Bagaimana Seharusnya Pendidikan Politik untuk Generasi Muda?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dunia politik memang selalu menawarkan hal menarik untuk dibahas, dianalisis, atau diamati dari berbagai sudut pandang. Meskipun tidak punya rencana terjun di dunia politik atau pemerintahan, ada baiknya jika lebih banyak masyarakat yang melek politik. Karena banyak keputusan politik akan berpengaruh ke berbagai sendi kehidupan. Kesadaran politik pada masyarakat bisa dimulai dari generasi mudanya.
Politik dan Generasi Muda
Saat membahas politik dan generasi muda , seringkali kita berfokus hanya pada satu hal, yaitu partisipasi anak muda dalam pemilihan umum. Meskipun sebenarnya ada banyak lagi yang juga memiliki urgensi. Pertanyaannya adalah, bagaimana seharusnya pendidikan politik dilakukan?
Sebelum membahas tentang urgensi pendidikan politik untuk generasi muda, alangkah baiknya kita ingat kembali definisi tentang politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), politik adalah;
1. (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan);
2. segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain;
3. cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
Aspek politik dan generasi muda yang akan kita bahas kali ini adalah seperti poin (3) di atas. Politik pada pemahaman yang mendasar adalah menyangkut cara bertindak dalam berbagai situasi. Pada titik tertentu, kesadaran berpolitik generasi muda tidak lepas dari bidang-bidang yang menjadi ketertarikan individu. Dari ketertarikan itulah muncul kesadaran, dan akhirnya menjadi kontribusi yang bernilai.
Siapa Generasi Muda yang Dimaksud?
Generasi muda dalam hal ini kita fokuskan kepada generasi Z, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012. Tahun lahir generasi Z ada beberapa versi, sebagaimana penggambaran generasi sebelumnya, yaitu generasi millennial yang juga ada beberapa versi rentang tahun kelahiran.
Yang pasti, generasi Z sudah terpapar dengan akses teknologi internet sejak kecil. Preferensi mereka tentang banyak hal jelas berbeda dari generasi-generasi pendahulunya. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah generasi Z di Indonesia saat ini adalah 74,93 juta jiwa. Angka tersebut berarti sama dengan 27,94%. Jumlah ini akan memberi kontribusi penting jika diberdayakan dengan optimal melalui pendidikan politik yang sesuai.
Melihat Persepsi Generasi Muda Terhadap Politik di Era Digital
Bagaimana pendapat Anda saat ini tentang urgensi pendidikan politik? Bukan hanya berlaku untuk situasi hari ini, tapi para filsuf zaman dulu pun sudah memiliki pemikiran tentang politik. Pemikiran tokoh-tokoh populer itulah yang kemudian mempengaruhi persepsi masyarakat tentang politik.
Kenyataannya, persepsi tentang politik sejak dulu masih diwarnai beberapa kontradiksi. Misalnya seperti salah satu pemikiran filsuf Plato (427-348 SM) tentang politik yang satu ini. “Salah satu hukuman menolak berpartisipasi dalam politik adalah akhirnya diperintah oleh orang yang tidak kompeten.”
Kolumnis Amerika, Cal Thomas juga memberi pandangan lain tentang aktivitas berpolitik. “Salah satu alasan orang membenci politik adalah bukan kebenaran menjadi tujuan politisi, tapi pemilihan dan kekuasaan.”
Lalu bagaimana sudut pandang generasi Z? Bukan hanya di Indonesia, di banyak negara sebenarnya juga menghadapi tantangan. Seperti penelitian dari European Commission (2013) ditemukan bahwa pandangan generasi Z tentang bilik suara pemilu hanyalah satu dari berbagai kanal partisipasi.
Di sisi lain, keterhubungan secara digital sudah banyak membentuk persepsi generasi Z Inggris. Perasaan keterlibatan sebagai bagian dari masyarakat global membuat mereka peduli dengan isu internasional, khususnya yang berpengaruh secara regional, misalnya terorisme dan krisis di Eropa.
