Pakar IPB Ungkap Pria Lebih Sering Kentut Dibanding Wanita, Ini Penjelasannya

Kamis, 01 Juli 2021 - 13:13 WIB
loading...
Pakar IPB Ungkap Pria Lebih Sering Kentut Dibanding Wanita, Ini Penjelasannya
Dr Syaefudin, Dosen IPB University dari Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Foto/Dok/IPB University
A A A
JAKARTA - Istilah kentut bagi sebagian orang dapat berarti menjijikkan dan memalukan. Apalagi bila dikeluarkan secara tidak sengaja, ini yang kerap dianggap tidak sopan. Sehingga tak jarang orang berusaha menahan dan menyembunyikannya. Padahal kebebasan mengeluarkan gas kentut merupakan salah satu anugerah dari Tuhan. Bahkan menyimpan fakta ilmiah yang dapat mengundang decak kagum.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University dalam program kajian ilmiah dan tafsir Alqur'an rutin bulanan Teropong Cercah Kauniyah (TerCerahKan) mengungkapkan fakta kentut. Kegiatan ini mengangkat topik "Biokimia Flatulensi (Kentut): Mengungkap Fakta yang Tetap Jadi Rahasia", Rabu (30/6/2021).



Dosen IPB University dari Departemen Biokimia, Dr Syaefudin, menjelaskan fenomena flatulensi atau kentut dari sisi biokimia. Flatulensi merupakan hasil samping dari siklus metabolisme dalam tubuh dimana glukosa berubah menjadi asam piruvat untuk mengubah makanan menjadi energi serta berjalan secara simultan. Ia pun merasa takjub bahwa metabolisme dalam tubuh dapat mudah dipelajari dengan suatu pola.

Fenomena kentut adalah suatu hal umum terjadi namun kerap terlewat bahkan enggan untuk dibicarakan. Seperti fakta unik frekuensi kentut antara pria dan wanita berbeda. Dimana pria lebih sering mengeluarkan kentut hingga 25 kali dalam sehari. Adapun sumber gas kentut tersebut berasal dari eksogen yakni udara dan minuman atau endogen dari fermentasi makanan.

Fakta unik lainnya adalah hanya 20 persen gas yang dikeluarkan via anus, sisanya melalui sendawa. Jumlah mikroba dalam tubuh manusia mencapai 14 miliar dan dapat menghasilkan 13 liter gas hidrogen dalam sehari. Namun gas tersebut sebagian diserap mikroba, tidak dikeluarkan seluruhnya lewat anus. Gas hidrogen akan direaksikan dengan senyawa bersulfur sehingga menghasilkan gas hidrogen sulfida yang berbau khas telur busuk. Ada pula mikroba yang dapat menghasilkan gas metana yang berbau kurang sedap.



“Perubahan molekul hidrogen menjadi metana ataupun hidrogen sulfide berbau busuk itu sebenarnya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Kita tahu bahwa dua kilogram atau 14 milyar sel mikroba dalam tubuh bisa mengkonversi 40 gram karbohidrat menjadi 13 liter hidrogen. Bayangkan bila kita dipaksa untuk mengeluarkan gas sebanyak itu dalam satu waktu melalui lubang yang sama, pasti menderita, mengingat hidrogen sendiri bersifat flammable (mudah terbakar),” ungkapnya.

Bahkan produktivitas gas kentut berkaitan erat dengan kesehatan manusia. Fakta lainnya adalah bau gas kentut dapat ditentukan berdasarkan jenis makanan, terutama yang mengandung banyak protein.

Sementara itu, berdasarkan hadits, Ustadz Muchammad Wachid Romadhon, MA mengatakan bahwa kentut bersifat hadats sehingga dapat membatalkan wudhu. Sehingga umat muslim harus menyegerakan shalat bila tidak kuat menahannya. Bila sudah terjadi, bahkan dialami oleh Imam ketika memimpin shalat, pun harus segera menyampingkan diri untuk mengambil wudhu kembali.

Gas kentut merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT untuk menandakan kesehatan manusia. Namun perlu diingatkan bila umat muslim juga perlu menaati syariat Islam sehingga menahan kentut ketika shalat tidak dianjurkan.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1883 seconds (0.1#10.140)