Mahasiswi dengan IPK 2 Koma Lolos Beasiswa LPDP ke Inggris, Ini Rahasianya
loading...
A
A
A
Menurut perempuan berhijab ini, motivation letter diperlukan untuk mendaftar ke perguruan tinggi yang dituju dan juga untuk lembaga penyalur beasiswa.
"Kalau aku kemarin mendaftar beasiswa dulu baru daftar ke kampus. Jadi aku menulis motivation letter untuk LPDP dulu baru untuk kampus setelah aku dinyatakan lolos LPDP," katanya di akun TikTok miliknya.
Wirda menuturkan, tema esai di motivation letter yang diminta LPDP itu berbeda-beda setiap tahunnya. Sehingga tidak bisa calon penerima beasiswa LPDP itu mencontek esai yang sudah ditulis di tahun sebelumnya.
Menurut Wirda, point penting dari menulis esai untuk motivation letter adalah temukan benang merah dari apa saja yang telah dikerjakan di kampus sebelumnya sehingga menjadi satu esai yang runtut.
Misalnya, dia mencontohkan, ketika menjadi mahasiswa apa saja kegiatan yang pernah dilakukan. Contohnya menjadi relawan mengajar atau mengikuti pelatihan dibidang pendidikan lainnya.
Selanjutnya, tutur Wirda, tulis juga tema skripsi yang ditulis. Misalkan temanya tentang pengajaran atau bidang lainnya dan apa jurusan yang diambil selama kuliah S1.
Kemudian, lanjutnya, jika diterima menjadi mahasiswa pascasarjana atau S2 ingin melakukan riset apa dan kemudian tulis secara jelas apa yang akan dilakukan setelah lulus nanti.
"Jadi tinggal meruntutkan, tinggal mengambil benang merah dari apa yang pernah kita lakukan, kegiatan apa yang pernah kita lakukan, skripsi kita dulu apa terus jurusan yang kita ambil lalu riset apa yang akan kita lakukan saat S2 nanti dan setelah itu apa yang mau dilakukan," ujarnya.
"Jadi beberapa point ini bisa kita sambungkan di motivation letter biar bisa menjadi tulisan yang runtut. Jadi kita melakukan hal-hal itu tidak asal melakukan tapi ada alasannya," pungkasnya.
"Kalau aku kemarin mendaftar beasiswa dulu baru daftar ke kampus. Jadi aku menulis motivation letter untuk LPDP dulu baru untuk kampus setelah aku dinyatakan lolos LPDP," katanya di akun TikTok miliknya.
Wirda menuturkan, tema esai di motivation letter yang diminta LPDP itu berbeda-beda setiap tahunnya. Sehingga tidak bisa calon penerima beasiswa LPDP itu mencontek esai yang sudah ditulis di tahun sebelumnya.
Menurut Wirda, point penting dari menulis esai untuk motivation letter adalah temukan benang merah dari apa saja yang telah dikerjakan di kampus sebelumnya sehingga menjadi satu esai yang runtut.
Misalnya, dia mencontohkan, ketika menjadi mahasiswa apa saja kegiatan yang pernah dilakukan. Contohnya menjadi relawan mengajar atau mengikuti pelatihan dibidang pendidikan lainnya.
Selanjutnya, tutur Wirda, tulis juga tema skripsi yang ditulis. Misalkan temanya tentang pengajaran atau bidang lainnya dan apa jurusan yang diambil selama kuliah S1.
Kemudian, lanjutnya, jika diterima menjadi mahasiswa pascasarjana atau S2 ingin melakukan riset apa dan kemudian tulis secara jelas apa yang akan dilakukan setelah lulus nanti.
"Jadi tinggal meruntutkan, tinggal mengambil benang merah dari apa yang pernah kita lakukan, kegiatan apa yang pernah kita lakukan, skripsi kita dulu apa terus jurusan yang kita ambil lalu riset apa yang akan kita lakukan saat S2 nanti dan setelah itu apa yang mau dilakukan," ujarnya.
"Jadi beberapa point ini bisa kita sambungkan di motivation letter biar bisa menjadi tulisan yang runtut. Jadi kita melakukan hal-hal itu tidak asal melakukan tapi ada alasannya," pungkasnya.
(mpw)