IPB University Luncurkan Varietas Padi Unggul Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - IPB University kembali meluncurkan inovasi terbarunya. Setelah sukses mengenalkan varietas padi IPB 3S, kali ini IPB University meluncurkan varietas padi unggul baru yakni padi IPB 9G.
Peluncuran yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University. Varietas padi yang dikembangkan oleh tim peneliti IPB University ini dilepas oleh Menteri Pertanian RI pada tahun 2017, dengan SK no 335/Kpts/TP.030/5/2017. Inovasi varietas IPB 9G ini menambah kontribusi IPB University bagi ketahanan pangan nasional.
Baca: ITS Bangun Flat sebagai Bentuk Kepedulian bagi Dosen Muda
Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan IPB 9G adalah salah satu inovasi yang dapat menjadi solusi menghadapi persoalan pangan di lahan kering. Inovasi ini melengkapi apa yang sudah dilakukan oleh IPB 3S dengan IPB 4S yang sudah diproduksi di 26 provinsi.
"Inovasi varietas IPB 9G ini menambah kontribusi IPB University bagi ketahanan pangan nasional. Sampai saat ini tercatat IPB University telah mengeluarkan total 9 varietas padi. Semoga hal ini dapat menjadi menginspirasi. Mari kita menunjukkan bahwa perguruan tinggi terus bergerak yg memiliki gagasan dan solusi, " tutur Prof Arif.
Kepala LPPM IPB University Dr Ernan Rustiadi mengungkapkan, inovasi hasil penelitian ini layak untuk langsung disebarluaskan ke khalayak, mengingat hasilnya yang sangat signifikan dan menjanjikan. Terlebih dalam situasi situasi saat ini.
“Dunia saat ini sedang mengalami krisis pangan. Beberapa negara mengalami inflasi sangat tinggi. Indonesia sendiri harus bersyukur, lebih dari dua setengah tahun kita tidak mengimpor beras. Ini bagian dari keberhasilan negara kita,” ungkapnya.
Dr Ernan menyebut, IPB 9G atau padi gogo ini sebetulnya padi amfibi. Karena bukan hanya di lahan kering, padi gogo juga bagus untuk lahan basah.
Pelaksana tugas (Plt) Dekan Fakultas Pertanian, Prof Suryo Wiyono menjelaskan, varietas merupakan backbone dari teknologi produksi tanaman. Menurutnya, lahirnya inovasi padi IPB 9G penting bagi ketahanan pangan.
"Selamat kepada peneliti, semoga kontribusi para peneliti dosen di bidang pemuliaan, khususnya sorgum dan padi ini, makin mendapat tempat bagi inovatornya, IPB University dan tentunya ketahanan pangan di Indonesia," ujar Prof Suryo Wiyono.
Para pemulia varietas IPB 9G adalah Dr Hajrial Aswidinnoor sebagai ketua tim dan Dr Willy Bayuardi Suwarno serta Anggi Nindita, SP, MSi sebagai anggota.
“Masyarakat Indonesia, terutama petani padi sudah banyak yang mengenal varietas padi IPB 3S, yaitu padi unggul untuk lahan sawah hasil penelitian peneliti IPB University. Varietas padi tersebut dihasilkan oleh kami tim peneliti dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, “ ujar Ketua Tim Peneliti, Dr Hajrial Aswidinnoor.
Menurutnya, varietas IPB 3S telah dua kali dilakukan panen raya oleh Presiden Jokowi, yang pertama bulan September 2015 di Kabupaten Karawang Jawa Barat, dari ratusan petani yang turut menanam pada lebih dari 600 hektar lahan sawah di tiga desa, produksi ubinan mencapai 8-13 ton/hektar. Dan yang kedua bulan April 2021 lalu di Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan produktivitas ubinan mencapai 12 ton/hektar.
Dari kegiatan-kegiatan penelitiannya, tim ini kembali menghasilkan varietas padi unggul baru yang diberi nama IPB 9G. Varietas padi IPB 9G dilepas sebagai padi gogo.
Dalam tahun-tahun belakangan, umum diketahui bahwa lahan sawah nasional terus mengalami penyusutan, beralih fungsi untuk kepentingan ekonomi lain seperti infrastruktur jalan, perumahan, dan sebagainya.
Hal ini menyebabkan produksi pangan, terutama beras harus beralih ke ekosistem lahan-lahan kurang subur, diantaranya adalah lahan darat atau lahan kering dengan pengusahaan padi gogo.
Baca juga: Unair Kenalkan MSIB ke Mahasiswa, Simak Tips Biar Lolos Seleksi
Peneliti padi IPB University menaruh perhatian pada hal ini, dan berusaha menghasilkan inovasi varietas yang dapat meningkatkan produksi lahan darat atau gogo ini. Inovasi varietas IPB 9G ini merupakan hasil dari upaya tersebut.
Varietas padi IPB 9G memiliki potensi hasil pada lahan darat (gogo) mencapai 9.09 ton/hektar dengan produktivitas rata-rata 6.09 ton/hektar. Tingkat potensi produktivitas ini sudah lebih tinggi dari beberapa varietas unggul padi umumnya dan jauh lebih tinggi dari produktivitas padi gogo lokal yang dibudidaya petani. Tekstur nasi pulen, seperti halnya kualitas yang umum disukai masyarakat.
