Perkuat Semangat Perdamaian Generasi Muda, Ukrida Gelar Resensi Film Internasional
loading...
A
A
A
“Film tema peperangan dan perdamaian ini semakin muncul dan terlihat baik dalam genre dokumenter atau dalam genre lainnya. Para sineas pembuat film juga semakin memberikan banyak ruang pada tema mengenai peperangan ini,” kata Federico yang sudah pernah mengadakan berbagai exhibition di seluruh dunia termasuk di Jakarta bertema “Screenplay about Federico Felline”.
Federico menjelaskan bagaimana film-film mengekspos kerusakan yang ditimbulkan dari perang di masa lampau dan perannya dalam mengampanyekan perdamaian dunia.
Film pertama yang dibahas merupakan film Charlie Chaplin yang berjudul The Great Dictator. Film ini memiliki pesan yang sangat kuat mengenai tema perang dan damai. Lalu ada pula Full Metal Jacket dan Life Is Beautiful/ La vita è bella.
Ketua Program Studi Sastra Inggris Ukrida, Siegfrieda Alberti Shinta Mursita Putri menambahkan, secara umum ada pesan moral yang ingin disampaikan. Bahwa melalui karya sastra ataupun perfilman akan muncul berbagai inspirasi yang terus mengupayakan perdamaian dunia.
Perang yang terjadi sejak mulai munculnya konflik antar manusia memang sudah membawa dampak bagi kemanusiaan. Karena itu manusia memang menyadari akan akibatnya walaupun seringkali sulit meniadakannya.
Baca juga: IPB University Luncurkan Varietas Padi Unggul Baru
“Perang dan damai bisa disebut antinomi dalam kehidupan manusia, dan hadir sebagai kondisi yang tampil silih berganti tergantung pilihan manusia juga. Karya sastra, termasuk seni perfilman, akan bisa menjadi salah satu media yang merupakan sumber spirit dalam membangun perdamaian, serta cinta tanah air dan melawan segala bentuk penindasan kemanusiaan,” imbuh dia.
Ukrida melalui budaya Loving, Enlightening, Advanced, Determined (LEAD) memulai upaya damai dalam skala kecil di lingkungannya, dan sangat konsen terhadap masalah kemanusiaan.
“Karena itu sangat layak diapresiasi Program Studi Sastra Inggris menggelar webinar tentang seni yang akan menyemangati upaya perdamaian, terutama di kalangan generasi muda,” pungkas Siegfrieda Alberti.
Menurut Emmanuela Christine Natalia yang memandu webinar, selesai acara muncul diskusi spontan informal di luar forum oleh beberapa mahasiswa, setelah mengikuti paparan narasumber dan menyaksikan film yang ditampilkan. Mereka sangat terkesan dan opini mereka mulai timbul akan pentingnya menyuarakan dampak peperangan atau kekerasan yang merugikan masyarakat.
Federico menjelaskan bagaimana film-film mengekspos kerusakan yang ditimbulkan dari perang di masa lampau dan perannya dalam mengampanyekan perdamaian dunia.
Film pertama yang dibahas merupakan film Charlie Chaplin yang berjudul The Great Dictator. Film ini memiliki pesan yang sangat kuat mengenai tema perang dan damai. Lalu ada pula Full Metal Jacket dan Life Is Beautiful/ La vita è bella.
Ketua Program Studi Sastra Inggris Ukrida, Siegfrieda Alberti Shinta Mursita Putri menambahkan, secara umum ada pesan moral yang ingin disampaikan. Bahwa melalui karya sastra ataupun perfilman akan muncul berbagai inspirasi yang terus mengupayakan perdamaian dunia.
Perang yang terjadi sejak mulai munculnya konflik antar manusia memang sudah membawa dampak bagi kemanusiaan. Karena itu manusia memang menyadari akan akibatnya walaupun seringkali sulit meniadakannya.
Baca juga: IPB University Luncurkan Varietas Padi Unggul Baru
“Perang dan damai bisa disebut antinomi dalam kehidupan manusia, dan hadir sebagai kondisi yang tampil silih berganti tergantung pilihan manusia juga. Karya sastra, termasuk seni perfilman, akan bisa menjadi salah satu media yang merupakan sumber spirit dalam membangun perdamaian, serta cinta tanah air dan melawan segala bentuk penindasan kemanusiaan,” imbuh dia.
Ukrida melalui budaya Loving, Enlightening, Advanced, Determined (LEAD) memulai upaya damai dalam skala kecil di lingkungannya, dan sangat konsen terhadap masalah kemanusiaan.
“Karena itu sangat layak diapresiasi Program Studi Sastra Inggris menggelar webinar tentang seni yang akan menyemangati upaya perdamaian, terutama di kalangan generasi muda,” pungkas Siegfrieda Alberti.
Menurut Emmanuela Christine Natalia yang memandu webinar, selesai acara muncul diskusi spontan informal di luar forum oleh beberapa mahasiswa, setelah mengikuti paparan narasumber dan menyaksikan film yang ditampilkan. Mereka sangat terkesan dan opini mereka mulai timbul akan pentingnya menyuarakan dampak peperangan atau kekerasan yang merugikan masyarakat.