Orang Tua Wajib Tahu, Pentingnya Perencanaan Keuangan untuk Pendidikan Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setiap orang tua tentunya setuju, jika pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk seorang anak. Tentu saja dengan pendidikan yang baik, seorang anak diharapkan dapat hidup lebih sejahtera, lebih bahagia dan sukses di masa depan.
Namun di sisi lain, pendidikan yang baik dan berkualitas tentunya memerlukan biaya yang sangat besar dan kian hari biaya pendidikan terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sehingga orang tua perlu secara cermat dan cerdas untuk membuat perencanaan keuangan yang matang untuk menyiapkan dana pendidikan bagi putra putrinya kelak.
Banyak sekali orang tua yang tidak menyadari betapa pentingnya membuat perencanaan biaya sekolah bagi anak-anaknya, mereka cenderung baru memikirkan biaya pendidikan putra-putrinya ketika hendak melakukan pendaftaran sekolah.
Kejadian seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di luar sana pun juga banyak mengalami hal yang sama. Bahkan, adakalanya anak-anak itu sendiri yang membiayai sekolah dan kuliahnya atau dengan cara berhutang sekali pun.
Jadi, setelah lulus kuliah mereka nantinya harus berupaya keras melunasi hutangnya itu. Sungguh kondisi yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan.
Belum banyak orang tua yang menyadari pentingnya membuat perencanaan keuangan untuk pendidikan anak sejak dini. Padahal dengan perencanaan keuangan dan berinvestasi sejak dini, maka peluang untuk menyiapkan dana pendidikan anak yang baik dan tepat akan semakin mudah dan cenderung semakin efisien pula .
Di Indonesia sendiri setiap tahunnya biaya pendidikan diperkirakan naik rata-rata sebesar 10%-20%. per tahun, bahkan ada juga beberapa sekolah yang kenaikan biaya pendidikannya sebesar 10%-15% per semester.
Jika mengalami kenaikan 15% misalnya setiap tahunnya, maka uang Rp1.000.000 saat ini, nilainya dapat mencapai empat kali lipat dalam waktu 10 tahun yang akan datang. Lebih fantastis lagi jika mengalami kenaikan 20% setiap tahunnya uang Rp1.000.000 saat ini, akan meningkat hingga 27 kali lipat, dalam waktu 18 tahun yang akan datang. Kondisi ini tentu saja sangat memberatkan apabila orang tua tidak mempersiapkan dengan baik biaya pendidikan sejak dini.
Berikut ini disampaikan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan keuangan untuk pendidikan anak, yaitu :
1. Lakukan perencanaan dana pendidikan anak sejak dini
Ketika berkeluarga, sebaiknya sejak dini orang tua sudah mulai merencanakan biaya untuk pendidikan anak-anaknya kelak, sekali pun belum memiliki anak. Karena, jika orang tua atau calon orang tua tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang untuk sekolah anak-anaknya, maka mereka sudah melakukan kesalahan fatal dan akan menjadi masalah berat di masa mendatang.
Orang tua atau calon orang tua juga harus mulai menghitung sesuai kenaikan biaya pendidikan per tahunnya dan mau disekolahkan di mana anak-anaknya kelak. Adanya kenaikan biaya sekolah setiap tahunnya tentu harus menjadi perhatian bagi orang tua.
Terlebih apabila orang tua ingin menyekolahkan anak di sekolah swasta yang favorit atau bahkan sekolah di luar negeri. Karena selain biaya yang lebih tinggi, biaya hidup di luar negeri juga tidak sedikit, misalkan dana untuk menyewa tempat tinggal dan kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi pertimbangan adanya kenaikan biaya pendidikan di sana.
2. Hitung alokasi biaya pendidikan
Lakukan survei di sekolah-sekolah yang diidamkan untuk mengetahui kisaran besarnya alokasi biaya pendidikan yang perlu disiapkan, ditambah dengan alokasi kenaikan biaya sebesar 10%-20% per tahun. Kemudian sesuaikan biaya pendidikan anak dengan besarnya jumlah pendapatan orang tuanya.
