Guru Besar IPB: Ilmu Matematika Bisa Cegah Penyebaran Penyakit Menular

Jum'at, 24 Desember 2021 - 19:41 WIB
loading...
Guru Besar IPB: Ilmu...
Guru Besar IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Prof Jaharuddin. Foto/Dok/Humas IPB University
A A A
JAKARTA - Guru Besar IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menyampaikan bahwa ilmu matematika dapat digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit menular.

Dalam Konferensi Pers Pra Orasi Guru Besar Tetap, Prof Jaharuddin mengatakan, kajian matematik yang dilakukan, terkait dengan sifat-sifat dinamik dari model matematika dari penyebaran penyakit menular.



“Bilangan yang menunjukkan penyebaran penyakit, yaitu bilangan reproduksi dasar, diformulasikan untuk mencegah wabah penyakit atau menghilangkan kompartemen infeksi dalam populasi,” katanya melalui siaran pers, Jumat (24/12/2021).

Teorema kestabilan titik tetap yang dirumuskan dapat memberikan informasi kapan penyebaran penyakit campak menghilang (bebas penyakit) dan menjadi wabah (endemik).

Pada penyebaran penyakit campak, lanjutnya, model kompartemennya dikembangkan berdasarkan fakta bahwa vaksinasi dan pengobatan merupakan strategi dalam pengelolaan dan mitigasi penyebaran penyakit.



“Bilangan reproduksi dasar yang diperoleh hanya bergantung pada nilai-nilai parameter model, maka perlu mengetahui parameter yang paling sensitif. Indeks sensitivitas ini memberikan informasi mengenai parameter fisis dari model yang perlu dikontrol agar penyebaran penyakit ini tidak menjadi wabah,” ujarnya.

Ia menambahkan, berdasarkan analisis sensitivitas dengan data penyebaran penyakit campak di Indonesia pada 2018, direkomendasikan untuk memperkecil kontak dan memperbanyak pengobatan pada individu yang terpapar.

Selain untuk mencegah penyebaran penyakit, model matematika juga dapat digunakan untuk memprediksi nilai dari parameter-parameter gelombang. Prediksi yang dihasilkan dari parameter-parameter ini menjadi dasar dalam upaya mengantisipasi risiko yang mungkin muncul akibat fenomena ini.

“Gelombang internal adalah gelombang yang terjadi di bawah permukaan laut, sehingga tidak teramati secara kasat mata. Keberadaan gelombang internal ini disebabkan oleh perbedaan rapat massa air laut di setiap lapisan,” katanya.

Menurutnya, gelombang soliter internal merupakan salah satu gelombang internal yang banyak diamati, karena gelombang ini terdeteksi melalui pola gelap terang yang teratur di permukaan laut yang dapat terekam oleh SAR (Synthetic Aperture Radar).

Menurutnya, gelombang internal menyebabkan air dingin dan plankton-plankton atau nutrisi-nutrisi lain yang berada di dekat dasar laut bergerak ke lapisan atas dekat permukaan.

“Sejumlah peneliti melaporkan adanya gelombang soliter internal di perairan Indonesia, seperti di Selat Lombok, dan di Selat Makassar. Gelombang soliter internal juga dapat terjadi di atmosfir sebagai akibat rapat massa udara yang tidak konstan,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, kontribusi pemodelan matematika untuk menjelaskan fenomena gelombang internal dan kompleksitas penyebaran penyakit menular sangat jelas. Model matematika yang dihasilkan merupakan terjemahan hukum-hukum yang mengendalikan fenomena tersebut.

“Namun, tantangan terhadap pemodelan matematika ini muncul ketika model tersebut diuji kesesuaiannya dengan data-data yang diketahui dalam permasalahan tersebut,” tandasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2912 seconds (0.1#10.140)