Masalah bangsa bisa saja berbeda, tapi ada satu yang menjadi poin penting ketika membahas generasi Z dan politik. Hal ini adalah konektivitas digital yang juga sangat erat dengan keberlangsungan hidup yang sedang dijalani.
Generasi Z memang terlihat relatif lebih cepat tanggap untuk tahu masalah di masyarakat. Tapi di sisi lainnya, koneksi digital belum tentu sama konkretnya dengan membangun koneksi secara nyata.
Generasi Muda Perlu Memiliki Kepedulian
Dalam kondisi bangsa seperti apapun, politik tetap berjalan dengan berbagai strategi. Dibutuhkan kerjasama berbagai pihak. Hal ini tidak bisa dipandang dari satu arah saja, yaitu misalnya dari pemerintah kepada rakyat.
Agar masyarakat generasi muda lebih melek politik, ada hal yang dibutuhkan selain sosialisasi kebijakan pemerintah, ajakan untuk berpartisipasi, dan sejenisnya. Demi partisipasi politik lebih optimal, yang penting adalah kesadaran.
Dari tahun ke tahun, ajakan kepada generasi muda untuk melek politik memang selalu masif dari berbagai kalangan. Misalnya dari sekolah dan universitas, ada berbagai program yang bersifat mengedukasi generasi muda. Begitu juga kegiatan di kalangan mereka sendiri, misalnya melalui organisasi di sekolah atau kampus.
Lebih dari sekadar eksistensi diri, keaktifan tersebut juga menjadi permulaan untuk kontribusi yang lebih besar. Katakanlah misalnya, tentang kepedulian pada masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang penyelesaiannya membutuhkan pendekatan politik.
Melalui perkumpulan organisasi di dalam lembaga pendidikan, generasi muda bisa menemukan alasan untuk berperan. Ini adalah politik pada tahap mendasar.
Kontribusi terhadap negara bisa lebih punya nilai dan konkret jika didasari kepedulian yang berasal dari diri sendiri. Pada titik inilah, hasil pendidikan politik pada generasi muda bukan sekadar wacana.
Penulis Artikel:
Team Universitas Bakrie
Politik dan Generasi Muda
Saat membahas politik dan generasi muda , seringkali kita berfokus hanya pada satu hal, yaitu partisipasi anak muda dalam pemilihan umum. Meskipun sebenarnya ada banyak lagi yang juga memiliki urgensi. Pertanyaannya adalah, bagaimana seharusnya pendidikan politik dilakukan?
Sebelum membahas tentang urgensi pendidikan politik untuk generasi muda, alangkah baiknya kita ingat kembali definisi tentang politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), politik adalah;
1. (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan);
2. segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain;
3. cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
Aspek politik dan generasi muda yang akan kita bahas kali ini adalah seperti poin (3) di atas. Politik pada pemahaman yang mendasar adalah menyangkut cara bertindak dalam berbagai situasi. Pada titik tertentu, kesadaran berpolitik generasi muda tidak lepas dari bidang-bidang yang menjadi ketertarikan individu. Dari ketertarikan itulah muncul kesadaran, dan akhirnya menjadi kontribusi yang bernilai.
Siapa Generasi Muda yang Dimaksud?
Generasi muda dalam hal ini kita fokuskan kepada generasi Z, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012. Tahun lahir generasi Z ada beberapa versi, sebagaimana penggambaran generasi sebelumnya, yaitu generasi millennial yang juga ada beberapa versi rentang tahun kelahiran.
Yang pasti, generasi Z sudah terpapar dengan akses teknologi internet sejak kecil. Preferensi mereka tentang banyak hal jelas berbeda dari generasi-generasi pendahulunya. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah generasi Z di Indonesia saat ini adalah 74,93 juta jiwa. Angka tersebut berarti sama dengan 27,94%. Jumlah ini akan memberi kontribusi penting jika diberdayakan dengan optimal melalui pendidikan politik yang sesuai.
