Mahasiswa UGM Teliti Potensi Pegagan sebagai Obat Herbal Antivirus SARS-COV-2
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat Mahasiswa Fakultas Biologi UGM yang beranggotakan Anisa Diana Nastiti, Hasna Fatin Affifah, Eliza Falahatul Islami, dan Hikma Salsabila Yusuf meneliti potensi senyawa golongan flavonoid dan terpenoid dari pegagan (Centella asiatica) sebagai agen penghambat SARS-CoV-2 secara in silico.
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai Agustus secara berani dan memikat di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM dan Pusat Antar Universitas (PAU) UGM di bawah bimbingan Dosen Biologi UGM yaitu Lisna Hidayati.
Anisa dipilih untuk memaparkan tanaman pegagan karena berdasarkan penelitian sebelumnya dari Roy et al ., (2013), senyawa pada pegagan seperti kuersetin, rutin, luteolin, kuersetin, naringin, madekasosida, stigmasterol, asam madekasik, asam asiatik, dan asam klorogenat telah menunjukkan aktivitas antivirus .
“Kami menguji kandungan flavonoid dan terpenoid pada tanaman pegagan menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan uji tabung. Setelah itu, kami melakukan uji in silico menggunakan metode penambatan molekuler ( molecular docking ). Molecular docking adalah teknik pemodelan molekul yang menambatkan dua atau lebih struktur molekuler untuk mengidentifikasi interaksi antara protein (enzim) dengan molekul kecil (ligan),” ujarnya melansir laman UGM di ugm.ac.id, Jumat (3/9/2021).
Ia menyampaikan, protein yang digunakan adalah MPro (Main Protease), PLPro (Papain like protease), dan helikase yang berperan penting dalam replikasi dan transkripsi virus SARS CoV-2.
Sementara itu, ligan yang diteliti adalah sepuluh senyawa metabolit sekunder golongan terpenoid dan tiga senyawa golongan flavonoid dari tanaman pegagan. Senyawa yang digunakan adalah senyawa yang diprediksi memiliki bioaktivitas antivirus, antiinflamasi, dan antioksidan.
Metode molecular docking dapat memprediksi afinitas antara protein dan ligan, serta posisi ligan yang tepat untuk berikatan dengan situs pengikatan dari protein. Ikatan yang kuat antara protein dan ligan pada sisi aktif dapat berperan untuk menghambat aktivitas protein tersebut.
“Dari penelitian kami, ada empat senyawa dari tanaman pegagan yang menunjukkan interaksi terkuat dan afinitas terendah dengan protein Mpro, PLPro, dan helikase yaitu asam korosolik, asam madasiatik, asam terminolik, dan asam arjunolik,” imbuh Eliza.
Anisa dkk berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai potensi tanaman herbal pegagan sebagai kandidat obat alternatif COVID-19 di masa depan.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan tanaman pegagan (Centella asiatica ) sebagai obat terapi Covid-19 melalui metode molecular dynamic , in vitro, in vivo, dan uji klinis.
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai Agustus secara berani dan memikat di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM dan Pusat Antar Universitas (PAU) UGM di bawah bimbingan Dosen Biologi UGM yaitu Lisna Hidayati.
Anisa dipilih untuk memaparkan tanaman pegagan karena berdasarkan penelitian sebelumnya dari Roy et al ., (2013), senyawa pada pegagan seperti kuersetin, rutin, luteolin, kuersetin, naringin, madekasosida, stigmasterol, asam madekasik, asam asiatik, dan asam klorogenat telah menunjukkan aktivitas antivirus .
“Kami menguji kandungan flavonoid dan terpenoid pada tanaman pegagan menggunakan metode kromatografi lapis tipis dan uji tabung. Setelah itu, kami melakukan uji in silico menggunakan metode penambatan molekuler ( molecular docking ). Molecular docking adalah teknik pemodelan molekul yang menambatkan dua atau lebih struktur molekuler untuk mengidentifikasi interaksi antara protein (enzim) dengan molekul kecil (ligan),” ujarnya melansir laman UGM di ugm.ac.id, Jumat (3/9/2021).
Ia menyampaikan, protein yang digunakan adalah MPro (Main Protease), PLPro (Papain like protease), dan helikase yang berperan penting dalam replikasi dan transkripsi virus SARS CoV-2.
Sementara itu, ligan yang diteliti adalah sepuluh senyawa metabolit sekunder golongan terpenoid dan tiga senyawa golongan flavonoid dari tanaman pegagan. Senyawa yang digunakan adalah senyawa yang diprediksi memiliki bioaktivitas antivirus, antiinflamasi, dan antioksidan.
Metode molecular docking dapat memprediksi afinitas antara protein dan ligan, serta posisi ligan yang tepat untuk berikatan dengan situs pengikatan dari protein. Ikatan yang kuat antara protein dan ligan pada sisi aktif dapat berperan untuk menghambat aktivitas protein tersebut.
“Dari penelitian kami, ada empat senyawa dari tanaman pegagan yang menunjukkan interaksi terkuat dan afinitas terendah dengan protein Mpro, PLPro, dan helikase yaitu asam korosolik, asam madasiatik, asam terminolik, dan asam arjunolik,” imbuh Eliza.
Anisa dkk berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai potensi tanaman herbal pegagan sebagai kandidat obat alternatif COVID-19 di masa depan.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan tanaman pegagan (Centella asiatica ) sebagai obat terapi Covid-19 melalui metode molecular dynamic , in vitro, in vivo, dan uji klinis.
(mpw)