Literasi Digital di Sekolah, Ratusan Guru Ikuti Webinar Makin Cakap Digital 2022
loading...
A
A
A
Di antaranya etika berkomunikasi dalam media sosial dengan menyeleksi dan menganalisis informasi, membentengi diri dari tindakan negatif dalam platform digital, memproduksi, dan mendistribusikan informasi di platform digital.
Kemudian menerapkan metode THINK before posting (True, Healthful, Illegal, Necessary, Kindness) agar dapat memanusiakan manusia dengan menggunakan internet secara bijak dan dapat menggunakan dunia maya dengan menerapkan netiket dengan aman dan nyaman.
Upaya menyelenggarakan literasi digital di sekolah memerlukan akademisi yang turut membantu program pemerintah.
Sama halnya dengan Bupati Rembang, H. Abdul Hafidz yang mengatakan bahwa konsep yang disuguhkan untuk mendukung tuntutan zaman adalah melalui kurikulum belajar merdeka.
“Guru dituntut untuk mengerti kondisi anak dengan mengetahui keahlian dan ditargetkan murid sehingga dapat dipersiapkan. Diharapkan literasi digital menjadi lompatan bagi murid untuk belajar sasaran digital dengan bantuan bapak/ibu guru,” kata H. Abdul Hafidz.
Dalam hal ini, beliau juga menyampaikan bahwa akan diadakan evaluasi bagi para guru yang mendaftar tes CPNS, sehingga dapat menjadi sumber utama dalam memberikan pengaruh terhadap kemajuan literasi digital.
Selanjutnya, penjelasan dari Alexander Zulkarnain, Executive Director Young On Top Holding. Ia mengungkap mengenai perilaku berkomentar di internet adalah hak semua orang, namun tetap menggunakan akal dan budaya saat ingin melakukannya dan bukan berarti dengan hak tersebut kita boleh menyakiti hati orang lain.
“Komentar dapat memberi pengaruh bagi diri sendiri dan orang lain. Berikan komentar sesuai dengan konteks, jika tidak suka tidak perlu menyerang. Tidak sedikit pengguna media sosial yang ingin membuat orang lain merasa kesal, marah, dan memicu pertengkaran, maka terkadang tindakan yang perlu diambil adalah dengan tidak menanggapi dan merespon hal negatif yang memicu perpecahan tersebut,” ujar Alexander Zulkarnain.
Kemudian menerapkan metode THINK before posting (True, Healthful, Illegal, Necessary, Kindness) agar dapat memanusiakan manusia dengan menggunakan internet secara bijak dan dapat menggunakan dunia maya dengan menerapkan netiket dengan aman dan nyaman.
Upaya menyelenggarakan literasi digital di sekolah memerlukan akademisi yang turut membantu program pemerintah.
Sama halnya dengan Bupati Rembang, H. Abdul Hafidz yang mengatakan bahwa konsep yang disuguhkan untuk mendukung tuntutan zaman adalah melalui kurikulum belajar merdeka.
“Guru dituntut untuk mengerti kondisi anak dengan mengetahui keahlian dan ditargetkan murid sehingga dapat dipersiapkan. Diharapkan literasi digital menjadi lompatan bagi murid untuk belajar sasaran digital dengan bantuan bapak/ibu guru,” kata H. Abdul Hafidz.
Dalam hal ini, beliau juga menyampaikan bahwa akan diadakan evaluasi bagi para guru yang mendaftar tes CPNS, sehingga dapat menjadi sumber utama dalam memberikan pengaruh terhadap kemajuan literasi digital.
Selanjutnya, penjelasan dari Alexander Zulkarnain, Executive Director Young On Top Holding. Ia mengungkap mengenai perilaku berkomentar di internet adalah hak semua orang, namun tetap menggunakan akal dan budaya saat ingin melakukannya dan bukan berarti dengan hak tersebut kita boleh menyakiti hati orang lain.
“Komentar dapat memberi pengaruh bagi diri sendiri dan orang lain. Berikan komentar sesuai dengan konteks, jika tidak suka tidak perlu menyerang. Tidak sedikit pengguna media sosial yang ingin membuat orang lain merasa kesal, marah, dan memicu pertengkaran, maka terkadang tindakan yang perlu diambil adalah dengan tidak menanggapi dan merespon hal negatif yang memicu perpecahan tersebut,” ujar Alexander Zulkarnain.
(mpw)