Sebagai contoh misalnya biaya masuk TK tahun ini diperkirakan sebesar Rp5 Juta, dengan asumsi kenaikan biaya sebesar 15% per tahun, maka untuk 3 tahun mendatang besaran biaya masuk TK akan menjadi sebesar: (5 x (1+ 0.15)3) = Rp7.604.375. Jika anak akan masuk TK 3 tahun lagi, maka mulai saat ini orang tua perlu menabung sebesar Rp2.534.792 per tahun atau Rp211.233 per bulan.
Ke dalam biaya tersebut belum termasuk uang SPP, uang bangunan (kalau ada), uang seragam, dan uang buku. Alokasi biaya yang sama, juga lakukan ketika akan masuk SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
3. Buat Daftar Estimasi Kebutuhan Biaya Lain
Biaya pendidikan tidak terbatas hanya pada biaya masuk sekolah dan iuran bulanan (SPP), namun masih ada biaya-biaya lain di luar kegiatan sekolah, misalnya saja seperti biaya buku pelajaran tambahan, seragam dan biaya les.
Maka pihak orang tua juga perlu memikirkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mengasah bakat sang anak nanti. Misalnya saja jika anak kita memiliki bakat dalam bidang musik, tentu orang tua perlu memberinya instrumen musik untuk berlatih. Meski belum bisa menentukannya secara spesifik, setidaknya orang tua perlu mempersiapkan anggarannya dan memasukkannya ke dalam rencana biaya pendidikan anak.
4. Cermati pilihan investasi
Saat ini banyak sekali pilihan produk investasi yang ditawarkan oleh berbagai institusi keuangan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Maka pilihlah produk investasi sesuai dengan kemampuan dan anggaran yang tersedia.
Pelajari dan pahami secara detail perjanjian dalam melakukan investasi. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli keuangan yang dipercaya atau dengan orang lain yang telah memiliki banyak pengalaman. Tanyakan dan diskusikan sebelum memutuskan jenis investasi mana yang akan dipilih.
Sebagai contoh investasi saham atau reksadana merupakan jenis investasi jangka panjang, maka apabila kita akan menyekolahkan anak pada 1 atau 2 tahun yad, jelas bukan merupakan pilihan investasi yang tepat.
Setidaknya ada dua produk investasi pendidikan yang bisa dijadikan pilihan, diantaranya adalah tabungan pendidikan anak dan asuransi pendidikan.
Sama seperti tabungan pada umumnya, tabungan pendidikan anak pada dasarnya adalah sebuah wadah untuk menyimpan uang. Hal yang membedakan antara tabungan pendidikan dengan tabungan biasa adalah adanya asuransi jiwa di dalamnya. Selain itu, tabungan pendidikan ini juga cocok untuk tujuan jangka pendek atau antara 2 hingga 5 tahun.
Di sisi lain, asuransi pendidikan pada dasarnya adalah investasi yang nilainya bisa naik dan turun sesuai dengan produk investasi yang ada dalam portofolio asuransi pendidikan tersebut. Karena itu, asuransi pendidikan ini lebih cocok untuk tabungan pendidikan jangka panjang atau lebih dari 10 tahun.
Berikut ini disampaikan lebih detail beberapa instrumen investasi yang bisa dipilih untuk perencanaan keuangan pendidikan anak, yaitu :
Deposito
Deposito dianggap investasi yang paling tepat dijadikan sebagai instrumen pengembangan dana pendidikan, terutama jika jangka waktunya masih 2–3 tahun lagi. Namun perlu memperhatikan besaran setoran pertamanya, karena tingkat imbalnya memang tidak tinggi, seimbang dengan risiko yang juga rendah.
Tabungan
Instrumen lain yang memiliki risiko yang rendah dan cenderung aman untuk menyimpan dana biaya sekolah adalah tabungan berjangka. Tabungan ini bisa di-top up sewaktu-waktu, sehingga ketika ada rejeki, maka bisa langsung ditambahkan.
Emas
Emas termasuk instrumen yang dianga tepat untuk investasi jangka menengah hingga panjang, minimal sekitar 5 tahunan. Untuk diketahui bahwa harga emas tidak selalu naik namun berfluktuasi seperti halnya harga komoditi yang lain. Maka perlu diperhitungkan dengan cermat.
