Ini yang Harus Diperhatikan Universitas di Indonesia dari Analisis QS WUR
loading...
A
A
A
JAKARTA - QS World University Rankings (WUR) bagi banyak universitas di Indonesia menjadi salah satu acuan sejauh mana kualitas kampus di kancah internasional. Pada konferensi QS Apple merilis hasil analisis perankingan di Asia dan aspek-aspek penting yang harus diperhatikan universitas untuk meningkatkan rankingnya.
Bertajuk Asia Rankings Lauch, Manajer Ranking QS Andrew MacFarlane serta Analis Ranking QS Kendrick Ng mempresentasikan laporan kualitas universitas-universitas di Asia.
Andrew menyebut bahwa ada enam jenis ranking yang dikeluarkan, yakni World University Rankings, Business and MBA Rankings, Regional Rankings, Graduate Employability Rankings, Subject Rankings, serta USA Rankings.
“Keenam bidang ranking itu tidak hanya untuk menilai universitas saja. Tapi secara khusus membantu para calon mahasiswa untuk menentukan pilihan universitas terbaik bagi kelanjutan studi mereka,” terang Andrew melansir laman resmi Universitas Airlangga di unair.ac.id, Kamis (4/11/2021).
Untuk diketahui, Unair menempati urutan 465 kampus terbaik menurut QS WUR 2022.
Hingga kini, QS Rankings sendiri telah bekerja sama dengan 687 institusi pendidikan di Asia. Untuk penilaian, ada delapan aspek yang QS Rankings lihat. Pertama dengan porsi yang paling besar adalah reputasi akademik. Kedua employer reputation diikuti dengan kualitas dan kuantitas riset.
“Aspek lain tidak kalah pentingnya adalah faculty student, jaringan riset internasional, exchange students, staf pendidik dengan gelar Ph.D., serta internasionalisasi,” imbuhnya.
Sayangnya, dalam aspek sitasi jurnal Indonesia masih sangat tertinggal. Bahkan di bawah negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina. Padahal, sitasi yang masuk dalam penilaian riset yang memiliki porsi cukup besar dalam penilaian.
Untuk itu, dalam sesi online tersebut QS Ranking turut mengundang Head of Research Analytics Elsevier Dr. Yingying Zhou. Dr. Yingying secara khusus menyampaikan tentang penggunaan data bibliometric dalam perankingan.
Ia menyebut publikasi Scopus sangat penting tidak hanya untuk menggambarkan riset universitas, tapi juga memperlihatkan afiliasi internasional dalam literatur global. Selain itu, semakin banyak jurnal Scopus yang dikeluarkan, maka peluang sitasi bagi akademisi kampus pun juga akan semakin besar.
Dalam output akademis tersebut, sejauh ini Asia Tenggara masih tergolong tertinggal dari region Asia-Pasifik lain seperti Asia Timur, Asia Selatan, atau Australia. Untuk itu, Dr. Yingying mengimbau universitas untuk meningkatkan publikasi dan kolaborasi akademis di tingkat internasional.
Bertajuk Asia Rankings Lauch, Manajer Ranking QS Andrew MacFarlane serta Analis Ranking QS Kendrick Ng mempresentasikan laporan kualitas universitas-universitas di Asia.
Andrew menyebut bahwa ada enam jenis ranking yang dikeluarkan, yakni World University Rankings, Business and MBA Rankings, Regional Rankings, Graduate Employability Rankings, Subject Rankings, serta USA Rankings.
“Keenam bidang ranking itu tidak hanya untuk menilai universitas saja. Tapi secara khusus membantu para calon mahasiswa untuk menentukan pilihan universitas terbaik bagi kelanjutan studi mereka,” terang Andrew melansir laman resmi Universitas Airlangga di unair.ac.id, Kamis (4/11/2021).
Untuk diketahui, Unair menempati urutan 465 kampus terbaik menurut QS WUR 2022.
Hingga kini, QS Rankings sendiri telah bekerja sama dengan 687 institusi pendidikan di Asia. Untuk penilaian, ada delapan aspek yang QS Rankings lihat. Pertama dengan porsi yang paling besar adalah reputasi akademik. Kedua employer reputation diikuti dengan kualitas dan kuantitas riset.
“Aspek lain tidak kalah pentingnya adalah faculty student, jaringan riset internasional, exchange students, staf pendidik dengan gelar Ph.D., serta internasionalisasi,” imbuhnya.
Sayangnya, dalam aspek sitasi jurnal Indonesia masih sangat tertinggal. Bahkan di bawah negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina. Padahal, sitasi yang masuk dalam penilaian riset yang memiliki porsi cukup besar dalam penilaian.
Untuk itu, dalam sesi online tersebut QS Ranking turut mengundang Head of Research Analytics Elsevier Dr. Yingying Zhou. Dr. Yingying secara khusus menyampaikan tentang penggunaan data bibliometric dalam perankingan.
Ia menyebut publikasi Scopus sangat penting tidak hanya untuk menggambarkan riset universitas, tapi juga memperlihatkan afiliasi internasional dalam literatur global. Selain itu, semakin banyak jurnal Scopus yang dikeluarkan, maka peluang sitasi bagi akademisi kampus pun juga akan semakin besar.
Dalam output akademis tersebut, sejauh ini Asia Tenggara masih tergolong tertinggal dari region Asia-Pasifik lain seperti Asia Timur, Asia Selatan, atau Australia. Untuk itu, Dr. Yingying mengimbau universitas untuk meningkatkan publikasi dan kolaborasi akademis di tingkat internasional.
(mpw)