Profil Andrea Hirata, Penulis Novel Laskar Pelangi yang Kuliah S2 Gratis di Prancis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Andrea Hirata merupakan salah novelis terkemuka di Tanah Air. Tidak hanya sukses menulis sejumlah buku yang laris di pasaran, namun pria kelahiran Pulau Belitung ini memiliki riwayat pendidikan yang tidak kalah menarik.
Salah satu novelnya yang terkenal dan mengulas sisi dunia pendidikan adalah Laskar Pelangi. Buku yang telah dibawa ke layar lebar pada 2008 lalu ini mengisahkan perjuangan sekolah 10 siswa dari keluarga kurang mampu di Belitung.
Novel ini ditulis Andrea Hirata yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya dan juga sebagai rasa terima kasihnya karena didikan dan juga kasih yang tanpa pamrih dari gurunya yang bernama Muslimah.
Baca: Kisah Adam, Putra Tukang Las Masuk UGM Tanpa Tes dan Kuliah Gratis
Dikutip dari laman Ensiklopedia Sastra Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, berikut ini profil Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi yang mendapatkan beasiswa S2 ke Prancis.
Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata lahir di Belitong 24 Oktober 1967 adalah penulis novel Laskar Pelangi (Bentang, 2005) yang merupakan novel best seller tahun 2006—2007.
Pria yang gemar memakai topi baret ini menempuh pendidikan sarjana di jurusan Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah lulus dari UI, anak kelima dari pasangan Seman Said Harun Hirata dan Masturah ini mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Andrea Hirata berhasil menjadi mahasiswa di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tak hanya berhasil kuliah gratis di luar negeri namun tesisnya di bidang ekonomi telekomunikasi kini telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terbit sebagai buku acuan teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Andrea Hirata berhasil menulis sebuah novel yang dalam seminggu terbit sudah cetak ulang dan dalam waktu tujuh bulan mengalami cetak ulang ke-3. Novel ini menurut penulisnya berbentuk memoar, tetapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Dia menyebut sebagai memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang sosiokultural.
Melalui novel ini, Andrea Hirata dianggap telah memberi warna jagad sastra dan pernovelan di Indonesia di tengah-tengah dahaganya pembaca terhadap karya-karya bermutu. Novel ini disebut sebagai penginspirasi banyak orang.
Salah satu novelnya yang terkenal dan mengulas sisi dunia pendidikan adalah Laskar Pelangi. Buku yang telah dibawa ke layar lebar pada 2008 lalu ini mengisahkan perjuangan sekolah 10 siswa dari keluarga kurang mampu di Belitung.
Novel ini ditulis Andrea Hirata yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya dan juga sebagai rasa terima kasihnya karena didikan dan juga kasih yang tanpa pamrih dari gurunya yang bernama Muslimah.
Baca: Kisah Adam, Putra Tukang Las Masuk UGM Tanpa Tes dan Kuliah Gratis
Dikutip dari laman Ensiklopedia Sastra Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, berikut ini profil Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi yang mendapatkan beasiswa S2 ke Prancis.
Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata lahir di Belitong 24 Oktober 1967 adalah penulis novel Laskar Pelangi (Bentang, 2005) yang merupakan novel best seller tahun 2006—2007.
Pria yang gemar memakai topi baret ini menempuh pendidikan sarjana di jurusan Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah lulus dari UI, anak kelima dari pasangan Seman Said Harun Hirata dan Masturah ini mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri.
Andrea Hirata berhasil menjadi mahasiswa di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tak hanya berhasil kuliah gratis di luar negeri namun tesisnya di bidang ekonomi telekomunikasi kini telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terbit sebagai buku acuan teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Andrea Hirata berhasil menulis sebuah novel yang dalam seminggu terbit sudah cetak ulang dan dalam waktu tujuh bulan mengalami cetak ulang ke-3. Novel ini menurut penulisnya berbentuk memoar, tetapi ada fiksionalisasi yang terjadi. Dia menyebut sebagai memoar yang dikemas dengan sastra dengan tambahan latar belakang sosiokultural.
Melalui novel ini, Andrea Hirata dianggap telah memberi warna jagad sastra dan pernovelan di Indonesia di tengah-tengah dahaganya pembaca terhadap karya-karya bermutu. Novel ini disebut sebagai penginspirasi banyak orang.