Reksa dana
Reksa dana sebagai pilihan investasi lain yang dianggap tepat sebagai opsi investasi untuk mengembangkan dana pendidikan anak. Terdapat 4 jenis reksa dana dengan karakter masing-masing yang berbeda, yakni reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana saham. Pihak orang tua bisa menyesuaikan jenis reksadana dengan kebutuhan, rencana, dan juga profil risikonya masing-masing.
Saham
Untuk tujuan investasi jangka panjang, di atas 5 tahun, maka saham bisa dijadikan pilihan yang tepat, termasuk untuk perencanaan dana pendidikan anak. Ketika akan melakukan investasi pada saham, adalah penting untuk memperkirakan waktunya dengan tepat. Seberapa panjang kita akan konsisten investasi, dan kemudian pada saat kapan akan dialihkan investasinya pada instrumen investasi yang lower risk karena akan segera digunakan untuk dana pendidikan anak.
Obligasi
Terutama obligasi negara, dapat digunakan sebagai salah satu opsi investasi dana pendidikan anak yang tepat, karena selain dijamin oleh pemerintah sehingga bisa dianggap sebagai investasi yang sangat low risk, imbalnya pun menarik. Hampir bisa dipastikan, return dari obligasi pemerintah akan selalu lebih tinggi daripada suku bunga acuan BI. Jadi, pasti lebih tinggi dari deposito.
Hal penting yang perlu diperhatikan ketika investasi pada obligasi negara adalah jangan sampai ketinggalan informasi dan selalu memantau akun Kemenkeu, agar tidak ketinggalan info ketika pemerintah akan menawarkan obligasi seri terbarunya.
5. Segera lakukan investasi untuk biaya pendidikan anak
Terkadang ada orang tua yang suka memperlambat merencanakan pendidikan anaknya bukan berarti mereka tidak sadar betapa pentingnya perencanaan tersebut, melainkan memang mereka sengaja menunda-nundanya.
Biasanya mereka lebih mementingkan hal-hal yang sifatnya konsumtif sesaat dan cenderung hanya untuk kebutuhan sekunder misalnya untuk membeli dan gonta ganti mobil, perhiasan, arisan, travelling, shopping, dan lain sebagainya. Ada juga yang meremehkan dengan anggapan bahwa sekolah anak masih akan dilakukan dalam jangka waktu yang masih sangat lama dan terkadang antara ibu dan bapak saling menyerahkan masalah pendidikan dan pembiayaan sekolah anak yang pada akhirnya perencanaan pendidikan anak menjadi terbengkalai.
Jadi, bagi orang tua maupun calon orang tua janganlah berkompromi untuk pendidikan anak. Kalau bisa sekarang, kenapa harus tunda besok, besok lagi, lusa, dan begitu saja seterusnya. Kalau bisa investasinya juga harus dalam jumlah yang besar. Untuk anak sendiri kok pakai berkompromi segala.
Ketika pihak orangtua sudah menemukan jenis investasi yang dianggap paling tepat dan sesuai, maka segera lakukanlah investasi. Jangan ditunda lagi, karena kenaikan biaya dan inflasi tidak akan pernah menunggu kesiapan kita.
6. Jangan salah menentukan waktu
Terkadang ada juga orang tua yang salah dalam menentukan perkiraan antara waktu investasi dengan biaya sekolah yang dibutuhkan. Jadi, perhitungan biaya sekolah disesuaikan dengan umur anak saat itu alias dimulai saat anak masih berusia 0 tahun.
Misal, ketika anak masuk Playgroup dan TK perhitungannya 3 tahun dari usia 0 tahun. Masuk SD dihitung 6 tahun dari usia yang sama. Demikian pula ketika anak akan masuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
7. Lakukan diversifikasi dalam berinvestasi
Don’t put your eggs in one basket, janganlah berinvestasi hanya pada satu jenis karena mengandung potensi risiko yang sangat besar, maka buatkan kelompok investasi pada berbagai jenis investasi sekurangnya pada 2 jenis investasi.
High risk, high return & low risk, low return. Tabungan pendidikan memiliki risiko yang kecil, namun hasilnya juga sangat sedikit. Sedangkan investasi saham mampu memberikan potensi keuntungan yang sangat besar, namun risiko kehilangan danapun besar pula.
Untuk itu kembali pelajari setiap jenis investasi yang akan dipilih yang disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan dana yang ada.
