Tantangan PTKI Makin Kompleks, Kemenag Gembleng Mental Pegawai Diktis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tantangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) kian hari kian kompleks, karenanya sebagai aparatur penyelenggara harus tambah sigap, bekerja keras dan cerdas diimbangi dengan peningkatan kapasitas diri.
Hal itu dikatakan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Prof. Dr. Suyitno, M.Ag saat membuka acara Pembinaan kegiatan Pembinaan Mental Pegawai Diktis, Ditjen Pendidikan Islam, pada Senin (10/05).
Menurut Suyitno, saat ini banyak program-program strategis yang kini dimandatkan seperti pendirian PTKIN baru, yaitu IAIN Bima NTB, IAIN Pangandaran Jawa Barat dan sejumlah PTKIN lain di daerah Indonesia Timur.
Program strategis lainnya, lanjut Guru Besar UIN Raden Fatah Pelambang ini, adalah pendirian Universitas Islam Siber Syaih Nurjati Cirebon (UISSI) untuk merespon kemajuan teknologi informasi.
Dihadapan ratusan pegawai Diktis, Suyitno berharap agar kegiatan pembinaan mental seperti sekarang ini ke depannya bisa lebih variative dan dimodivikasi sesuai dengan tantangan yang dihadapi.
Sementara itu Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang didaulat memberikan tausiyah mengatakan maju mundurnya umat Islam, salah satunya akan sangat ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam mencetak biru kualitas pendidikannya.
Kiai Moqsith mengutip kitab Minhajul Abidin mengatakan, adanya fenomena orang yang alim di bully oleh orang-orang yang bodoh dan ini sungguh memprihatinkan. “Orang alim tidak boleh diam apalagi uzlah, mereka harus aktif mengedukasi masyarakat dan menyuarakan kebenaran walau kadang dengan resiko di bully oleh orang-orang awam,” katanya.
Pria asli Madura ini menambahkan, hal yang memperihatinkan lagi adalah munculnya orang yang kaya yang jatuh miskin dan orang-orang yang terhormat jatuh dan menjadi hina.
Kepada ASN Diktis, Kiai Moqsith berharap agar jajaran Ditjen Pendis harus ikut mendampingi para ulama dalam memproduksi karya-karya akademik luhur seperti dulu ketika Islam berada dalam kejayaan Daulah Abbasiyah.
“Sejak dulu karya-karya besar kesarjanaan Islam lahir dari rahim perguruan tinggi Islam dengan tokohnya al-Juwaini, al-Ghazali, Zakaria al-Anshari,” terang Moqsith.
Bertindak selaku narasumber pembinaan mental, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani, Sekretaris Jenderal Kemenag Nizar Ali, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Rohmat Mulyana dan Direktur Diktis Suyitno.
Nampak hadir Kasubdit Akademik Ahmad Syafi'i, Kasubdit Ketenagaan Mamat Salamat Burhanuddin, Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Ruchman Basori, Kasubdit Kelembagaan dan Kerja Sama M. Adib Abdushomad, JFT Ahli Madya Suwendi, Kasubbag TU Diktis Muhammad Aziz Hakim, para Kepala Seksi, JFT dan JFU Direktorat Diktis.
Hal itu dikatakan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Prof. Dr. Suyitno, M.Ag saat membuka acara Pembinaan kegiatan Pembinaan Mental Pegawai Diktis, Ditjen Pendidikan Islam, pada Senin (10/05).
Menurut Suyitno, saat ini banyak program-program strategis yang kini dimandatkan seperti pendirian PTKIN baru, yaitu IAIN Bima NTB, IAIN Pangandaran Jawa Barat dan sejumlah PTKIN lain di daerah Indonesia Timur.
Program strategis lainnya, lanjut Guru Besar UIN Raden Fatah Pelambang ini, adalah pendirian Universitas Islam Siber Syaih Nurjati Cirebon (UISSI) untuk merespon kemajuan teknologi informasi.
Dihadapan ratusan pegawai Diktis, Suyitno berharap agar kegiatan pembinaan mental seperti sekarang ini ke depannya bisa lebih variative dan dimodivikasi sesuai dengan tantangan yang dihadapi.
Sementara itu Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang didaulat memberikan tausiyah mengatakan maju mundurnya umat Islam, salah satunya akan sangat ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam mencetak biru kualitas pendidikannya.
Kiai Moqsith mengutip kitab Minhajul Abidin mengatakan, adanya fenomena orang yang alim di bully oleh orang-orang yang bodoh dan ini sungguh memprihatinkan. “Orang alim tidak boleh diam apalagi uzlah, mereka harus aktif mengedukasi masyarakat dan menyuarakan kebenaran walau kadang dengan resiko di bully oleh orang-orang awam,” katanya.
Pria asli Madura ini menambahkan, hal yang memperihatinkan lagi adalah munculnya orang yang kaya yang jatuh miskin dan orang-orang yang terhormat jatuh dan menjadi hina.
Kepada ASN Diktis, Kiai Moqsith berharap agar jajaran Ditjen Pendis harus ikut mendampingi para ulama dalam memproduksi karya-karya akademik luhur seperti dulu ketika Islam berada dalam kejayaan Daulah Abbasiyah.
“Sejak dulu karya-karya besar kesarjanaan Islam lahir dari rahim perguruan tinggi Islam dengan tokohnya al-Juwaini, al-Ghazali, Zakaria al-Anshari,” terang Moqsith.
Bertindak selaku narasumber pembinaan mental, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani, Sekretaris Jenderal Kemenag Nizar Ali, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Rohmat Mulyana dan Direktur Diktis Suyitno.
Nampak hadir Kasubdit Akademik Ahmad Syafi'i, Kasubdit Ketenagaan Mamat Salamat Burhanuddin, Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Ruchman Basori, Kasubdit Kelembagaan dan Kerja Sama M. Adib Abdushomad, JFT Ahli Madya Suwendi, Kasubbag TU Diktis Muhammad Aziz Hakim, para Kepala Seksi, JFT dan JFU Direktorat Diktis.
(mpw)