Varietas IPB 9G memiliki rendemen beras pecah kulit 75 persen, rendemen beras giling 67 persen dan rendemen beras kepala 79 persen dengan kadar amilosa 21.1 persen. Varietas ini memiliki karakter agak tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat (WBC) biotipe 2 dan 3.
“Terhadap penyakit, varietas IPB 9G bersifat tahan terhadap blas ras 073 dan agak tahan terhadap blas ras 033, 001, dan 051. Namun rentan terhadap blas ras 133,173, 013, 041, dan 023,” terang Dr Hajrial.
Menurutnya, varietas IPB 9G ini toleran terhadap kondisi keracunan Aluminium 40 ppm, namun agak peka terhadap kekeringan. Varietas ini dapat beradaptasi baik di lahan kering subur dan lahan kering masam dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laun (dpl).
Adanya varietas IPB 9G, lanjutnya, diharapkan produktivitas padi di lahan gogo dapat meningkat. Pada kondisi saat ini yang ketersediaan pangan dunia dan nasional menghadapi ancaman serius (akibat perang, perubahan iklim, dsb), inovasi varietas ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih nyata dalam menjaga dan meningkatkan produksi beras nasional.
Keunggulan lain dari varietas IPB 9G, katanya, adalah bahwa ia bersifat amfibi. Maksudnya, selain baik untuk lahan kering/gogo, varietas ini berproduksi baik pula jika ditanam pada lahan sawah irigasi. Dari pertanaman-pertanaman yang dicoba oleh petani, produktivitasnya pada lahan sawah irigasi mencapai 10 ton/ha, bahkan ada yang mencapai angka ubinan 12 ton/ha.
“IPB University berharap varietas IPB 9G ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam produksi padi di lahan darat. Pada pemanfaatan pertanaman pada lahan darat, seperti data ketahanan terhadap penyakit blas yang agak bervariasi pada beberapa ras di atas, para pengguna benih varietas ini diharapkan dapat mengamati ketahanan penyakit blas untuk lokasi pemakaian lahan budidayanya,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini penting mengingat penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi di lahan darat/gogo.
“Untuk persawahan irigasi biasa, selain var IPB 3S, varietas IPB 9G ini dapat menjadi alternatif pergiliran varietas dengan hasil yang juga unggul/tinggi,” tandasnya
Lihat Juga: 5 Kampus Terbaik di Indonesia Versi Publikasi Riset Nature Index, PTS Ini Bersaing Ketat
Peluncuran yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University. Varietas padi yang dikembangkan oleh tim peneliti IPB University ini dilepas oleh Menteri Pertanian RI pada tahun 2017, dengan SK no 335/Kpts/TP.030/5/2017. Inovasi varietas IPB 9G ini menambah kontribusi IPB University bagi ketahanan pangan nasional.
Baca: ITS Bangun Flat sebagai Bentuk Kepedulian bagi Dosen Muda
Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan IPB 9G adalah salah satu inovasi yang dapat menjadi solusi menghadapi persoalan pangan di lahan kering. Inovasi ini melengkapi apa yang sudah dilakukan oleh IPB 3S dengan IPB 4S yang sudah diproduksi di 26 provinsi.
"Inovasi varietas IPB 9G ini menambah kontribusi IPB University bagi ketahanan pangan nasional. Sampai saat ini tercatat IPB University telah mengeluarkan total 9 varietas padi. Semoga hal ini dapat menjadi menginspirasi. Mari kita menunjukkan bahwa perguruan tinggi terus bergerak yg memiliki gagasan dan solusi, " tutur Prof Arif.
Kepala LPPM IPB University Dr Ernan Rustiadi mengungkapkan, inovasi hasil penelitian ini layak untuk langsung disebarluaskan ke khalayak, mengingat hasilnya yang sangat signifikan dan menjanjikan. Terlebih dalam situasi situasi saat ini.
“Dunia saat ini sedang mengalami krisis pangan. Beberapa negara mengalami inflasi sangat tinggi. Indonesia sendiri harus bersyukur, lebih dari dua setengah tahun kita tidak mengimpor beras. Ini bagian dari keberhasilan negara kita,” ungkapnya.
Dr Ernan menyebut, IPB 9G atau padi gogo ini sebetulnya padi amfibi. Karena bukan hanya di lahan kering, padi gogo juga bagus untuk lahan basah.
Pelaksana tugas (Plt) Dekan Fakultas Pertanian, Prof Suryo Wiyono menjelaskan, varietas merupakan backbone dari teknologi produksi tanaman. Menurutnya, lahirnya inovasi padi IPB 9G penting bagi ketahanan pangan.
"Selamat kepada peneliti, semoga kontribusi para peneliti dosen di bidang pemuliaan, khususnya sorgum dan padi ini, makin mendapat tempat bagi inovatornya, IPB University dan tentunya ketahanan pangan di Indonesia," ujar Prof Suryo Wiyono.