Oleh: Dr. Dudi Rudianto
Pakar keuangan keluarga dan Dosen Tetap Prodi MM Universitas Bakrie
Namun di sisi lain, pendidikan yang baik dan berkualitas tentunya memerlukan biaya yang sangat besar dan kian hari biaya pendidikan terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sehingga orang tua perlu secara cermat dan cerdas untuk membuat perencanaan keuangan yang matang untuk menyiapkan dana pendidikan bagi putra putrinya kelak.
Banyak sekali orang tua yang tidak menyadari betapa pentingnya membuat perencanaan biaya sekolah bagi anak-anaknya, mereka cenderung baru memikirkan biaya pendidikan putra-putrinya ketika hendak melakukan pendaftaran sekolah.
Kejadian seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di luar sana pun juga banyak mengalami hal yang sama. Bahkan, adakalanya anak-anak itu sendiri yang membiayai sekolah dan kuliahnya atau dengan cara berhutang sekali pun.
Jadi, setelah lulus kuliah mereka nantinya harus berupaya keras melunasi hutangnya itu. Sungguh kondisi yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan.
Belum banyak orang tua yang menyadari pentingnya membuat perencanaan keuangan untuk pendidikan anak sejak dini. Padahal dengan perencanaan keuangan dan berinvestasi sejak dini, maka peluang untuk menyiapkan dana pendidikan anak yang baik dan tepat akan semakin mudah dan cenderung semakin efisien pula .
Di Indonesia sendiri setiap tahunnya biaya pendidikan diperkirakan naik rata-rata sebesar 10%-20%. per tahun, bahkan ada juga beberapa sekolah yang kenaikan biaya pendidikannya sebesar 10%-15% per semester.
Jika mengalami kenaikan 15% misalnya setiap tahunnya, maka uang Rp1.000.000 saat ini, nilainya dapat mencapai empat kali lipat dalam waktu 10 tahun yang akan datang. Lebih fantastis lagi jika mengalami kenaikan 20% setiap tahunnya uang Rp1.000.000 saat ini, akan meningkat hingga 27 kali lipat, dalam waktu 18 tahun yang akan datang. Kondisi ini tentu saja sangat memberatkan apabila orang tua tidak mempersiapkan dengan baik biaya pendidikan sejak dini.
Berikut ini disampaikan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan keuangan untuk pendidikan anak, yaitu :
1. Lakukan perencanaan dana pendidikan anak sejak dini
Ketika berkeluarga, sebaiknya sejak dini orang tua sudah mulai merencanakan biaya untuk pendidikan anak-anaknya kelak, sekali pun belum memiliki anak. Karena, jika orang tua atau calon orang tua tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang untuk sekolah anak-anaknya, maka mereka sudah melakukan kesalahan fatal dan akan menjadi masalah berat di masa mendatang.
Orang tua atau calon orang tua juga harus mulai menghitung sesuai kenaikan biaya pendidikan per tahunnya dan mau disekolahkan di mana anak-anaknya kelak. Adanya kenaikan biaya sekolah setiap tahunnya tentu harus menjadi perhatian bagi orang tua.
Terlebih apabila orang tua ingin menyekolahkan anak di sekolah swasta yang favorit atau bahkan sekolah di luar negeri. Karena selain biaya yang lebih tinggi, biaya hidup di luar negeri juga tidak sedikit, misalkan dana untuk menyewa tempat tinggal dan kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi pertimbangan adanya kenaikan biaya pendidikan di sana.
2. Hitung alokasi biaya pendidikan
Lakukan survei di sekolah-sekolah yang diidamkan untuk mengetahui kisaran besarnya alokasi biaya pendidikan yang perlu disiapkan, ditambah dengan alokasi kenaikan biaya sebesar 10%-20% per tahun. Kemudian sesuaikan biaya pendidikan anak dengan besarnya jumlah pendapatan orang tuanya.
Sebagai contoh misalnya biaya masuk TK tahun ini diperkirakan sebesar Rp5 Juta, dengan asumsi kenaikan biaya sebesar 15% per tahun, maka untuk 3 tahun mendatang besaran biaya masuk TK akan menjadi sebesar: (5 x (1+ 0.15)3) = Rp7.604.375. Jika anak akan masuk TK 3 tahun lagi, maka mulai saat ini orang tua perlu menabung sebesar Rp2.534.792 per tahun atau Rp211.233 per bulan.
