5 Tips dari Dosen Psikologi Brawijaya Agar Vaksinasi Anak Berjalan Lancar

Jum'at, 17 Desember 2021 - 23:19 WIB
loading...
5 Tips dari Dosen Psikologi Brawijaya Agar Vaksinasi Anak Berjalan Lancar
Vaksinasi anak. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemerintah secara resmi sudah memulai vaksinasi Covid-19 bagi anak usia 6-11 tahun pada pekan ini. Dosen psikologi Universitas Brawijaya (UB) Ari Pratiwi pun memberikan tips agar vaksinasi untuk anak berjalan lancar.

Vaksinasi bagi anak usia 6-12 tahun yang di Indonesia ini diharapkan akan mampu melindungi anak-anak dari penyebaran Covid-19. Baik varian lama dan juga varian baru seperti Omicron yang terdeteksi sudah masuk ke Indonesia.



Selain itu vaksinasi anak juga penting untuk mempercepat pemulihan pembelajaran di masa pandemi. Vaksin akan mendukung keselamatan dan keamanan anak-anak agar bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik secara langsung di sekolah.

Berikut ini 5 tips yang disampaikan Dosen psikologi UB Ari Pratiwi.

1. Persiapkan pemahaman anak tentang vaksin
Ari Pratiwi menyarankan untuk vaksin covid-19 pada anak usia 6-11 tahun dibahasakan dengan imunisasi.

“Mereka ini kan usia SD jadi pada umur ini kan ada beberapa imunisasi yang dilakukan. Dan mereka sudah cukup tahu tentang hal ini,” ucapnya melansir laman resmi UB di ub.ac.id, Jumat (17/12/2021)

Dengan memberikan pemahaman sama seperti imunisasi yang lain, menurut Ari Pratiwi, kondisi anak tidak akan terlalu resah sebelum menjalani vaksinasi Covid-19.

2. Contohkan orang tua yang sudah di vaksin
Pada usia 6-11 tahun peran orang tua masih besar. Menurut Ari Pratiwi, anak anak akan lebih mudah diberitahu karena orang tua yang sebelumnya sudah menjalani vaksinasi.

“Di usia inikan paling mudah meniru. Jadi kalau orang tua sudah vaksin dan tidak ada gejala KIPI anak tak akan takut,” ungkap alumni Universitas Indonesia ini.

Dengan role model dari orang tua yang sudah menjalani vaksin, Ari Pratiwi yakin anak akan menjalani dengan senang hati proses vaksinasi.

3. Berikan pengetahuan lewat dongeng
Kondisi akan berbeda jika orang tua belum vaksin karena kondisi tertentu yang menyebabkan tak bisa melakukan vaksinasi. Jika ada kondisi ini, Ari Pratiwi menganggap orang tua perlu mengenalkan anak pada virus corona.

“Seandainya tidak tahu Corona seperti apa kenalkan dengan buku edukasi tentang Corona. Jelaskan vaksin itu apa, vaksin mampu cegah penyakit sehingga harus disuntik. Berikan hal hal baik tentang vaksin,” katanya.

Tidak hanya itu, menceritakan proses vaksinasi kepada anak melalui dongeng juga bisa dilakukan.

“Usia SD yang kecil seperti kelas 1, 2 atau 3 bisa melalui dongeng atau film kartun. Bisa ceritakan misal kita mau masukkan tentara ini dalam jarum suntik yang nantinya bisa melindungi tubuh,” imbuh Ari Pratiwi.

4. Jaga mood dan kondisi psikologis anak
Sebelum anak melakukan vaksinasi, kondisi anak dipastikan nyaman. Ari Pratiwi menyebut jika proses vaksinasi dijalankan bersama teman teman sekolah maka kondisinya akan lebih mudah.

“Harus tetap ciptakan suasana yang nyaman. Apalagi kalau vaksinnya ramai ramai sama temannya. Saat imunisasi mereka juga bersama sama, antri bersama. Ini akan meredakan stress,” tutur dosen yang juga konselor di layanan konseling mahasiswa UB ini.

Namun yang paling penting menurut Ari adalah pesan dari orang tua sebelum anak menjalani vaksin.

“Berikan pesan pesan seperti pemberani sebelum mereka menjalani vaksin. Dan saat pulang berikan anak anak kita reward karena sudah menjalani vaksin,” sambungnya.

5. Antisipasi terjadi KIPI
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) harus diantisipasi sejak awal oleh orang tua. Ari Pratiwi menjelaskan anak anak perlu dikurangi tingkat kecemasan salah satunya mengurangi informasi tentang KIPI yang menyebabkan meninggal.

Kemudian yang juga penting kata Ari Pratiwi adalah meyakinkan anak agar tetap mau menjalani vaksin dosis kedua.

“Kalau untuk usia 6-11 tahun kita belum tahu akan menjalani berapa dosis. Kalau anak saya kemarin usia 13 vaksin pertama aman vaksin kedua merasa ngilu dan demam. Misal usia 6-11 tahun ini juga dua dosis maka harus dijaga jangan sampai trauma untuk vaksin kedua,” jelasnya.

“Jaga psikologis mereka. Misal bisa bilang tentaranya lagi perang jadi tidak apa apa sakit sedikit tapi selanjutnya akan lebih terjaga badannya. Berikan suggesti positif,” imbuh Ari.

Orang tua juga perlu menyiapkan obat seperti Paracetamol. Memberikan pemahaman jika misal badan hangat juga tidak apa apa.

“Orang tua juga kalau sudah tahu tanggal berapa anak akan vaksin harus jaga kondisi fisik anak. Jaga moodnya saat hari H,” pungkas Ari Pratiwi, dosen Psikologi UB.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)