Kisah Giri, Mahasiswa Disabilitas Netra Raih Sarjana Terbaik di UGM Tepat di Ultah Ayah

Kamis, 24 Februari 2022 - 00:22 WIB
loading...
Kisah Giri, Mahasiswa...
Giri Trisno Putra Sambada, disabilitas netra membuktikan diri dengan keterbatasan fisik mampu menyandang gelar Sarjana Ekonomi UGM. Foto/Dok/UGM
A A A
JAKARTA - Giri Trisno Putra Sambada (25) begitu bahagia sekaligus bangga berhasil menyandang gelar Sarjana Ekonomi Universitas Gadjah Mada ( UGM ). Giri yang merupakan disabilitas netra mampu membuktikan keterbatasan fisik tak menjadi hambatan untuk menorehkan prestasi.

Rabu, 23 Februari 2022 merupakan hari bersejarah baginya. Sebab, di hari itu ia berhasil diwisuda dengan Indeks Prestasi 3,43 atau sangat memuaskan dari prodi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Tak hanya itu, momen wisuda juga menjadi kado ulang tahun bagi ayah tercintanya yang berulang tahun tepat di hari itu.



Perjalanan Giri untuk meraih gelar sarjana memang tidak mudah. Awalnya dia merupakan remaja yang normal seperti anak-anak lainnya. Namun, ia mulai kehilangan pengelihataan saat berada di bangku kuliah pada 2015 silam.

“Saat masuk UGM masih bisa melihat hingga semester dua Allah mengambil pengelihatan saya secara total. Seolah runtuh semua cita-cita, hilang semua harapan, seperti tak mungkin lagi menjadi apa-apa. Namun, dengan motivasi dan tekad yang tinggi serta keterbukaan UGM melayani pendidikan yang inklusif di hari ini saya bisa berada di wisuda ini bersama teman-teman,” papar Giri yang terpilih menjadi wakil wisudawan untuk memberikan kata sambutan di hadapan seluruh wisudawan dan pimpinan universitas.

Giri merupakan putra pertama pasangan Sutrisno (55) dan Ngersi Suprihatin (45) yang tinggal di Minggiran MJII/1197, Matrijeron, Yogyakarta. Kedua orang tuanya sehari-hari berjualan soto di daerah Tamanan, Bantul. Sebelumnya sang ayah sempat memiliki usaha event organizer, namun karena kondisi kesehatan mengidap diabetes dan jantung koroner memaksanya berhenti menjalankan usaha tersebut dan memilih membantu isterinya berjualan soto. Sementara sang adik, Avitrsina saat ini tengah menempuh pendidikan sarjana masuk semester empat di salah satu perguruan tinggi swasta Yogyakarta.



Giri ini menceritakan fungsi pengelihatannya menurun saat ia mengikuti perkuliahan di kelas. Tanpa merasa sakit secara tiba-tiba ia mulai tidak bisa melihat lagi. Semua terlihat samar dan semua wajah teman dan yang dilihatnya hanya berwarna putih. Ia pun menjalani perawatan di RSUP Dr. Sardjito sekitar 4 bulan dengan diagnosa ada peradangan pada saraf mata dengan penyebab yang masih belum bisa diketahui.

“Waktu itu kan rawat inap pertama sekitar 10 hari lalu pulang ke rumah, itu masih masa masa ujian akhir semester (UAS). Saya nekat ngampus untuk UAS, tapi sampai kelas nangis karena tidak bisa membaca dan nulis akhirnya pulang dijemput Bapak,” ungkapnya mahasiswa angkatan 2014 ini saat ditemui usai wisuda.

Ia mengaku sempat sedih menyadari sudah tidak bisa melihat lagi seperti dulu. Ia bingung bagaimana nantinya menjalani perkuliahan dengan kondisi disabilitas. Akhirnya ia pun memutuskan untuk cuti kuliah selama lima semester. Selama masa cuti tersebut ia menjalani terapi di berbagai tempat, namun hasilnya nihil.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2627 seconds (0.1#10.140)