Erick Thohir: Kampus Harus Berinovasi dengan Kemajuan Teknologi dan Perkembangan Zaman
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sampurasun. Begitulah kata yang pertama keluar dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sesaat sebelum memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Padjadjaran ( Unpad ), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (23/4/2022).
Pada acara yang berlangsung secara hybrid tersebut, Menteri Erick memberikan materi dengan tema ‘BUMN dan Akselerasi Kolaborasi Industri-Pendidikan Tinggi melalui Hybrid University Model dan Transformasi Digital’.
Dalam paparannya, Erick mengungkapkan bahwa saat ini di tengah disrupsi yang terjadi di berbagai sektor kehidupan, melakukan transformasi menjadi keharusan agar bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman. Selain itu, faktor inovasi dan sinergi juga sangat diperlukan karena akan menjadi kunci keberhasilan dalam upaya mencapai kehidupan yang lebih baik.
“Yang sangat penting adalah kita harus membangun ekosistem bisnis di dalam negeri agar bisa merdeka dan berdaulat secara ekonomi. Kita harus berdaulat atas sumberdaya, berdaulat dalam ekonomi rakyat, berdaulat dalam bidang kesehatan dan lainnya,” ujar Erick dalam kuliah umum yang dilangsungkan di Grha Sanusi Hardjadinata, Unpad, Bandung, Sabtu (23/4/2022).
Erick menambahkan, selain ekosistem yang baik, juga diperlukan roadmap yang jelas agar ke depan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia tidak lagi lari ke luar negeri. Untuk itu, kata Erick, pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN, terus gencar melakukan program hilirisasi agar bahan baku sumberdaya alam dari tanah air bisa dimanfaatkan di dalam negeri.
“Ke depan kita jangan hanya mengirim raw material ke negara lain. Ini memang tidak mudah, tapi harus kita lakukan,” kata Erick.
Pada kesempatan tersebut, Erick menyinggung hilirisasi di sektor batu bara yang menurutnya penting dilakukan karena komoditas tersebut bisa diolah menjadi gas (dimethyl ether/DME) pengganti elpiji. Program itu dinilainya sangat baik karena bisa mensubstitusi elpiji yang selama nilai impornya mencapai Rp7 triliun per tahun.
Erick juga menambahkan, BUMN sedang terus mengupayakan agar Indonesia memiliki pabrik pembuatan electric vehicle (EV) battery untuk kendaraan listrik. Dalam program ini, ujar Erick, dilakukan karena tren ke depan kendaraan akan beralih ke listrik yang lebih ramah lingkungan.
Pada acara yang berlangsung secara hybrid tersebut, Menteri Erick memberikan materi dengan tema ‘BUMN dan Akselerasi Kolaborasi Industri-Pendidikan Tinggi melalui Hybrid University Model dan Transformasi Digital’.
Dalam paparannya, Erick mengungkapkan bahwa saat ini di tengah disrupsi yang terjadi di berbagai sektor kehidupan, melakukan transformasi menjadi keharusan agar bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman. Selain itu, faktor inovasi dan sinergi juga sangat diperlukan karena akan menjadi kunci keberhasilan dalam upaya mencapai kehidupan yang lebih baik.
“Yang sangat penting adalah kita harus membangun ekosistem bisnis di dalam negeri agar bisa merdeka dan berdaulat secara ekonomi. Kita harus berdaulat atas sumberdaya, berdaulat dalam ekonomi rakyat, berdaulat dalam bidang kesehatan dan lainnya,” ujar Erick dalam kuliah umum yang dilangsungkan di Grha Sanusi Hardjadinata, Unpad, Bandung, Sabtu (23/4/2022).
Erick menambahkan, selain ekosistem yang baik, juga diperlukan roadmap yang jelas agar ke depan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia tidak lagi lari ke luar negeri. Untuk itu, kata Erick, pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN, terus gencar melakukan program hilirisasi agar bahan baku sumberdaya alam dari tanah air bisa dimanfaatkan di dalam negeri.
“Ke depan kita jangan hanya mengirim raw material ke negara lain. Ini memang tidak mudah, tapi harus kita lakukan,” kata Erick.
Pada kesempatan tersebut, Erick menyinggung hilirisasi di sektor batu bara yang menurutnya penting dilakukan karena komoditas tersebut bisa diolah menjadi gas (dimethyl ether/DME) pengganti elpiji. Program itu dinilainya sangat baik karena bisa mensubstitusi elpiji yang selama nilai impornya mencapai Rp7 triliun per tahun.
Erick juga menambahkan, BUMN sedang terus mengupayakan agar Indonesia memiliki pabrik pembuatan electric vehicle (EV) battery untuk kendaraan listrik. Dalam program ini, ujar Erick, dilakukan karena tren ke depan kendaraan akan beralih ke listrik yang lebih ramah lingkungan.