Melihat Persepsi Generasi Muda Terhadap Politik di Era Digital
Bagaimana pendapat Anda saat ini tentang urgensi pendidikan politik? Bukan hanya berlaku untuk situasi hari ini, tapi para filsuf zaman dulu pun sudah memiliki pemikiran tentang politik. Pemikiran tokoh-tokoh populer itulah yang kemudian mempengaruhi persepsi masyarakat tentang politik.
Kenyataannya, persepsi tentang politik sejak dulu masih diwarnai beberapa kontradiksi. Misalnya seperti salah satu pemikiran filsuf Plato (427-348 SM) tentang politik yang satu ini. “Salah satu hukuman menolak berpartisipasi dalam politik adalah akhirnya diperintah oleh orang yang tidak kompeten.”
Kolumnis Amerika, Cal Thomas juga memberi pandangan lain tentang aktivitas berpolitik. “Salah satu alasan orang membenci politik adalah bukan kebenaran menjadi tujuan politisi, tapi pemilihan dan kekuasaan.”
Lalu bagaimana sudut pandang generasi Z? Bukan hanya di Indonesia, di banyak negara sebenarnya juga menghadapi tantangan. Seperti penelitian dari European Commission (2013) ditemukan bahwa pandangan generasi Z tentang bilik suara pemilu hanyalah satu dari berbagai kanal partisipasi.
Di sisi lain, keterhubungan secara digital sudah banyak membentuk persepsi generasi Z Inggris. Perasaan keterlibatan sebagai bagian dari masyarakat global membuat mereka peduli dengan isu internasional, khususnya yang berpengaruh secara regional, misalnya terorisme dan krisis di Eropa.
Masalah bangsa bisa saja berbeda, tapi ada satu yang menjadi poin penting ketika membahas generasi Z dan politik. Hal ini adalah konektivitas digital yang juga sangat erat dengan keberlangsungan hidup yang sedang dijalani.
Generasi Z memang terlihat relatif lebih cepat tanggap untuk tahu masalah di masyarakat. Tapi di sisi lainnya, koneksi digital belum tentu sama konkretnya dengan membangun koneksi secara nyata.
Generasi Muda Perlu Memiliki Kepedulian
Dalam kondisi bangsa seperti apapun, politik tetap berjalan dengan berbagai strategi. Dibutuhkan kerjasama berbagai pihak. Hal ini tidak bisa dipandang dari satu arah saja, yaitu misalnya dari pemerintah kepada rakyat.
Agar masyarakat generasi muda lebih melek politik, ada hal yang dibutuhkan selain sosialisasi kebijakan pemerintah, ajakan untuk berpartisipasi, dan sejenisnya. Demi partisipasi politik lebih optimal, yang penting adalah kesadaran.
Dari tahun ke tahun, ajakan kepada generasi muda untuk melek politik memang selalu masif dari berbagai kalangan. Misalnya dari sekolah dan universitas, ada berbagai program yang bersifat mengedukasi generasi muda. Begitu juga kegiatan di kalangan mereka sendiri, misalnya melalui organisasi di sekolah atau kampus.
Lebih dari sekadar eksistensi diri, keaktifan tersebut juga menjadi permulaan untuk kontribusi yang lebih besar. Katakanlah misalnya, tentang kepedulian pada masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang penyelesaiannya membutuhkan pendekatan politik.
Melalui perkumpulan organisasi di dalam lembaga pendidikan, generasi muda bisa menemukan alasan untuk berperan. Ini adalah politik pada tahap mendasar.
Kontribusi terhadap negara bisa lebih punya nilai dan konkret jika didasari kepedulian yang berasal dari diri sendiri. Pada titik inilah, hasil pendidikan politik pada generasi muda bukan sekadar wacana.
Penulis Artikel:
Team Universitas Bakrie
(mpw)