Mahasiswa ITB Gagas Rumah Terapung untuk Solusi Banjir Jakarta
loading...
A
A
A
Walaupun sudah digadang sebagai salah satu Tugas Akhir Arsitektur 2022 terbaik dan memboyong predikat Cum Laude dengan IPK 3.80, Isa menyampaikan kesadarannya bahwa penelitiannya ini belum sepenuhnya optimal.
“Ya, salah satunya disebabkan karena cukup sulit ketika proses pengerjaan. Karena, preseden serupa masih minim bahkan nyaris tidak ada. Saat itu, saya juga terhalang kendala teknis karena diharuskan untuk mempertimbangkan kemampuan beban apung benda. Saya harus berkonsultasi dengan mahasiswa dari Teknik Kelautan untuk mendapatkannya,” jelasnya. Sehingga untuk kajian lebih lanjut diperlukan keilmuan yang multidisiplin.
Menyadari masih belum seutuhnya sempurna, Isa pun menyampaikan niatnya untuk melanjutkan penelitian ini di masa depan. “Saya berniat untuk mendalami konsep rumah di lokasi padat penduduk (squatter area) ini, sehingga mereka berpotensi untuk dinaikkan taraf hidupnya,” timpalnya.
“Fokus dengan tujuan hidup, miliki kegigihan dan modal yang cukup. Jangan sombong, terus belajar walau dari siapa pun itu. Terakhir, ketika kamu merasa tertinggal, ingatlah bahwa semua perlu proses dan semua orang memiliki pace-nya sendiri,” pesannya kepada para pemikir desain lainnya.
Isa juga memberikan tips untuk mempraktikkan design thinking dalam penyelesaian masalah. Dengan metode ini, kita dapat melihat masalah dengan cara yang “out of the box”, sehingga terbuka potensi menemukan solusi yang baru.
Lihat Juga: Kimberly Tanus, Mahasiswi ITB Jurusan Teknik Fisika yang Meninggal di Kamar Kosan Bandung
“Ya, salah satunya disebabkan karena cukup sulit ketika proses pengerjaan. Karena, preseden serupa masih minim bahkan nyaris tidak ada. Saat itu, saya juga terhalang kendala teknis karena diharuskan untuk mempertimbangkan kemampuan beban apung benda. Saya harus berkonsultasi dengan mahasiswa dari Teknik Kelautan untuk mendapatkannya,” jelasnya. Sehingga untuk kajian lebih lanjut diperlukan keilmuan yang multidisiplin.
Menyadari masih belum seutuhnya sempurna, Isa pun menyampaikan niatnya untuk melanjutkan penelitian ini di masa depan. “Saya berniat untuk mendalami konsep rumah di lokasi padat penduduk (squatter area) ini, sehingga mereka berpotensi untuk dinaikkan taraf hidupnya,” timpalnya.
“Fokus dengan tujuan hidup, miliki kegigihan dan modal yang cukup. Jangan sombong, terus belajar walau dari siapa pun itu. Terakhir, ketika kamu merasa tertinggal, ingatlah bahwa semua perlu proses dan semua orang memiliki pace-nya sendiri,” pesannya kepada para pemikir desain lainnya.
Isa juga memberikan tips untuk mempraktikkan design thinking dalam penyelesaian masalah. Dengan metode ini, kita dapat melihat masalah dengan cara yang “out of the box”, sehingga terbuka potensi menemukan solusi yang baru.
Lihat Juga: Kimberly Tanus, Mahasiswi ITB Jurusan Teknik Fisika yang Meninggal di Kamar Kosan Bandung
(nnz)