Vaksinasi Anak Masih Rendah, Kebijakan PTM Dinilai Terlalu Terburu-buru
loading...
A
A
A
Konsultan dokter spesialis anak, dr. Andreas juga menyadari metode belajar di rumah menimbulkan stress, tidak hanya pada anak tapi juga orang tua. Tapi untuk menggelar PTM sekarang, dr. Andreas melihatnya sebagai kebijakan yang terburu-buru.
“Keputusan PTM diambil pemerintah setelah melihat kasus positif dan angka kematiannya sudah turun. Tapi perlu diingat bahwa cakupan vaksinasi anak usia 12-18 tahun di Indonesia belum sampai 80 persen. Masalahnya lagi, ketersediaan fasilitas tes PCR di daerah belum sama banyaknya dengan di Jabodetabek. Ini harus hati-hati juga,” pesan dr Andreas.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan sekolah. “Sekolah wajib menjaga prokes, dan kesiapannya bukan cuma soal wastafel atau ruang kelas. Tapi kesiapan mental guru-guru menghadapi anak yang ricuh dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Siapkah gurunya?” tanya dr. Andres.
Juga tidak kalah penting, pastikan semua sarana dan prasarana sekolah siap untuk kondisi darurat, misalnya ketika tiba-tiba ada anak yang demam saat di sekolah. “Di pihak orang tua, juga harus memastikan anak selalu mematuhi protokol kesehatan. Bagaimana pakai maskernya, harus benar-benar diajari jangan cuma menyuruh,” tambahnya.
Sebagai tips, saat PTM sudah efektif berjalan, orang tua harus tahu gejala infeksi virus corona pada anak. “Kasus Covid-19 pada anak seringkali tidak langsung ketahuan seperti orang dewasa. Gejalanya ringan seperti tiba-tiba lemas, bahkan demamnya pun tidak terlalu tinggi. Ini yang perlu diperhatikan saat tatap muka nanti,” pungkasnya.
Sebagai penutup, Brand Representative Makuku Family, Chairunissa alias Icha mengatakan, terlepas apakah orang tua mengizinkan anaknya mengikuti PTM atau tidak, namun gaya hidup sehat harus menjadi prioritas, terlebih di saat pandemi. “Salah satunya membawa peralatan makan minum sendiri. Tidak berbagi alat dengan orang lain,” pesan Icha.
“Keputusan PTM diambil pemerintah setelah melihat kasus positif dan angka kematiannya sudah turun. Tapi perlu diingat bahwa cakupan vaksinasi anak usia 12-18 tahun di Indonesia belum sampai 80 persen. Masalahnya lagi, ketersediaan fasilitas tes PCR di daerah belum sama banyaknya dengan di Jabodetabek. Ini harus hati-hati juga,” pesan dr Andreas.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan sekolah. “Sekolah wajib menjaga prokes, dan kesiapannya bukan cuma soal wastafel atau ruang kelas. Tapi kesiapan mental guru-guru menghadapi anak yang ricuh dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Siapkah gurunya?” tanya dr. Andres.
Juga tidak kalah penting, pastikan semua sarana dan prasarana sekolah siap untuk kondisi darurat, misalnya ketika tiba-tiba ada anak yang demam saat di sekolah. “Di pihak orang tua, juga harus memastikan anak selalu mematuhi protokol kesehatan. Bagaimana pakai maskernya, harus benar-benar diajari jangan cuma menyuruh,” tambahnya.
Sebagai tips, saat PTM sudah efektif berjalan, orang tua harus tahu gejala infeksi virus corona pada anak. “Kasus Covid-19 pada anak seringkali tidak langsung ketahuan seperti orang dewasa. Gejalanya ringan seperti tiba-tiba lemas, bahkan demamnya pun tidak terlalu tinggi. Ini yang perlu diperhatikan saat tatap muka nanti,” pungkasnya.
Sebagai penutup, Brand Representative Makuku Family, Chairunissa alias Icha mengatakan, terlepas apakah orang tua mengizinkan anaknya mengikuti PTM atau tidak, namun gaya hidup sehat harus menjadi prioritas, terlebih di saat pandemi. “Salah satunya membawa peralatan makan minum sendiri. Tidak berbagi alat dengan orang lain,” pesan Icha.
(mpw)