Ke dalam biaya tersebut belum termasuk uang SPP, uang bangunan (kalau ada), uang seragam, dan uang buku. Alokasi biaya yang sama, juga lakukan ketika akan masuk SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
3. Buat Daftar Estimasi Kebutuhan Biaya Lain
Biaya pendidikan tidak terbatas hanya pada biaya masuk sekolah dan iuran bulanan (SPP), namun masih ada biaya-biaya lain di luar kegiatan sekolah, misalnya saja seperti biaya buku pelajaran tambahan, seragam dan biaya les.
Maka pihak orang tua juga perlu memikirkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mengasah bakat sang anak nanti. Misalnya saja jika anak kita memiliki bakat dalam bidang musik, tentu orang tua perlu memberinya instrumen musik untuk berlatih. Meski belum bisa menentukannya secara spesifik, setidaknya orang tua perlu mempersiapkan anggarannya dan memasukkannya ke dalam rencana biaya pendidikan anak.
4. Cermati pilihan investasi
Saat ini banyak sekali pilihan produk investasi yang ditawarkan oleh berbagai institusi keuangan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Maka pilihlah produk investasi sesuai dengan kemampuan dan anggaran yang tersedia.
Pelajari dan pahami secara detail perjanjian dalam melakukan investasi. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli keuangan yang dipercaya atau dengan orang lain yang telah memiliki banyak pengalaman. Tanyakan dan diskusikan sebelum memutuskan jenis investasi mana yang akan dipilih.
Sebagai contoh investasi saham atau reksadana merupakan jenis investasi jangka panjang, maka apabila kita akan menyekolahkan anak pada 1 atau 2 tahun yad, jelas bukan merupakan pilihan investasi yang tepat.
Setidaknya ada dua produk investasi pendidikan yang bisa dijadikan pilihan, diantaranya adalah tabungan pendidikan anak dan asuransi pendidikan.
Sama seperti tabungan pada umumnya, tabungan pendidikan anak pada dasarnya adalah sebuah wadah untuk menyimpan uang. Hal yang membedakan antara tabungan pendidikan dengan tabungan biasa adalah adanya asuransi jiwa di dalamnya. Selain itu, tabungan pendidikan ini juga cocok untuk tujuan jangka pendek atau antara 2 hingga 5 tahun.
Di sisi lain, asuransi pendidikan pada dasarnya adalah investasi yang nilainya bisa naik dan turun sesuai dengan produk investasi yang ada dalam portofolio asuransi pendidikan tersebut. Karena itu, asuransi pendidikan ini lebih cocok untuk tabungan pendidikan jangka panjang atau lebih dari 10 tahun.
Berikut ini disampaikan lebih detail beberapa instrumen investasi yang bisa dipilih untuk perencanaan keuangan pendidikan anak, yaitu :
Deposito
Deposito dianggap investasi yang paling tepat dijadikan sebagai instrumen pengembangan dana pendidikan, terutama jika jangka waktunya masih 2–3 tahun lagi. Namun perlu memperhatikan besaran setoran pertamanya, karena tingkat imbalnya memang tidak tinggi, seimbang dengan risiko yang juga rendah.
Tabungan
Instrumen lain yang memiliki risiko yang rendah dan cenderung aman untuk menyimpan dana biaya sekolah adalah tabungan berjangka. Tabungan ini bisa di-top up sewaktu-waktu, sehingga ketika ada rejeki, maka bisa langsung ditambahkan.
Emas
Emas termasuk instrumen yang dianga tepat untuk investasi jangka menengah hingga panjang, minimal sekitar 5 tahunan. Untuk diketahui bahwa harga emas tidak selalu naik namun berfluktuasi seperti halnya harga komoditi yang lain. Maka perlu diperhitungkan dengan cermat.
Reksa dana
Reksa dana sebagai pilihan investasi lain yang dianggap tepat sebagai opsi investasi untuk mengembangkan dana pendidikan anak. Terdapat 4 jenis reksa dana dengan karakter masing-masing yang berbeda, yakni reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana saham. Pihak orang tua bisa menyesuaikan jenis reksadana dengan kebutuhan, rencana, dan juga profil risikonya masing-masing.
