Cerita Mahasiswa ITS Studi di Korsel dan Terkesan dengan Budaya Tepat Waktu

Jum'at, 01 Juli 2022 - 16:29 WIB
loading...
Cerita Mahasiswa ITS Studi di Korsel dan Terkesan dengan Budaya Tepat Waktu
Mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Alfina Fadillah. Foto/Tangkap layar laman ITS.
A A A
JAKARTA - Salah satu kegiatan internasionalisasi yang digandrungi mahasiswa adalah pertukaran pelajar . Mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) Alfina Fadillah membagikan cerita perjalanannya dan manfaat yang didapat selama berpetualang di Negeri Ginseng Korea Selatan ketika menuntut ilmu di Chonnam National University (CNU).

Cerita mengesankan bagi Mpi, sapaan akrabnya adalah kesempatan mempelajari budaya tradisional dan keseharian masyarakat lokal. Mpi menyebutkan, budaya belajar di Korea Selatan yang intens sangat mempengaruhi gaya belajarnya.

Bahkan tak jarang ditemui mahasiswa ataupun pelajar yang belajar di perpustakaan hingga tengah malam. “Berada di lingkungan tersebut memberikan dorongan tersendiri untuk belajar lebih rajin,” katanya, dikutip dari laman ITS, Jumat (1/7/2022).

Baca: Unnes Sediakan Asrama untuk Maba, Fasilitas Kamar Lengkap hingga Wi-Fi Gratis

Di samping budaya belajar, budaya tepat waktu masyarakat Korea Selatan menjadi hal yang dirinya ingat betul-betul. Ia mencontohkan, kebiasaan datang tepat waktu saat kuliah, janji temu, dan sebagainya sangat ketat di Korea Selatan, juga di tempat studinya berlangsung. “Sebuah keterlambatan yang terjadi tidak dapat ditoleransi,” jelasnya.

Manfaat lain yang disebutkan oleh Mpi adalah kesempatan belajar dengan teknologi canggih terbaru. Wanita kelahiran 2001 ini menceritakan pengalamannya berkunjung ke salah satu laboratorium di Kampus CNU yang dilengkapi alat-alat canggih yang belum banyak ditemuinya di Indonesia. “Misalnya, kondensor dan autoklaf yang mahal dan lebih efisien, serta baru,” tambahnya.

Perempuan yang akrab disapa Mpi ini mengatakan, pertukaran pelajar menjadi ajang baginya menimba ilmu dengan atmosfer dan sistem pendidikan yang berbeda. Perbedaan ini baginya bermanfaat untuk memberikan perspektif baru sehingga diri dapat menyadari berbagai hal yang mungkin tak ditemuinya jika tidak melangkahkan diri dari zona nyaman.

Baca juga: UIN Jakarta Tawarkan Beasiswa untuk Maba Fakultas Adab dan Humaniora

Meski jauh dari rumah, mahasiswi Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini tak menyesal mengikuti program pertukaran pelajar. Ia menuturkan bahwa safarinya di CNU membantu pengembangan dirinya. Bagaimana tidak, pertukaran pelajar dapat menambahkan relasi yang luas baginya.

Selain itu, kegiatan yang dijalaninya juga tidak membosankan dengan kesempatan mempelajari budaya tradisional dan keseharian masyarakat lokal hingga belajar dengan teknologi canggih terbaru. “Terlebih jika pertukaran pelajar dilakukan di negara-negara maju,” terangnya.

Lebih lanjut, Mpi mengungkapkan bahwa meluasnya relasi menjadi hal pertama yang akan dirasakan oleh mahasiswa pertukaran pelajar. Hal ini lantaran mahasiswa pasti bertemu dan bersosialisasi dengan mahasiswa lokal selama studi berlangsung. “Selain itu, tidak sedikit tugas yang diberikan harus dikerjakan secara berkelompok dengan mahasiswa lokal,” imbuhnya.

Terakhir, ia menekankan bahwa akan banyak nilai serta pengalaman yang dapat diperoleh selama studi pertukaran pelajar. Ia berpesan agar seluruh mahasiswa yang ingin melakukan pertukaran pelajar agar meluruskan niat belajar supaya mendapat banyak pengaruh positif. “Dan yang wajib diingat, membangun koneksi ketika studi berlangsung juga penting,” pungkasnya.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3135 seconds (0.1#10.140)