Psikiater UGM Paparkan Cara Hindari Stres Saat Isoman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Psikiater dari Universitas Gadjah Mada Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.Kj., mengatakan isoman merupakan sebuah kondisi yang menimbulkan gap baik secara fisik, emosi, maupun finansial. Gap tersebut berpotensi memunculkan sejumlah persoalan.
Secara umum, permasalahan yang kerap terjadi saat isoman adalah ketakutan menghadapi penyakit itu sendiri, ketakutan saat isoman, serta kebosanan serta frustrasi. “Persoalan ini yang kita hadapi bersama saat ini,” katanya dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Jumat (9/7).
Lantas bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk meredakan kecemasan maupun stres ketika menjalani isoman? Ketua Prodi Pendidikan Spesialis Ilmu Kejiwaan FKKMK UGM ini membagikan beberapa tips cara menghadapi stres agar mental tetap sehat selama isoman.
Salah satunya dengan membatasi menonton, membaca, atau mendengar berita maupun cerita baru terkait covid termasuk melalui media sosial. “Pembatasan bisa berupa waktu, jumlah, topik atau sumbernya. Atur waktu dalam pembatasan ini,” terangnya.
Cara lain adalah dengan melakukan perawatan tubuh secara optimal mulai dari kebersihan hingga aktivitas fisik. Beberapa tambahan aktivitas fisik yang dapat dilakukan seperti melakukan latihan bernafas dalam, peregangan, atau meditasi yang terarah. Pola makan juga harus dijaga seimbang, olahraga ringan dan hindari konsumsi alkohol dan rokok.
Tidak kalah penting, lanjutnya, tetap terhubung dengan orang lain baik keluarga, kerabat, maupun teman. Selalu berkomunikasi untuk membagi kondisi dan perasaan saat ini. Komunikasi dapat dilakukan melalui sosial media, daring maupun via telepon.
Ia menyebutkan seseorang perlu segera mendapatkan pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater jika tetap mengalami kesulitan meskipun telah melakukan tips-tips tersebut.
Kesulitan yang dimaksud adalah masih saja ada perasaan marah, ketakutan, kesedihan, frustrasi, perubahan nafsu makan, energi berkurang, minat dan keinginan berkurang, kesulitan tidur. Bahkan, perlu diwaspadai jika sampai terganggu tidurnya atau muncul beberapa keluhan fisik seperti nyeri kepala, nyeri ulu hati, serta nyeri di sejumlah bagian tubuh atau kulit.
“Kalau masih ada keluhan seperti itu sebaiknya segera minta pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater,” paparnya.
Ronny menyebutkan dukungan sosial juga menjadi hal yang sangat diperlukan dalam kondisi pandemi Covid-19 termasuk bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri/isoman. Adanya dukungan dari keluarga terdekat maupun masyarakat diharapkan dapat mengurai masalah atau stresor saat isoman. “Perlu ada dukungan sosial/masyarakat dan ini perlu ditingkatkan saat ini,” katanya.
Dukungan sosial diperlukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar saat menjalani isoman. Tidak hanya dukungan sosial, masyarakat diharapkan juga tidak memberi pelabelan atau stigmatisasi terhadap pasien Covid-19.
Sebab, adanya stigma menjadikan pasien Covid-19 memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi dibandingkan saat sebelum terinfeksi Covid-19. “Tak lupa jaminan suplai yang adekuat termasuk soal informasi,”pungkasnya.
Ia pun mengimbau bagi yang menjalani isoman untuk tidak ragu melakukan konsultasi dengan dokter/petugas kesehatan terkait covidnya. Dengan begitu, jika ada perubahan derajat gejala bisa segera terdeteksi/tertangani.
Secara umum, permasalahan yang kerap terjadi saat isoman adalah ketakutan menghadapi penyakit itu sendiri, ketakutan saat isoman, serta kebosanan serta frustrasi. “Persoalan ini yang kita hadapi bersama saat ini,” katanya dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Jumat (9/7).
Lantas bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk meredakan kecemasan maupun stres ketika menjalani isoman? Ketua Prodi Pendidikan Spesialis Ilmu Kejiwaan FKKMK UGM ini membagikan beberapa tips cara menghadapi stres agar mental tetap sehat selama isoman.
Salah satunya dengan membatasi menonton, membaca, atau mendengar berita maupun cerita baru terkait covid termasuk melalui media sosial. “Pembatasan bisa berupa waktu, jumlah, topik atau sumbernya. Atur waktu dalam pembatasan ini,” terangnya.
Cara lain adalah dengan melakukan perawatan tubuh secara optimal mulai dari kebersihan hingga aktivitas fisik. Beberapa tambahan aktivitas fisik yang dapat dilakukan seperti melakukan latihan bernafas dalam, peregangan, atau meditasi yang terarah. Pola makan juga harus dijaga seimbang, olahraga ringan dan hindari konsumsi alkohol dan rokok.
Tidak kalah penting, lanjutnya, tetap terhubung dengan orang lain baik keluarga, kerabat, maupun teman. Selalu berkomunikasi untuk membagi kondisi dan perasaan saat ini. Komunikasi dapat dilakukan melalui sosial media, daring maupun via telepon.
Ia menyebutkan seseorang perlu segera mendapatkan pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater jika tetap mengalami kesulitan meskipun telah melakukan tips-tips tersebut.
Kesulitan yang dimaksud adalah masih saja ada perasaan marah, ketakutan, kesedihan, frustrasi, perubahan nafsu makan, energi berkurang, minat dan keinginan berkurang, kesulitan tidur. Bahkan, perlu diwaspadai jika sampai terganggu tidurnya atau muncul beberapa keluhan fisik seperti nyeri kepala, nyeri ulu hati, serta nyeri di sejumlah bagian tubuh atau kulit.
“Kalau masih ada keluhan seperti itu sebaiknya segera minta pendampingan profesional, baik konselor, psikolog dan atau psikiater,” paparnya.
Ronny menyebutkan dukungan sosial juga menjadi hal yang sangat diperlukan dalam kondisi pandemi Covid-19 termasuk bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri/isoman. Adanya dukungan dari keluarga terdekat maupun masyarakat diharapkan dapat mengurai masalah atau stresor saat isoman. “Perlu ada dukungan sosial/masyarakat dan ini perlu ditingkatkan saat ini,” katanya.
Dukungan sosial diperlukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar saat menjalani isoman. Tidak hanya dukungan sosial, masyarakat diharapkan juga tidak memberi pelabelan atau stigmatisasi terhadap pasien Covid-19.
Sebab, adanya stigma menjadikan pasien Covid-19 memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi dibandingkan saat sebelum terinfeksi Covid-19. “Tak lupa jaminan suplai yang adekuat termasuk soal informasi,”pungkasnya.
Ia pun mengimbau bagi yang menjalani isoman untuk tidak ragu melakukan konsultasi dengan dokter/petugas kesehatan terkait covidnya. Dengan begitu, jika ada perubahan derajat gejala bisa segera terdeteksi/tertangani.
(mpw)