukaan arang, sehingga dapat meningkatkan daya adsorpsi terhadap cairan dan gas.

Pada tahap ini, karbon direndam dengan natrium karbonat (Na2CO3) 25 persen. “Penggunaan Na2CO3 karena sifatnya yang nontoxic sehingga ramah lingkungan dan harganya terjangkau dibandingkan aktivator lain,” tambahnya.

Ike menjelaskan, aktivasi dilakukan 24 jam dengan perbandingan massa arang dan volume aktivator adalah 1:10. Lalu dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring, pencucian arang aktif dengan aquades, lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 150 °C selama empat jam.

Terakhir, tempurung siwalan yang sudah menjadi karbon aktif ini dibentuk menjadi lembaran tipis. Maka karbon aktif perlu ditambahkan bubuk kitosan yang sudah dilarutkan dalam asam asetat 2 persen, dengan perbandingan 50:50.

“Senyawa kitosan ini antimikroba, tidak beracun, dan memiliki kapasitas adsorpsi yang tinggi,” tandasnya meyakinkan.

Hasil pencampuran karbon aktif dengan kitosan ini akan menghasilkan active carbon sheet dengan ukuran pori-pori sebesar 3,702 nanometer. Ukuran pori ini efektif menyaring berbagai macam debu, udara beracun, bakteri, virus yang berukuran sekitar 125 nanometer, bahkan coronavirus yang ada saat ini.

“Filter karbon aktif ini dapat digunakan sebagai filter masker kain dalam waktu 4-7 hari pemakaian,” jelasnya.

Ike mengungkapkan bahwa kurangnya penelitian terkait proses pengubahan karbon aktif menjadi lembaran tipis adalah kendala utama. “Hingga saat ini saya belum dapat menemukan penelitian mengenai hal tersebut,” ujarnya.

Ike berharap esai yang digagasnya dapat diteliti lebih lanjut. Terutama dalam menguji langsung keefektifan masker ini. “Harapannya ide ini nantinya dapat ditindak lanjuti dan diimplementasikan di masyarakat umum,” harapnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1587 seconds (0.1#10.140)