Hadapi Tantangan Zaman, Kemendikbud Tambah Empat Magister Terapan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuka program Pascasarjana (S-2) Terapan di empat politeknik negeri untuk menjawab tantangan zaman. Program studi (Prodi) tersebut diterapkan dengan menggunakan model berbasis pada Rekayasa Teknologi Berbasis Penyelesaian Permasalahan (Engineered Technology Based Problem Solving).
(Baca juga: Survei KPAI Sebut Orangtua Khawatir Lepas Anaknya Bersekolah di Saat Pandemi)
Empat pendidikan tinggi vokasi itu antara lain Politeknik Negeri Padang dengan Prodi Sistem Informasi Akuntansi. Selanjutnya, Politeknik Negeri Lampung dengan Prodi Ketahanan Pangan, Politeknik Negeri Medan dengan Prodi Sistem Informasi Akuntansi, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dengan Prodi Teknik Keselamatan dan Risiko.
(Baca juga: Cemaskan Corona, Orang Tua Waswas jika Sekolah Kembali Dibuka)
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto, mengatakan terus mendorong lebih jauh agar seluruh prodi-prodi vokasi mulai dari level pendidikan menengah (SMK), level undergraduate seperti D-1, D-2, D-3 dan Sarjana Terapan hingga level postgraduate yaitu Magister (S-2) Terapan dan Doktor (S-3) Terapan.
"Harus semaksimal mungkin dan terus menerus membangun link and match dengan dunia industri dan dunia kerja. Istilahnya 'pernikahan massal' antara dunia pendidikan dan dunia kerja," papar Wikan melalui video telekonferensi di Jakarta, Jumat (29/05/2020).
Proses 'pernikahan' antara industri dan calon lulusan itu sudah terlibat dari awal peserta didik diterima menjadi mahasiswa hingga lulus dari kampus. Karena itu, para mahasiswa selama masa studinya akan belajar melakukan riset terapan, program pengabdian masyarakat dengan didukung pembiayaan, sarana prasarana, dan beasiswa.
Lebih lanjut Wikan memaparkan, ada kesempatan sangat besar di waktu yang sangat berisiko bagi para lulusan S-2 Terapan. Yang dimaksud adalah mereka harus mampu menjawab tantangan zaman, termasuk perubahan pascapandemi Corona.
"Program ini memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengetahui permasalahan secara komprehensif serta untuk menyiapkan tenaga kerja yang sangat profesional yang dapat berkontribusi pada pengembangan industri di Indonesia," tutur dia.
Sejak 2013, Indonesia telah memiliki Program S-2 Terapan sebagai alternatif pilihan studi untuk level pascasarjana. Jumlahnya bertambah banyak. Saat ini, terdapat 23 politeknik dan beberapa universitas serta institut di seluruh Indonesia yang sudah membuka program tersebut.
"Keberadaan S-2 Terapan ini tujuannya untuk memberikan alternatif pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan SDM profesional secara kompeten," imbuh dia.
Ia berharap, kemampuan problem solving hendaknya dibentuk dengan skema project-based learning dan perkuliahan berbasis praktik yang tinggi untuk menguatkan kemampuan analisis pada masalah riil di industri dan dunia kerja.
Kemampuan teknis yang mumpuni tersebut harus disertai wawasan perkembangan dan penerapan teknologi, serta ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Selain itu, mampu menciptakan inovator kreatif yang akan berdampak pada daya saing industri di kompetisi global.
(Baca juga: Survei KPAI Sebut Orangtua Khawatir Lepas Anaknya Bersekolah di Saat Pandemi)
Empat pendidikan tinggi vokasi itu antara lain Politeknik Negeri Padang dengan Prodi Sistem Informasi Akuntansi. Selanjutnya, Politeknik Negeri Lampung dengan Prodi Ketahanan Pangan, Politeknik Negeri Medan dengan Prodi Sistem Informasi Akuntansi, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dengan Prodi Teknik Keselamatan dan Risiko.
(Baca juga: Cemaskan Corona, Orang Tua Waswas jika Sekolah Kembali Dibuka)
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbud, Wikan Sakarinto, mengatakan terus mendorong lebih jauh agar seluruh prodi-prodi vokasi mulai dari level pendidikan menengah (SMK), level undergraduate seperti D-1, D-2, D-3 dan Sarjana Terapan hingga level postgraduate yaitu Magister (S-2) Terapan dan Doktor (S-3) Terapan.
"Harus semaksimal mungkin dan terus menerus membangun link and match dengan dunia industri dan dunia kerja. Istilahnya 'pernikahan massal' antara dunia pendidikan dan dunia kerja," papar Wikan melalui video telekonferensi di Jakarta, Jumat (29/05/2020).
Proses 'pernikahan' antara industri dan calon lulusan itu sudah terlibat dari awal peserta didik diterima menjadi mahasiswa hingga lulus dari kampus. Karena itu, para mahasiswa selama masa studinya akan belajar melakukan riset terapan, program pengabdian masyarakat dengan didukung pembiayaan, sarana prasarana, dan beasiswa.
Lebih lanjut Wikan memaparkan, ada kesempatan sangat besar di waktu yang sangat berisiko bagi para lulusan S-2 Terapan. Yang dimaksud adalah mereka harus mampu menjawab tantangan zaman, termasuk perubahan pascapandemi Corona.
"Program ini memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengetahui permasalahan secara komprehensif serta untuk menyiapkan tenaga kerja yang sangat profesional yang dapat berkontribusi pada pengembangan industri di Indonesia," tutur dia.
Sejak 2013, Indonesia telah memiliki Program S-2 Terapan sebagai alternatif pilihan studi untuk level pascasarjana. Jumlahnya bertambah banyak. Saat ini, terdapat 23 politeknik dan beberapa universitas serta institut di seluruh Indonesia yang sudah membuka program tersebut.
"Keberadaan S-2 Terapan ini tujuannya untuk memberikan alternatif pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan SDM profesional secara kompeten," imbuh dia.
Ia berharap, kemampuan problem solving hendaknya dibentuk dengan skema project-based learning dan perkuliahan berbasis praktik yang tinggi untuk menguatkan kemampuan analisis pada masalah riil di industri dan dunia kerja.
Kemampuan teknis yang mumpuni tersebut harus disertai wawasan perkembangan dan penerapan teknologi, serta ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Selain itu, mampu menciptakan inovator kreatif yang akan berdampak pada daya saing industri di kompetisi global.
(maf)