Para pemulia varietas IPB 9G adalah Dr Hajrial Aswidinnoor sebagai ketua tim dan Dr Willy Bayuardi Suwarno serta Anggi Nindita, SP, MSi sebagai anggota.
“Masyarakat Indonesia, terutama petani padi sudah banyak yang mengenal varietas padi IPB 3S, yaitu padi unggul untuk lahan sawah hasil penelitian peneliti IPB University. Varietas padi tersebut dihasilkan oleh kami tim peneliti dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, “ ujar Ketua Tim Peneliti, Dr Hajrial Aswidinnoor.
Menurutnya, varietas IPB 3S telah dua kali dilakukan panen raya oleh Presiden Jokowi, yang pertama bulan September 2015 di Kabupaten Karawang Jawa Barat, dari ratusan petani yang turut menanam pada lebih dari 600 hektar lahan sawah di tiga desa, produksi ubinan mencapai 8-13 ton/hektar. Dan yang kedua bulan April 2021 lalu di Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan produktivitas ubinan mencapai 12 ton/hektar.
Dari kegiatan-kegiatan penelitiannya, tim ini kembali menghasilkan varietas padi unggul baru yang diberi nama IPB 9G. Varietas padi IPB 9G dilepas sebagai padi gogo.
Dalam tahun-tahun belakangan, umum diketahui bahwa lahan sawah nasional terus mengalami penyusutan, beralih fungsi untuk kepentingan ekonomi lain seperti infrastruktur jalan, perumahan, dan sebagainya.
Hal ini menyebabkan produksi pangan, terutama beras harus beralih ke ekosistem lahan-lahan kurang subur, diantaranya adalah lahan darat atau lahan kering dengan pengusahaan padi gogo.
Baca juga: Unair Kenalkan MSIB ke Mahasiswa, Simak Tips Biar Lolos Seleksi
Peneliti padi IPB University menaruh perhatian pada hal ini, dan berusaha menghasilkan inovasi varietas yang dapat meningkatkan produksi lahan darat atau gogo ini. Inovasi varietas IPB 9G ini merupakan hasil dari upaya tersebut.
Varietas padi IPB 9G memiliki potensi hasil pada lahan darat (gogo) mencapai 9.09 ton/hektar dengan produktivitas rata-rata 6.09 ton/hektar. Tingkat potensi produktivitas ini sudah lebih tinggi dari beberapa varietas unggul padi umumnya dan jauh lebih tinggi dari produktivitas padi gogo lokal yang dibudidaya petani. Tekstur nasi pulen, seperti halnya kualitas yang umum disukai masyarakat.
Varietas IPB 9G memiliki rendemen beras pecah kulit 75 persen, rendemen beras giling 67 persen dan rendemen beras kepala 79 persen dengan kadar amilosa 21.1 persen. Varietas ini memiliki karakter agak tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat (WBC) biotipe 2 dan 3.
“Terhadap penyakit, varietas IPB 9G bersifat tahan terhadap blas ras 073 dan agak tahan terhadap blas ras 033, 001, dan 051. Namun rentan terhadap blas ras 133,173, 013, 041, dan 023,” terang Dr Hajrial.
Menurutnya, varietas IPB 9G ini toleran terhadap kondisi keracunan Aluminium 40 ppm, namun agak peka terhadap kekeringan. Varietas ini dapat beradaptasi baik di lahan kering subur dan lahan kering masam dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laun (dpl).
Adanya varietas IPB 9G, lanjutnya, diharapkan produktivitas padi di lahan gogo dapat meningkat. Pada kondisi saat ini yang ketersediaan pangan dunia dan nasional menghadapi ancaman serius (akibat perang, perubahan iklim, dsb), inovasi varietas ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih nyata dalam menjaga dan meningkatkan produksi beras nasional.
Keunggulan lain dari varietas IPB 9G, katanya, adalah bahwa ia bersifat amfibi. Maksudnya, selain baik untuk lahan kering/gogo, varietas ini berproduksi baik pula jika ditanam pada lahan sawah irigasi. Dari pertanaman-pertanaman yang dicoba oleh petani, produktivitasnya pada lahan sawah irigasi mencapai 10 ton/ha, bahkan ada yang mencapai angka ubinan 12 ton/ha.
“IPB University berharap varietas IPB 9G ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam produksi padi di lahan darat. Pada pemanfaatan pertanaman pada lahan darat, seperti data ketahanan terhadap penyakit blas yang agak bervariasi pada beberapa ras di atas, para pengguna benih varietas ini diharapkan dapat mengamati ketahanan penyakit blas untuk lokasi pemakaian lahan budidayanya,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini penting mengingat penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi di lahan darat/gogo.
“Untuk persawahan irigasi biasa, selain var IPB 3S, varietas IPB 9G ini dapat menjadi alternatif pergiliran varietas dengan hasil yang juga unggul/tinggi,” tandasnya
Lihat Juga: 5 Kampus Terbaik di Indonesia Versi Publikasi Riset Nature Index, PTS Ini Bersaing Ketat
(nnz)