Saham
Untuk tujuan investasi jangka panjang, di atas 5 tahun, maka saham bisa dijadikan pilihan yang tepat, termasuk untuk perencanaan dana pendidikan anak. Ketika akan melakukan investasi pada saham, adalah penting untuk memperkirakan waktunya dengan tepat. Seberapa panjang kita akan konsisten investasi, dan kemudian pada saat kapan akan dialihkan investasinya pada instrumen investasi yang lower risk karena akan segera digunakan untuk dana pendidikan anak.
Obligasi
Terutama obligasi negara, dapat digunakan sebagai salah satu opsi investasi dana pendidikan anak yang tepat, karena selain dijamin oleh pemerintah sehingga bisa dianggap sebagai investasi yang sangat low risk, imbalnya pun menarik. Hampir bisa dipastikan, return dari obligasi pemerintah akan selalu lebih tinggi daripada suku bunga acuan BI. Jadi, pasti lebih tinggi dari deposito.
Hal penting yang perlu diperhatikan ketika investasi pada obligasi negara adalah jangan sampai ketinggalan informasi dan selalu memantau akun Kemenkeu, agar tidak ketinggalan info ketika pemerintah akan menawarkan obligasi seri terbarunya.
5. Segera lakukan investasi untuk biaya pendidikan anak
Terkadang ada orang tua yang suka memperlambat merencanakan pendidikan anaknya bukan berarti mereka tidak sadar betapa pentingnya perencanaan tersebut, melainkan memang mereka sengaja menunda-nundanya.
Biasanya mereka lebih mementingkan hal-hal yang sifatnya konsumtif sesaat dan cenderung hanya untuk kebutuhan sekunder misalnya untuk membeli dan gonta ganti mobil, perhiasan, arisan, travelling, shopping, dan lain sebagainya. Ada juga yang meremehkan dengan anggapan bahwa sekolah anak masih akan dilakukan dalam jangka waktu yang masih sangat lama dan terkadang antara ibu dan bapak saling menyerahkan masalah pendidikan dan pembiayaan sekolah anak yang pada akhirnya perencanaan pendidikan anak menjadi terbengkalai.
Jadi, bagi orang tua maupun calon orang tua janganlah berkompromi untuk pendidikan anak. Kalau bisa sekarang, kenapa harus tunda besok, besok lagi, lusa, dan begitu saja seterusnya. Kalau bisa investasinya juga harus dalam jumlah yang besar. Untuk anak sendiri kok pakai berkompromi segala.
Ketika pihak orangtua sudah menemukan jenis investasi yang dianggap paling tepat dan sesuai, maka segera lakukanlah investasi. Jangan ditunda lagi, karena kenaikan biaya dan inflasi tidak akan pernah menunggu kesiapan kita.
6. Jangan salah menentukan waktu
Terkadang ada juga orang tua yang salah dalam menentukan perkiraan antara waktu investasi dengan biaya sekolah yang dibutuhkan. Jadi, perhitungan biaya sekolah disesuaikan dengan umur anak saat itu alias dimulai saat anak masih berusia 0 tahun.
Misal, ketika anak masuk Playgroup dan TK perhitungannya 3 tahun dari usia 0 tahun. Masuk SD dihitung 6 tahun dari usia yang sama. Demikian pula ketika anak akan masuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
7. Lakukan diversifikasi dalam berinvestasi
Don’t put your eggs in one basket, janganlah berinvestasi hanya pada satu jenis karena mengandung potensi risiko yang sangat besar, maka buatkan kelompok investasi pada berbagai jenis investasi sekurangnya pada 2 jenis investasi.
High risk, high return & low risk, low return. Tabungan pendidikan memiliki risiko yang kecil, namun hasilnya juga sangat sedikit. Sedangkan investasi saham mampu memberikan potensi keuntungan yang sangat besar, namun risiko kehilangan danapun besar pula.
Untuk itu kembali pelajari setiap jenis investasi yang akan dipilih yang disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan dana yang ada.
Oleh: Dr. Dudi Rudianto
Pakar keuangan keluarga dan Dosen Tetap Prodi MM Universitas Bakrie
(mpw)